Kedudukan seruan Imsak di mata Ulama Ahlussunnah
------------------------------------------------

Pada saat menjelang shubuh di waktu sahur pada bulan Ramadlan kita biasanya 
mendengar adanya peringatan imsak yang didengungkan, baik lewat corong 
masjid-masjid, radio, maupun televisi. Kebiasaan tersebut sudah begitu 
membudaya di masyarakat kita. Bahkan seakan-akan sudah merupakan syariat bahwa 
kita tidak boleh lagi makan dan minum setelah peringatan imsak dikumandangkan. 
Namun betulkah hal itu?

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal itu, di bawah ini kami nukilkan 
beberapa fatwa para ulama tentang imsak. Apakah benar ia merupakan syariat 
dalam agama ini ataukah bukan (redaksi).

----------------------------
Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
Tentang Diperbolehkannya Makan Dan Minum Hingga Adzan Shubuh

"Jika salah seorang diantara kamu mendengar adzan sedangkan ia masih memegang 
piring (makan) maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan 
hajatnya (makannya)." (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Hakim dan dishahihkan olehnya 
dan oleh Adz Dzahabi)

Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud 1/549, Ibnu Jarir dalam At Tafsir 
3/526/3015, Abu Muhammad Al Jauhari dalam Al Fawa'id Al Muntaqah 1/2, Hakim 
1/426, Baihaqi 4/218, Ahmad 2/423 dan 510. Diriwayatkan dari beberapa jalan 
dari Hammad bin Salamah dari Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari Abu 
Hurairah ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda ...." 
Kemudian ia (Abu Hurairah) menyebutkan hadits di atas.

Hakim berkata: "Hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim." Pernyataan ini 
disepakati oleh Dzahabi. Padahal dalam hadits ini ada (sanad) yang perlu 
dikoreksi. Karena Muhammad bin 'Amr hanya dipakai oleh Imam Muslim jika ia 
bersamaan dengan yang lain (dengan hadits shahih yang lain yang semakna, pent.) 
maka yang benar hadits ini hasan.

Ya, memang Ibnu 'Amr tidak bersendirian karena Hammad bin Salamah juga berkata: 
"Diriwayatkan dari Amar bin Abi Amar dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 
'Alaihi Wa Sallam seperti itu, hanya ada tambahan: 'Dan dulu muadzin 
mengumandangkan adzan jika telah terbit fajar.' (HR. Imam Ahmad 2/510, Ibnu 
Jarir, dan Al Baihaqi)

Aku (Al Albani) berkata: "Isnad hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim. Di 
samping itu hadits ini mempunyai syawahid (hadits-hadits lain yang memperkuat) 
yaitu:

1. Hadits mursal yang diriwayatkan oleh Hammad juga tetapi dari jalan Yunus 
dari Hasan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kemudian menyebutkan hadits 
tersebut di atas. (Dikeluarkan oleh Ahmad 2/423 dengan disertai riwayat yang 
pertama)

2. Hadits maushul yang diriwayatkan dari Al Husain bin Waqid dari Abu Umamah ia 
berkata: Pada waktu iqamat dikumandangkan, Umar masih memegang gelas. Ia (Umar) 
bertanya: "Apakah saya masih boleh minum, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya 
(boleh)." Kemudian Umar minum. (HR. Ibnu Jarir 3/527/3017 dengan dua sanad 
darinya). Isnad hadits ini hasan.

3. Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Lahi'ah dari Abu Zubair ia berkata: Aku 
bertanya kepada Jabir tentang seseorang yang bermaksud puasa sedangkan ia masih 
memegang gelas untuk minum kemudian mendengar adzan. Jabir menjawab: Kami 
pernah mengatakan hal seperti itu kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 
Sallam dan beliau bersabda: "Hendaklah ia minum." (Dikeluarkan oleh Ahmad 
3/348, beliau berkata: Telah meriwayatkan pada kami Musa, ia berkata: Telah 
meriwayatkan pada kami Ibnu Lahi'ah)

Aku (Al Albani) berkata, isnad ini tidak mengapa (dapat dipakai) jika untuk 
penguat (menguatkan hadits yang lain, pent.). Al Walid bin Muslim juga 
meriwayatkannya dari Ibnu Lahi'ah. (Dikeluarkan oleh Abu Al Husain Al Kilabi 
dalam Nuskhah Abu Al Abas Thahir bin Muhammad)

Perawi-perawinya tsiqat (terpercaya), perawi-perawi Imam Muslim kecuali Ibnu 
Lahi'ah karena jelek hapalannya. Al Haitsami berkata dalam Al Majma' (3/153): 
"Diriwayatkan oleh Ahmad dan isnadnya hasan."

4. Hadits yang dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu'aqal dari Bilal, ia 
berkata: "Aku pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam untuk adzan 
shalat shubuh padahal beliau akan berpuasa. Kemudian beliau meminta gelas untuk 
minum. Setelah itu beliau mengajakku untuk minum dan kami keluar untuk shalat." 
(Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir 3018 dan 3019, Ahmad 6/12, dan perawi-perawinya 
tsiqat, perawi-perawi Bukhari Muslim). Seandainya tidak ada Ibnu Lahi'ah yaitu 
As Syabi'i [dia bercampur hapalannya serta suka melakukan tadlis] akan tetapi 
hadits ini menjadi kuat dengan adanya riwayat Ja'far bin Barqan dari Syadad 
budak 'Ayadh bin 'Amir dari Bilal, haditsnya sama dengan yang di atas. 
(Dikeluarkan oleh Imam Ahmad 6/13)

5. Muthi' bin Rasyid meriwayatkan: Telah menceritakan pada kami Taubah Al 
'Ambari bahwa dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu 
'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Lihatlah siapa yang berada di masjid, panggilah 
dia! Kemudian aku masuk masjid, disana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Kemudian 
aku memanggil mereka lalu aku bawakan suatu makanan dan aku letakkan di depan 
beliau. Kemudian beliau makan bersama mereka, setelah itu mereka keluar. 
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam shalat bersama mereka, shalat 
shubuh. (Dikeluarkan oleh Al Bazzar nomor 993 dalam Kasyful Astar dan ia 
berkata: "Kami tidak mengetahui Taubah menyandarkan kepada Anas kecuali hadits 
ini dan satu hadits yang lain dan tidak meriwayatkan dua hadits itu darinya 
(Anas) kecuali Muthi')
Al Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Az Zawaid halaman 106: "Isnad hadits ini 
hasan."

Aku (Al Albani) berkata: Imam Al Haitsami berkata seperti itu juga (seperti 
perkataan Al Hafidh Ibnu Hajar, pent.) dalam Al Majma' 3/152.

6. Qais bin Rabi' meriwayatkan dari Zuhair bin Abi Tsabit Al A'ma dari Tamim 
bin 'Ayyadl dari Ibnu Umar ia berkata: "'Alqamah bin Alatsah pernah bersama 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam kemudian datanglah Bilal untuk 
mengumandangkan adzan. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 
bersabda: "Tunggu sebentar wahai Bilal! 'Alqamah sedang makan sahur." 
(Dikeluarkan oleh At Thayalisi nomor 885 dan At Thabrani dalam Al Kabir 
sebagaimana dalam Al Majma' 3/153 dan ia berkata: "Qais bin Rabi' dianggap 
tsiqah oleh Syu'bah dan Sufyan Ats Tsauri padahal padanya (Qais) ada 
pembicaraan (masih diragukan tentang dia))

Aku (Al Albani) berkata: Haditsnya (Qais) hasan jika ada syawahid-nya karena ia 
(Qais) sendiri shaduq (jujur) hanya yang dikhawatirkan adalah jeleknya hapalan 
dia maka apabila ia meriwayatkan hadits yang sesuai dengan perawi-perawi tsiqat 
lainnya, haditsnya dapat dipakai.

Adapun dalil-dalil dari atsar (perbuatan shahabat, pent.) yang membahas tentang 
hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Syuhaib bin Gharqadah Al Bariqi dari 
Hibban bin Harits ia berkata: "Kami pernah makan sahur bersama Ali bin Abi 
Thalib radliyallahu 'anhu maka tatkala kami telah selesai makan sahur, ia (Ali) 
menyuruh muadzin untuk iqamat." (Dikeluarkan oleh At Thahawi dalam Syarah Al 
Ma'ani 1/106 dan Al Mulhis dalam Al Fawaid Al Munthaqah 8/11/1)

Perawi-perawinya tsiqat kecuali Hibban, Ibnu Abi Hatim 1/2/269 membawakan 
riwayat ini dan ia tidak menyebutkan jarh dan ta'dil-nya sedangkan Ibnu Hibban 
menulisnya dalam Ats Tsiqat.

Diterjemahkan dari Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah hadits nomor 1394, Syaikh 
Nashiruddin Al Albani.

----------------------------
Bantahan Syaikh Al Albani Terhadap Pendapat Sayyid Sabiq

Sayyid Sabiq mengatakan: "... Maka apabila telah terbit fajar sedangkan di 
mulutnya masih ada sesuatu makanan, wajib baginya untuk membuangnya 
(memuntahkannya)."

Bantahan Syaikh Al Albani: Aku (Syaikh Al Albani) berkata: Perkataan ini 
merupakan taqlid (pada) kitab-kitab fiqih. Padahal pendapat tersebut tidak 
didasari oleh satu dalil pun dari hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 
Sallam. Bahkan yang benar pendapat tersebut menyelisihi sabda beliau: "Apabila 
salah seorang diantara kamu mendengar adzan sedangkan tempat makan (piring) 
masih berada di tangannya, janganlah dia meletakkannya sampai ia menyelesaikan 
hajatnya (makannya)." (Dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Hakim, dan dishahihkan 
olehnya dan oleh Adz Dzahabi)

Dikeluarkan juga oleh Ibnu Hazm dengan tambahan: Amar (Ibnu Abi Amar) berkata: 
"Mereka dahulu mengumandangkan adzan tatkala terbit fajar."

Ahmad (Ibnu Salamah) berkata dari Hisyam bin 'Urwah: "Bapakku pernah memberikan 
fatwa dengan berdasar ini." (Dan isnadnya shahih)
Di samping itu, hadits tersebut mempunyai syawahid yang aku sebutkan dalam 
Kitab At ta'liqat Al Jiyad. Juga dalam Kitab As Shahihah nomor 1394 (yaitu 
hadits di atas).

Hadits ini sebagai dalil bahwa jika seseorang mendapati fajar mulai terbit 
(masuk waktu shubuh, pent.) sedangkan tempat makan atau minum masih berada di 
tangannya maka masih diperbolehkan baginya untuk tidak meletakkannya sampai 
memenuhi hajatnya (makannya).

Keadaan seperti ini termasuk hal yang dikecualikan oleh firman Allah: "Dan 
makan dan minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam 
yaitu fajar." (QS. Al Baqarah : 187)

Kesimpulannya, tidak ada pertentangan antara ayat ini dan hadits-hadits yang 
semakna dengan hadits di atas dan tidak juga dengan ijma'. Bahkan sebagian dari 
shahabat Ridwanullahi 'Alaihim Ajmain dan selain mereka berpendapat tentang 
terpakainya hadits itu menerangkan bolehnya sahur sampai fajar nampak jelas. 
(Lihat Al Fath 3/109-110)

Termasuk pula faedah dari hadits ini adalah menerangkan bid'ahnya IMSAK yang 
dikatakan sekitar seperempat jam sebelum shubuh (fajar). Hal ini mereka lakukan 
tak lain hanya karena takut mendapati adzan shubuh sedangkan mereka masih makan 
sahur. Tetapi seandainya mereka mengetahui rukhshah (keringanan 
diperbolehkannya makan untuk menyelesaikan sahur walaupun terdengar adzan, 
pent.) niscaya mereka tidak terjerumus ke dalam bid'ah ini.

Dinukil oleh Muhammad Dahri Qamaruddin dari Kitab Tamaamul Minnah Fi At Ta'liqi 
An Fiqhi Sunnah, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany rahimahullah.

----------------------------
Penjelasan Syaikh Abdullah Bin Abdurrahman Bin Shalih Al Bassam
(Anggota Majelis Kibarul Ulama Arab Saudi)

Hadits Nomor 177 Tentang Imsak
Dari Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit radliyallahu 'anhu, dia (Zaid) 
berkata: "Kami makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 
kemudian beliau bangkit untuk shalat (shubuh)." Anas berkata: Aku bertanya 
kepada Zaid: "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Ia menjawab: "Kurang 
lebih sekitar (bacaan) lima puluh ayat." (HR. Bukhari 1801 dan Muslim 1097)

Gharibul Hadits
"Adzan" dalam hadits ini yang dimaksud adalah iqamat. Hal itu dijelaskan oleh 
hadits yang terdapat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Zaid, ia 
berkata: "Kami pernah sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 
kemudian kami bangkit untuk shalat." Aku (Anas) bertanya: "Berapa lama antara 
keduanya (antara sahur dan shalat, pent)?" Ia (Zaid) menjawab: "Kurang lebih 
sekitar (bacaan) lima puluh ayat."

Penjelasan Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa Anas bin Malik meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit 
bahwa ia (Zaid) pernah makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 
Sallam dan termasuk kebiasaan (sunnah) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 
adalah beliau makan sahur menjelang shubuh.

Oleh karena itulah setelah selesai makan sahur (tidak lama kemudian) beliau 
bangkit untuk shalat shubuh. Kemudian Anas bertanya kepada Zaid: "Berapa lama 
jarak antara iqamat dan sahur?" Ia (Zaid) menjawab: "Sekitar (bacaan) lima 
puluh ayat."

Kandungan Hadits
1. Keutamaan mengakhirkan sahur hingga menjelang shubuh.
2. Bersegera melaksanakan shalat shubuh itu dekat waktunya dengan waktu imsak.
3. Waktu imsak adalah terbit fajar (masuk waktu shubuh, pent.).

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Makan dan minumlah hingga terang 
bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar." (QS. Al Baqarah : 187)

Dengan penjelasan ini kita dapat mengetahui bahwa apa yang dilakukan kaum 
Muslimin dengan membuat dua waktu: Imsak dan terbit fajar (shubuh) adalah 
bid'ah yang tidak ada dalilnya. Yang sunnah adalah pada permulaan terbit fajar 
(shubuh). (Taisir Syarh Umdatul Ahkam halaman 414-415)

----------------------------
Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Imsak Termasuk Bid'ah

Tanya :
Kami melihat di sebagian kalender pada bulan Ramadlan terdapat bagian yang 
dinamakan imsak, yaitu terjadi kira-kira 10 menit/seperempat jam sebelum masuk 
waktu shalat fajar (shubuh).
Apakah perkara ini ada dasarnya dari sunnah ataukah termasuk bid'ah? Berilah 
kami fatwa, semoga Anda senantiasa mendapat pahala.

Jawab :
Yang benar (dan tidak ragu lagi) bahwa imsak seperti ini termasuk BID'AH yang 
tidak ada dasarnya bahkan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 
menyelisihinya. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
"Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam yaitu 
fajar." (QS. Al Baqarah : 187)

Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam: "Sesungguhnya Bilal 
mengumandangkan adzan di waktu malam maka makan dan minumlah kamu hingga 
mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum karena ia (Ibnu Ummi Maktum) tidak 
mengumandangkan adzan sampai terbit fajar." (HR. Bukhari 1799 dan Muslim 1092)

Imsak yang dibuat oleh sebagian orang merupakan tambahan atas apa yang 
diajarkan Allah 'Azza wa Jalla. Maka hal itu termasuk perkara yang batil dan 
termasuk tanaththu' (berlebih-lebihan) dalam beragama.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Telah binasa orang dahulu 
yang berlebih-lebihan, telah binasa orang dahulu yang berlebih-lebihan, telah 
binasa orang dahulu yang berlebih-lebihan." (HR. Muslim, Kitabul Ilmi 2670)

(Dinukil dari Kitab Alfadz wa Mafahimu fi Mizanisy Syari'ah karya Syaikh 
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)



__________________
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005
http://mail.yahoo.com




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke