Kalo saya ngeliatnya gini....

Selama tindakan konsumen masih dalam taraf wajar silahkan saja komplain dan
awak pesawat harus bisa menghadapi keluhan konsumen secara bijak dan tidak
boleh terbawa emosi karena awak pesawat harus sadar bahwa sebagai ujung
tombak,mereka harus menservis konsumennya semaksimal mungkin.

Memang tetesan air itu bukanlah hal yg wajar tp paling enggak kasi minuman
kek ato makanan kecil kek ato souvenir kek  ke pnp ybs sehingga
kemarahannya/kekecewaannya tidak menjadi berlebihan.

 

 

  _____  

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 06 Januari 2006 10:36
To: bumi-serpong@yahoogroups.com
Subject: Re: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR

 

Saya sih setuju dengan tindakan Lulu & Aka. Bagaimana pun juga cabin crews
adalah ujung tombak perusahaan. Merekalah yang berurusan dengan pelanggan.
Dan mereka punya kewajiban untuk meminta perusahaan memperbaiki kondisi
kabin sebelum take off kalau ada yang tidak beres tentunya. Kalau melihat
foto-2nya, kejadian tersebut seharusnya sudah diketahui oleh pihak
management Lion Air, terbukti dengan adanya tindakan sementara menutup
dengan lakban. Pertanyaannya, sejak kapan bocor itu terjadi? Saya
berkeyakinan sudah cukup lama terjadi. Walau pun awak yang melayani
penerbangan tersebut bukan awak tetap, toh mereka punya mata dan bisa
melihat bahwa sebagian seat memang tidak layak jual. Kenapa tetap dijual
dan mereka hanya diam saja?

Sudah bukan rahasia lagi bahwa hak-2 konsumen di Indonesia tidak pernah
mendapat perhatian yang cukup. Kejadian di Lion Air hanya segelintir contoh
saja. Banyak kejadian di maskapai-2 penerbangan yang berhubungan dengan
faktor safety tetapi terkesan dibiarkan saja. Apalagi ini yang hanya faktor
comfort? Kita sebagai konsumen harus tegas tanpa perlu bersikap arogan bila
pelayanan yang kita terima tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Maksudnya
adalah supaya ada perubahan. Kapan lagi bisa berubah kalau semua konsumen
kita punya 'toleransi' yang tinggi?

Contoh lain 'kebodohan' konsumen Indonesia adalah keharusan menitipkan
tas/jaket di supermarket, hypermart atau dept. store. Mana ada policy ini
hypermart sejenis di luar negeri? Dan herannya, sedikit sekali konsumen
yang protes ke pihak management saat hak milik mereka (tas & jaket)
dititip-paksakan. Tidak sadarkah mereka bahwa management hypermart.
supermarket & dept. store yang memberlakukan policy tsb. telah melanggar
azas praduga tak bersalah? Masak yang jadi maling segelintir orang saja,
yang lainnya mau dianggap maling semua?

Salam,
Hilmy





"adji ekawarman" <[EMAIL PROTECTED]>@yahoogroups.com on 01/06/2006
10:11:53 AM

(tolong untuk diteruskan kepada:
Lulu & Aka
di Perum. Permata Depok)

kejadian ini pun pernah terjadi kok di maskapai GA,
waktu pesawatnya masih menggunakan pesawat lama..
demikian juga dengan maskapai2 lainnya.

saya rasa tidak pada tempatnya memarahi awak pesawat,
karena mereka kan tidak menjadi awak tetap di pesawat (aircraft) yg sama?
mereka berganti-ganti pesawat, kan..?
jadi ya wajar aja kalo mereka juga gak tau ada masalah seperti itu,
dan menurut saya ya mereka lagi apes aja kok kebagian jadwal dgn pesawat
tersebut..!!
dan kondisi pesawat tanggung jawab bagian maintenance,  bukan mereka..
cmiiw

jadi sebaiknya ya tuliskan aja keluhan ini ke perusahaan tersebut cc. media
massa,
jangan awaknya yg dimarahi seperti itu di depan umum..
berapa banyak pelayanan baik yg telah kita terima dibandingkan dengan
pelayanan buruk itu sehingga kita merasa sangat pantas untuk memarahi orang
lain di depan umum..?

apa gak terbayang oleh kita bahwa diantara penumang2 tersebut mungkin ada
yg
justeru tidak simpatik dan mencap kita sebagai arogan..?

*adji*

----- Original Message -----
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, January 06, 2006 9:37 AM
Subject: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR



--- Forwarded Message Below ---

Ada Hujan di Pesawat Lion Air
"We make people wet"

Saat  kembali  dari  liburan tahun baru di Bali, hari Selasa tgl. 2 Januari
2006  saya  dan  suami pulang ke Jakarta menggunakan pesawat Lion Air nomor
penerbangan  JT  15  tujuan  Denpasar  - Jakarta, keberangkatan pukul 14.05
waktu  setempat. Setelah check in dan menunggu di ruang tunggu bandara, ada
pemberitahuan  bahwa pesawat di-delay selama 1 jam 15 menit. Walaupun kesal
harus  menunggu,  saat  itu kami maklum saja karena tampaknya keterlambatan
sudah menjadi bagian dari penerbangan di Indonesia.

Setelah menunggu 1 jam, akhirnya kami dan penumpang lain dipersilakan untuk
naik  ke  pesawat.  Saya  dan  suami  mendapat tempat duduk di kursi no 35E
(middle)  dan  35F  (aisle). Saat mengamati tempat duduk, ternyata pembatas
antara  35D  dan  35E  tidak  ada, sehingga kursi 35E tidak memiliki tombol
pengatur  sandaran  kursi. Saat itu, kami tidak mengajukan keluhan, mungkin
memang ini resikonya naik kelas ekonomi. Padahal saat membeli tiket, travel
kami  mengatakan bahwa tiket yang dipesan ini adalah kelas ekonomi mahal (@
Rp 899.000,- termasuk charge high season) namun pada kenyataannya tidak ada
beda dengan penumpang lain.

Saat  pesawat  sedang  bersiap-siap untuk lepas landas, tiba-tiba saja dari
langit-langit  pesawat di gang persis sebelah kursi saya (35F) ada air yang
menetes  cukup  deras  dan  sepertinya  berasal  dari  air  AC.  Salah satu
pramugari  Lion  Air  yang melihat itu segera mengambil setumpuk tissue dan
berusaha menyumbat air yang menetes.

Tapi, sebentar saja air mulai menetes lagi dan sekarang berpindah ke bagian
tangan  kursi  35F  sehingga  mengenai  saya. Karena saat itu pesawat sudah
mulai  berjalan,  pramugari  minta  saya  bersabar dan nanti akan dicarikan
kursi  di  tempat lain. Terpaksa saya bersabar juga, walaupun rasanya sudah
jengkel sekali.

Setelah  beberapa  saat di udara, air masih saja menetes dan pramugari Lion
Air  belum  berhasil  menemukan  kursi baru untuk saya. Karena tidak tahan,
akhirnya  saya pindah ke belakang persis di kursi no 36F yang kosong. Suami
saya  tetap  duduk di kursi 35E. Pada saat yang bersamaan ibu yang duduk di
kursi  34F  juga  mengalami  hal  yang  sama,  air menetes dari bagian atas
pesawat  dan  mengenainya  kepalanya.  Ibu  itu segera minta dipindahkan ke
kursi lain dan ia mendapatkan di bagian depan.

Saat  saya duduk di kursi 36F, saya mengamati bagian yang menetes tersebut.
Ternyata  memang  ada bagian yang bocor dan berlubang sehingga ditutup oleh
beberapa  lapis  lakban  berwarna  silver. Di bagian lain yaitu daerah gang
tempat    duduk   no   34-37,   sangat   jelas   terlihat   banyak   sekali
sumpalan-sumpalan  tissue  di  mana-mana  (kira-kira  6-7  sumpalan)  untuk
menahan air yang menetes. Sangat tidak profesional dan memalukan!!

Ternyata, kenyamanan saya duduk di kursi 36F tidak bertahan lama. Waktu itu
pramugari  Lion  Air  mulai  membagi-bagikan  air minum, tiba-tiba saja air
menetes  dengan  keras  ke bagian sandaran kursi saya. Kesabaran saya habis
sudah,  saya  segera berdiri dan memberitahu suami saya. Kami pun memanggil
pramugari  yang  waktu  itu ada di dekat kami dan minta dia mencarikan kami
kursi  lain.  Pramugari itu berulangkali meminta maaf karena saat itu tidak
ada  kursi  yang  kosong  lagi.  Akhirnya  kami  minta kapten pesawat untuk
meminta maaf kepada kami atas nama Lion Air.

Kemudian  ada  seorang  pramugari  lain,  tampaknya dia lebih senior datang
kepada kami meminta maaf dan berusaha menjelaskan permasalahannya. Saya dan
suami  saat  itu  sudah semakin kesal dan kami berkata dengan keras mengapa
bisa  terjadi  air menetes di pesawat dan kursi yang tidak layak ini dijual
ke penumpang. Pramugari senior tersebut meminta maaf lagi dan mengatakan ia
tidak  tahu  ada bagian yang bocor dan air menetes. Tidak habis pikir saya,
bagaimana  mungkin  ia dan awak pesawat lainnya tidak tahu menahu soal itu?
Berapa  besar  sih luas pesawat MD-90? Dan bukannya pesawat adalah tanggung
jawab seluruh awak? Baik pramugari, co-pilot, pilot pesawat?

Kebetulan  saja  pada  saat itu penumpang yang duduk di sebelah kami (kursi
35D)  adalah pegawai Lion Air yang akan ke Jakarta (terlihat dari identitas
yang  dikenakan)  maka  pramugari  senior  tersebut  meminta si bapak untuk
pindah  dan  memberikan  kursinya  pada saya. Pegawai Lion Air itu akhirnya
sepanjang  perjalanan  duduk di kursi yang diperuntukkan untuk pramugari di
bagian belakang dekat toilet.

Sekitar  5  menit  kemudian,  datanglah pilot pesawat (mungkin co-pilot) ia
meminta  maaf kepada kami karena tidak ada kursi kosong lain dan mengatakan
bahwa  kejadian  ini di luar kemampuannya. Mendengar alasan yang diberikan,
saya  merasa  marah  dan  akhirnya  saya berkata kepada co-pilot tadi bahwa
kemampuan  siapakah  yang  bisa  mengatasi hal ini? Kami penumpang membayar
dengan  harga  cukup mahal hanya berharap agar bisa mendapat kenyamanan dan
keamanan selama berada di pesawat.

Co-pilot  tersebut  menawari  kami  untuk menulis saja surat keluhan kepada
Lion  Air  dan  meminta kepada salah satu pramugari untuk memberikan kertas
keluhannya kepada kami. Tahukah kertas seperti apakah yang diberikan? Hanya
selembar  kertas  kosong  tanpa kop surat dan tidak ada keterangan apa pun,
bahkan  jelas  sekali  sudah  ada bagian yang terpotong. Kami menolak untuk
menuliskan apa pun di kertas itu.

Karena  merasa masalah ini tidak ada penyelesaiannya, akhirnya kami memilih
untuk  kembali  duduk  saja  dan  berharap tidak ada air lagi yang menetes.
Untung saja, kejadian itu tidak terulang lagi sepanjang perjalanan

Saya  dan  suami  sudah  sering  menggunakan  berbagai  macam jasa maskapai
penerbangan  mulai  dari  maskapai yang terkenal 'murah' sampai 'mahal' dan
beberapa  kali  juga kami menemui sedikit ketidaknyamanan, namun kami masih
memaklumi  karena  tentu  kesempurnaan  itu susah dicapai. Tapi benar-benar
kejadian  air  menetes  di  Lion  Air ini sudah benar-benar keterlaluan dan
kelewatan.  Mereka  sangat  tidak profesional membiarkan ada bagian pesawat
yang  bocor dan air menetes di mana-mana. Dan terlihat sekali, bahwa mereka
membiarkan  bagian  yang  bocor  itu  lebih  dari satu kali penerbangan dan
membiarkan penumpang berada dalam keadaan tidak nyaman dan aman.

Apakah  tidak  bisa  dilakukan tindakan antisipatif atau preventif terhadap
hal ini? Apakah tidak bisa awak pesawat untuk meminta semua penumpang untuk
tidak menutup lubang AC sebelum pesawat berada di udara?

Kami  selaku  pelanggan  meminta perhatian dari pihak Lion Air untuk segera
membenahi  pesawatnya,  jangan  sampai  kejadian  ini bisa terulang kembali
karena  sangat  ironis sekali ketika kami melihat sebuah acara di TV swasta
tepat   pada   malam   harinya,  Lion  Air  sedang  melakukan  promosi  dan
menghadirkan  seorang  PR  Managernya.  Apakah  pihak  Lion Air hanya ingin
menangguk  keuntungan  sebanyak mungkin tanpa memperhatikan layanan terbaik
kepada para penumpangnya?

Regards,
Lulu & Aka
Perum. Permata Depok


___________________________________________________
Kirim e-mail:   bumi-serpong@yahoogroups.com
Setting: http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong
<http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong> 
Yahoo! Groups Links













___________________________________________________
Kirim e-mail:   bumi-serpong@yahoogroups.com
Setting: http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong
<http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong>  




  _____  

YAHOO! GROUPS LINKS 

 

*        Visit your group "bumi-serpong
<http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong> " on the web.
  
*        To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
  
*        Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo!
<http://docs.yahoo.com/info/terms/>  Terms of Service. 

 

  _____  



[Non-text portions of this message have been removed]



___________________________________________________
Kirim e-mail:   bumi-serpong@yahoogroups.com
Setting: http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke