Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan juga adalah 
penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam kita, mau jualan 
apa lagi kita?

--- Asset tak terbarukan? Kalau sumber daya skrg berasal dr jutaan yg lalu, apa 
terus statis ya? Stop tidak ada lg. Artinya periode yg bergulir ini tidak 
menghasilkan sumber daya alam lagi?

Sorry saya sdkt melenceng ke ilmu bumi. 




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Bali da Dave <dfa...@yahoo.com>
Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wed, 11 Aug 2010 23:21:39 
To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

Saya buat cerita perumpamaan saja...
Dikisahkan ada bapak dan anak. Sang bapak bekerja sangat berat tiap hari jadi 
kuli di pasar sampai akhirnya bisa punya segudang uang emas yang disembunyikan 
sedikit di sini dan sedikit di sana. Peta harta karun ini kemudian pada saat 
meninggalnya diberikan kepada sang anak.

Sang anak, alih-alih bekerja di pasar (entah jadi kuli atau jadi apa kek), tiap 
hari hanya memperhatikan peta harta karun warisan bapaknya. Begitu ketemu, 
langsung saja bahagia dan berpesta pora. Demikianlah sampai akhirnya seluruh 
peta harta karun sang bapak dipecahkannya dan tidak ada lagi sisanya. Begitu 
selesai, ia tidak punya uang dan mau kerja di pasar pun sudah tak bisa. Semua 
orang bilang sang anak adalah pemimpi dan cuma mencari enaknya/jalan gampangan 
saja.

Nah sekarang perhatikan saja neraca ekspor impor kita. Yang namanya ekspor 
murni dari produksi kita sendiri ini berapa persen (kerja kuli) dan berapa 
persen lagi dari eksploitasi bahan berharga tak terbaharukan (mencari harta 
karun warisan bapak). Kalau kita menganggap menggali bahan tak terbaharukan 
sebagai produksi yang sehat....  saya tidak bisa berargumentasi lagi. 
Barangkali ada pemerhati milis yang bisa lebih menunjukkan 'logika' saya bahwa 
produksi kita sekarang ini masih kurang produktif/kurang efisien. Kita masih 
menganggap bahwa ongkos mengangkat logam/minyak sebagai biaya dasar minyak. 
Kita tidak melihat bahwa yang namanya minyak tak terbaharukan itu dulunya 
melalui proses ribuan tahun yang tak bisa diganti begitu saja (kerja keras sang 
bapak jadi kuli seumur hidup - kalau menurut perumpamaan tadi). Dan kalau kita 
hitung 'menemukan warisan bapak' sebagai hasil kerja keras 'saya' sendiri....  
saya jadi bingung mau lebih menjelaskannya
 bagaimana caranya lagi.?

Dan menurut saya, penguatan dolar yang didasari masukan dana investasi asing 
(investasi real maupun terlebih lagi dana panas), adalah penguatan yang 
dibuat-buat. Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan 
juga adalah penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam 
kita, mau jualan apa lagi kita?

Negara Dubay yang kaya raya dengan minyak saja tidak mau mengandalkan 
penerimaan minyaknya sampai ribuan tahun lagi. Memangnya tower yang luar biasa 
dan pulau buatan palem yang megah, hotel bawah laut, semua itu cuma buat 
prestige saja? Mereka ingin jadi kuli dengan memanfaatkan harta karun dari 
bawah tanah mereka. Mereka ingin mengubah negara mereka menjadi negara maju 
tempat parkir dana-dana minyak negara timur tengah lain, berikut tempat 
pariwisata. Lah kalau mereka yang lebih kaya dan penduduknya lebih sedikit 
berpikir pintar, masakan kita yang kekayaannya lebih sedikit dan mulut yang 
harus dikasih makan lebih banyak malah lebih malas dan ongkang-ongkang kaki 
saja, cuma mengandalkan penambangan logam dan minyak yang bisa habis 
sewaktu-waktu?

--- On Wed, 11/8/10, Rachmad M <rachm...@yahoo.com> wrote:

From: Rachmad M <rachm...@yahoo.com>

Padahal jelas pendapatan perkapita kita diukur dengan US $.



Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai 
ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. 
Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. 
Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi 
dalam berbagai bentuknya.



Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho.



Salam



RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfa...@...> wrote:

>

> Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal...  
> dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada 
> kerjaan...  mau beli pake apa pak? 

> 

> Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), 
> berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman 
> nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 
> lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya 
> uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya 
> begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak 
> yang jadi pengangguran mendadak karena bisnis-bisnis yang berfokus impor 
> tiba-tiba harus tutup.

> 

> --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M <rachm...@...> wrote:

> 

> From: Rachmad M <rachm...@...>

> Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

> Received: Wednesday, 11 August, 2010, 6:32 PM

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

>  

> 

> 

> 

>   

> 

> 

>     

>       

>       

>       Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import 
> :-D

> 

> 

> 

> Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli 
> di pasar ukurannya mengecil.

> 

> 

> 

> Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya.

> 

> 

> 

> Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera 
> membuat kebijakan kenaikan harga BBM. Akan diikuti kenaikan harga lainnya.

> 

> 

> 

> Terus dimana tidak terpengaruhnya daya beli masyarakat ?

> 

> Lagi pula penguatan itu hanya menguntungkan Pengusaha, bukan karyawan 
> berpenghasilan tetap meski dia karyawan eksportir itu sekalipun :-(

> 

> 

> 

> Salam

> 

> 

> 

> RM

> 

> 

> 

> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfaj21@> wrote:

> 

> >

> 

> > Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli,

> 

>  

> 

> 

> 

>   

> 

> 

> 

> 

> 

> 

>       

> 

> [Non-text portions of this message have been removed]

>





    
     

    
    


 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke