Pak Hilmy, Kalau saya melihatnya ada 2 masalah yaitu: pesawat yang bocor dan sikap emosional yg berlebihan dari Lulu.
Untuk pesawat yang bocor,okelah memang perlu dikomplain. Tapi perlu diingat crew pesawat sudah menyerah tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa menambal, tidak bisa memberi kursi kosong dst. Harusnya dengan situasi seperti itu finish atau selesai. Sikap emosional Lulu yg berlebihan tampak sekali dengan tidak mau mengalah. Padahal sudah jelas pihak crew menyerah (udah minta maaf berkali-kali dr pramugary,supervisor,co pilot). Artinya tidak ada solusi untuk masalah tersebut. Dalam teknik negosiasi dikenal istilah slonong boy.Artinya tuntutan/keinginan kita maunya diturutin tanpa mengetahui goalnya bisa direalisasikan atau tidak. Jadi tidak perlu menyerang ke personilnya tapi ke obyeknya yaitu lion airnya. Kalau memang Lulu mengaku sudah sering bepergian dengan pesawat dapat dipertanyakan sbb: 1. Harusnya sudah mengerti bahwa penerbangan murah (lion air dll) tidak menjamin ketepatan waktu. Kalau ingin lebih baik ttg delay pilihlah Garuda. Ada pepatah, bila ingin yg manis belilah roti strowberry jangan beli roti keju yg asin. 2. Mengenai tiket ekonomi mahal bukan jaminan akan mendapat kursi yg berbeda. Tiket ekonomi mahal dan ekonomi murah tempat duduknya ya sama saja.Tergantung anda saat menukar tiket dengan boarding pass, anda ingin memilih kursi no berapa ? Bila anda ingin berbeda harus naik kelas BISNIS. Untuk garuda, punya kelas EKONOMI kira-kira 5 macam tapi tempat duduknya ya sama nggak ada beda. Dalam emailnya Lulu beranggapan dia membeli tiket ekonomi mahal harusnya dapat kursi berbeda. Hal itu salah besar. Kalau memang sering naik pesawat harusnya sudah mengerti ttg ini. 3. Lulu:"Akhirnya kami minta kapten pesawat untuk meminta maaf kepada kami atas nama Lion Air." Permintaan maaf sudah dilakukan tetapi knapa masih marah-marah terus ? Harusnya dia tahu pimpinan tertinggi di pesawat adalah kapten pesawat. Sering naik pesawat kok nggak ngerti. 4. Setiap pesawat tidak dijalankan atau dioperasikan oleh crew yang sama setiap harinya. Artinya, pesawat tsb dioperasikan oleh pramugari dan pilot yg berbeda-beda setiap harinya. Sering naik pesawat harusnya tahu dong. Maaf P.Hilmy ini hanya sekedar share dan urun rembuk saja. Untuk masalah titip jaket, saya kurang setuju dgn P.Hilmy. Suatu kebijakan yg bersifat pencegahan kriminal lebih baik dari pada terjadi kriminal. Seharusnya kita mendukung pencegahan kriminal tsb. thx, --- [EMAIL PROTECTED] wrote: > Saya sih setuju dengan tindakan Lulu & Aka. > Bagaimana pun juga cabin crews > adalah ujung tombak perusahaan. Merekalah yang > berurusan dengan pelanggan. > Dan mereka punya kewajiban untuk meminta perusahaan > memperbaiki kondisi > kabin sebelum take off kalau ada yang tidak beres > tentunya. Kalau melihat > foto-2nya, kejadian tersebut seharusnya sudah > diketahui oleh pihak > management Lion Air, terbukti dengan adanya tindakan > sementara menutup > dengan lakban. Pertanyaannya, sejak kapan bocor itu > terjadi? Saya > berkeyakinan sudah cukup lama terjadi. Walau pun > awak yang melayani > penerbangan tersebut bukan awak tetap, toh mereka > punya mata dan bisa > melihat bahwa sebagian seat memang tidak layak jual. > Kenapa tetap dijual > dan mereka hanya diam saja? > > Sudah bukan rahasia lagi bahwa hak-2 konsumen di > Indonesia tidak pernah > mendapat perhatian yang cukup. Kejadian di Lion Air > hanya segelintir contoh > saja. Banyak kejadian di maskapai-2 penerbangan yang > berhubungan dengan > faktor safety tetapi terkesan dibiarkan saja. > Apalagi ini yang hanya faktor > comfort? Kita sebagai konsumen harus tegas tanpa > perlu bersikap arogan bila > pelayanan yang kita terima tidak sesuai dengan yang > dijanjikan. Maksudnya > adalah supaya ada perubahan. Kapan lagi bisa berubah > kalau semua konsumen > kita punya 'toleransi' yang tinggi? > > Contoh lain 'kebodohan' konsumen Indonesia adalah > keharusan menitipkan > tas/jaket di supermarket, hypermart atau dept. > store. Mana ada policy ini > hypermart sejenis di luar negeri? Dan herannya, > sedikit sekali konsumen > yang protes ke pihak management saat hak milik > mereka (tas & jaket) > dititip-paksakan. Tidak sadarkah mereka bahwa > management hypermart. > supermarket & dept. store yang memberlakukan policy > tsb. telah melanggar > azas praduga tak bersalah? Masak yang jadi maling > segelintir orang saja, > yang lainnya mau dianggap maling semua? > > Salam, > Hilmy > > > > > > "adji ekawarman" > <[EMAIL PROTECTED]>@yahoogroups.com on > 01/06/2006 > 10:11:53 AM > > (tolong untuk diteruskan kepada: > Lulu & Aka > di Perum. Permata Depok) > > kejadian ini pun pernah terjadi kok di maskapai GA, > waktu pesawatnya masih menggunakan pesawat lama.. > demikian juga dengan maskapai2 lainnya. > > saya rasa tidak pada tempatnya memarahi awak > pesawat, > karena mereka kan tidak menjadi awak tetap di > pesawat (aircraft) yg sama? > mereka berganti-ganti pesawat, kan..? > jadi ya wajar aja kalo mereka juga gak tau ada > masalah seperti itu, > dan menurut saya ya mereka lagi apes aja kok > kebagian jadwal dgn pesawat > tersebut..!! > dan kondisi pesawat tanggung jawab bagian > maintenance, bukan mereka.. > cmiiw > > jadi sebaiknya ya tuliskan aja keluhan ini ke > perusahaan tersebut cc. media > massa, > jangan awaknya yg dimarahi seperti itu di depan > umum.. > berapa banyak pelayanan baik yg telah kita terima > dibandingkan dengan > pelayanan buruk itu sehingga kita merasa sangat > pantas untuk memarahi orang > lain di depan umum..? > > apa gak terbayang oleh kita bahwa diantara penumang2 > tersebut mungkin ada > yg > justeru tidak simpatik dan mencap kita sebagai > arogan..? > > *adji* > > ----- Original Message ----- > From: [EMAIL PROTECTED] > To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, January 06, 2006 9:37 AM > Subject: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI > PESAWAT LION AIR > > > > --- Forwarded Message Below --- > > Ada Hujan di Pesawat Lion Air > "We make people wet" > > Saat kembali dari liburan tahun baru di Bali, > hari Selasa tgl. 2 Januari > 2006 saya dan suami pulang ke Jakarta menggunakan > pesawat Lion Air nomor > penerbangan JT 15 tujuan Denpasar - Jakarta, > keberangkatan pukul 14.05 > waktu setempat. Setelah check in dan menunggu di > ruang tunggu bandara, ada > pemberitahuan bahwa pesawat di-delay selama 1 jam > 15 menit. Walaupun kesal > harus menunggu, saat itu kami maklum saja karena > tampaknya keterlambatan > sudah menjadi bagian dari penerbangan di Indonesia. > > Setelah menunggu 1 jam, akhirnya kami dan penumpang > lain dipersilakan untuk > naik ke pesawat. Saya dan suami mendapat > tempat duduk di kursi no 35E > (middle) dan 35F (aisle). Saat mengamati tempat > duduk, ternyata pembatas > antara 35D dan 35E tidak ada, sehingga kursi > 35E tidak memiliki tombol > pengatur sandaran kursi. Saat itu, kami tidak > mengajukan keluhan, mungkin > memang ini resikonya naik kelas ekonomi. Padahal > saat membeli tiket, travel > kami mengatakan bahwa tiket yang dipesan ini adalah > kelas ekonomi mahal (@ > Rp 899.000,- termasuk charge high season) namun pada > kenyataannya tidak ada > beda dengan penumpang lain. > > Saat pesawat sedang bersiap-siap untuk lepas > landas, tiba-tiba saja dari > langit-langit pesawat di gang persis sebelah kursi > saya (35F) ada air yang > menetes cukup deras dan sepertinya berasal > dari air AC. Salah satu > pramugari Lion Air yang melihat itu segera > mengambil setumpuk tissue dan > berusaha menyumbat air yang menetes. > > Tapi, sebentar saja air mulai menetes lagi dan > sekarang berpindah ke bagian > tangan kursi 35F sehingga mengenai saya. Karena > saat itu pesawat sudah > mulai berjalan, pramugari minta saya bersabar > dan nanti akan dicarikan > kursi di tempat lain. Terpaksa saya bersabar juga, > walaupun rasanya sudah > jengkel sekali. > > Setelah beberapa saat di udara, air masih saja > menetes dan pramugari Lion > Air belum berhasil menemukan kursi baru untuk > saya. Karena tidak tahan, > akhirnya saya pindah ke belakang persis di kursi no > 36F yang kosong. Suami > saya tetap duduk di kursi 35E. Pada saat yang > bersamaan ibu yang duduk di > kursi 34F juga mengalami hal yang sama, air > menetes dari bagian atas > pesawat dan mengenainya kepalanya. Ibu itu > segera minta dipindahkan ke > kursi lain dan ia mendapatkan di bagian depan. > > Saat saya duduk di kursi 36F, saya mengamati bagian > yang menetes tersebut. > Ternyata memang ada bagian yang bocor dan > berlubang sehingga ditutup oleh > beberapa lapis lakban berwarna silver. Di bagian > lain yaitu daerah gang > tempat duduk no 34-37, sangat jelas > terlihat banyak sekali > sumpalan-sumpalan tissue di mana-mana (kira-kira > 6-7 sumpalan) untuk > menahan air yang menetes. Sangat tidak profesional > dan memalukan!! > > Ternyata, kenyamanan saya duduk di kursi 36F tidak > bertahan === message truncated === __________________________________________ Yahoo! DSL Something to write home about. Just $16.99/mo. or less. dsl.yahoo.com ___________________________________________________ Kirim e-mail: bumi-serpong@yahoogroups.com Setting: http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/bumi-serpong/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/