Dahsyatnya Sedekah
K.H. Abdullah Gymnastiar  
---------------------------------
     
  Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan 
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
   
  Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun 
menciptkan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi 
pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. 
Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang 
lebih kuat dari pada gunung?"
  Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa 
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya 
yang terbuat dari besi).
  Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam 
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
  Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa 
menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
  Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu 
yang lebih kuat dari pada api?"
  Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat 
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
  "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" 
Kembali bertanya para malaikta.
  Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di 
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma 
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau 
mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena 
dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat 
dahsyat).
  Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam 
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
  Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal 
anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan 
kirinya tidak mengetahuinya."
  Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah 
orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah 
yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun 
keinginan untuk diketahui orang lain.
   
  Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang 
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap 
dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan 
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita 
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita 
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri 
kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
   
  Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas 
adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah 
oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
   
  Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu 
hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali 
dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita 
mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung 
dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis 
yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh 
penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi 
di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang 
tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka 
itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan 
menangis tersedu-sedu penuh syukur.
   
  Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut 
pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni 
ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama 
dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
   
  Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah 
(keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat 
dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
  Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada 
semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu 
membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin 
amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada 
terkira.
   
  Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan 
terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini 
ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, 
semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. 
Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah 
dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita 
akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun 
saat menghadap-Nya kelak.
   
  Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti 
diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang 
dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang 
disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
   
  Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang 
tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan 
sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada 
Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang 
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang 
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah 
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas 
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 
261).
  Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan 
menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku 
hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan 
keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
  "Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab 
Rasulullah.
   
  Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan 
melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.
   
  Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun 
segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu 
dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
   
  Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah 
tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda 
sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan 
pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang 
mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang 
terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan 
musuh, surga Jannatu naÃÊm telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap 
berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada 
keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
  Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah 
penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih 
menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. 
Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. 
Masya Allah!
   
  Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang 
disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, 
sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, 
seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke