Quote:
"..
Ketika saya melihat wajah  Donald Luther Colopita berdarah-darah,
samar-samar saya teringat wajah Bung Karno, bagaimana kecewanya
dia lihat anak bangsanya sendiri digebukin di negara kecil yang nggak
pernah perang buat ngerebut kemerdekaannya sendiri, setelah itu mereka
tidak mau minta maaf dan bersikap arogan dengan mengatakan akan
melihat proses hukum, kayak Malaysia tahu aja proses hukum yang
benar!, Waperdam-nya sendiri Anwar Ibrahim saja dipecundangi di depan
hukum Malaysia itu demi kekuasaan picik. Bung Karno benar, bahwa
penjajahan dalam bentuk baru akan berubah wujud. Kita bukan lagi
bangsa yang berani, tapi bangsa pengecut. Memaklumi tiadanya
pernyataan maaf dari Malaysia pun pake bawa-bawa alasan `kepribadian
masing-masing' – sembari menonjolkan diri kalo gara-gara asap
Presiden kita yang plin-plan itu mau minta maaf
.."

Maaf agak panjang..  Ada yang mau komentar?
Atau dicuekin aja? :-)

Wassalam,

Irwan.K

---------- Forwarded message ----------
From: anton_djakarta
Date: Aug 30, 2007 12:17 PM
Subject: Mengenang Politik Ganyang Malaysia

Mengenang Politik Ganyang Malaysia

Oleh : Anton

Kita tidak gentar! Kalau; mereka serang kita,
sekaligus kita hancur leburkan Singapura. Ya, memang karena
Singapura adalah
pokok, mile stone di dalam life line of imperialism.

(Letnan Jenderal Ahmad Yani mengenai ancaman Nekolim)

Salah satu lagu yang pernah mewarnai jalan-jalan di Indonesia pada
pertengahan tahun 60-an adalah lagu Ganyang Malaysia "Yok,..Kita
Ganyang Tengku Abdul Rahman, Perutnya gendut kayak tempayan.." orang
banyak mengira politik Ganyang Malaysia sebagai politik alih
perhatian Bung Karno terhadap kondisi ekonomi yang carut marut, tapi
sesungguhnya apa yang dicanangkan Bung Karno untuk menggagalkan
proyek Neo Kolonialisme Federasi Malaysia merupakan buah dari
pemikiran yang kritis terhadap perkembangan korektif Kapitalisme dan
Imperialisme gaya baru.

Proyek pembentukan Federasi Malaysia dengan mencaplok Kalimantan
Utara dan Singapura oleh Inggris melalui tangan Kuala Lumpur
merupakan garis politik baru negara kolonialis itu membentuk
jaringan imperialismenya seperti yang dilakukan di Timur Tengah atas
pembentukan Irak, membantu penegakan rezim dinasti Saud di jazirah
Arab dan membangun komunitas Israel di tengah-tengah bangsa Arab. Di
Asia Tenggara Inggris membangun kantung-kantung koloninya guna
mencegah meluasnya pengaruh paham kemerdekaan politik dan sosialisme
dari Indonesia, Vietnam dan Burma. Proyek ini dibantu Amerika
Serikat sebagai kelanjutan untuk mengcontain Indonesia. Tujuan utama
dari politik Neo Kolonialisme dan Imperialisme adalah membuat agar
negara-negara yang baru saja merdeka secara politik tetap memiliki
ketergantungan ekonomi terhadap mereka, sehingga Kapital bisa terus
terakumulasi.

Bung Karno adalah bahaya besar bagi Amerika-Inggris di tahun 1960-
an, bahkan jauh lebih besar daripada Uni Soviet dan Cina, kenapa
sebabnya?. Karena paham politik Bung Karno yang berusaha memutuskan
secara total ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara
kapitalisme, Bung Karno tidak mau menjual konsesi-konsesi sumber
daya alam Indonesia karena itu sama saja dengan kolonialisme,
konsesi harus disetujui apabila Indonesia mengambil manfaat dalam
jumlah yang mayoritas. Itulah kesadaran negosiasi bangsa yang
bermartabat. Bagi barat Bung Karno adalah hantu yang menyebalkan
mereka menyebarkan propaganda Bung Karno sebagai Hitler baru, Hantu
bordil segala benua –bahkan ada film porno yang menggunakan aktor
mirip Bung Karno berkencan dengan seorang gadis – Secara terus
menerus karakter Bung Karno dihancurkan oleh media massa di Amerika
sehingga mempengaruhi opini masyarakat Indonesia yang mendapat
didikan Amerika untuk nentang Bung Karno, Amerika membangun
propaganda seolah-olah Indonesia dikuasai diktator jahat dan mereka
terpengaruh. Mereka lupa mayoritas bangsa Indonesia mencintai Bung
Karno.

Hal terpenting dalam dunia kapitalisme adalah masalah kapital,
titik! Kaum kapitalis bisa menemani siapa saja asal kepentingan
kapitalnya jangan diganggu. Saat itu Amerika akrab dengan Moskow
karena politik pasca Stalin yang mengedepankan Co-existence –kalau
istilah Bung Karno "Lu ada, gua ada" Moskow mengakui keberadaan
Amerika Serikat dan siap bekerja sama. Sementara Peking masih
menolak adanya politik Co-existence itu. Bung Karno yang tahu
pahitnya sebagai orang jajahan, sebagai orang yang dihina "bahkan
bayi-bayi Belanda-pun sudah diajarkan meludah kepada kaum pribumi"
begitu kata Bung Karno jadi dia tidak akan mau tanah air yang sudah
direbut dengan pertarungan senjata, konflik politik yang rumit,
kecerdikan politik diplomasi dan diatas segalanya, keberanian rakyat
Indonesia diserahkan begitu saja kepada Amerika-Inggris dalam garis
baru politik Neo Imperialisme.

Bung Karno paham benar bahwa Imperialisme –yang merupakan fase
terakhir dari Kapitalisme- akan selalu melakukan koreksi-koreksi
internal, awalnya Kapitalisme mengkoreksi kekejaman-kekejaman
kapitalis di negara asalnya dengan mengekspor kekejaman itu ke
wilayah-wilayah jajahan. Kemudian setelah wilayah jajahan insyaf
akan ketertindasan, Kapitalisme itu kemudian mengkoreksi dirinya
lagi dengan merubah menjadi perusahaan-perusahaan multinasional.
Sadar akan mulai membesarnya imperialisme jenis baru ini Bung Karno
berniat mengambil alih perusahaan-perusahaan besar asing di
Indonesia macam : Stanvac, Caltex, Union Carbide, Good Year dll.
Bung Karno yang pemikirannya jauh ke depan melampaui jamannya sudah
mengindikasikan bahwa bentuk penjajahan masa depan bukan lagi
masalah perluasan wilayah lantas menerapkan kapitalis vulgar, tapi
kolonialisme bentuk baru yang senjatanya adalah modal. Modal/Kapital
yang oleh kaum liberalis didengung-dengungkan tidak memiliki batas-
batas negara adalah kebohongan yang dipropagandakan oleh mereka,
nyatanya manfaat kapital itu hanya bersarang pada segelintir
kelompok yang dekat dengan penguasa, orang yang berada di dalam
sistem kekuasaan yang didukung Amerika-Inggris yang kemudian
mewariskan utang yang besar kepada bangsa yang digoblokin itu.
(untuk kasus Indonesia, ketika Bung Karno jatuh utang negara kita
tidak sampai 100 juta dollar US, tapi saat Pak Harto lengser harta
kekayaan Suharto saja yang dilansir majalah Time 80 milyar dollar,
dengan utang bangsa ini berkali lipat lebih besar)

Politik Neo Kolonialisme dan Imperialisme adalah politik yang
menciptakan ketergantungan untuk melestarikan pangsa pasar produk-
produk kapitalis, ketergantungan itu dikreasikan lewat godaan-godaan
kapitalis seperti : uang yang didapat secara instan, barang-barang
mewah yang tidak perlu dan gaya hidup modern tapi hedonis tanpa tahu
memproduksi dan menciptakan nilai tambah. Ini sama saja dengan
menciptakan kondisi agar seorang kuli tetap menjadi kuli. Kuli-kuli
kontrak Deli terus memperpanjang kontrak kerjanya sebagai budak
dengan diiming-imingi judi, pelacur dan minuman keras bahkan
candu/opium dengan harga diatas upah mereka akhirnya mereka yang
tergoda mengutang pada onderneming sehingga dia tidak bisa menabung
upah kuli, tidak mampu melepaskan diri dari kerja budak dan terjerat
hutang. Bung Karno paham benar bahwa negara yang ia merdekakan harus
sepenuhnya bisa melakukan proses produksinya sendiri, merdeka secara
ekonomi, merdeka secara pikiran dan merdeka budayanya inilah yang
disebutnya sebagai Berdikari dalam Trisakti : Berdikari dalam
Politik, Berdikari dalam ekonomi dan Berkepribadian Indonesia.
Ketiga prinsip karakter manusia Indonesia ini yang akan berguna
untuk menghadapi gempuran pengaruh candu kapitalis dan kuat hidup
menderita kalau perlu makan batu demi masa depan Indonesia yang
lebih gemilang (tapi mahasiswa-mahasiswi 66 yang terpengaruh CIA itu
malah bawa-bawa wajan dan menaruh batu-batu lalu seakan-akan memasak
batu untuk mengejek ungkapan Bung Karno, buktinya setelah tiga puluh
tahun mereka menjadi bagian dari sistem korup di Indonesia yang
tidak peduli dengan rakyat, sedikit dari mereka yang waras dan
konsisten terhadap nilai-nilai moral yang diyakini malah diinjak-
injak kemanusiaannya seperti :Arif Budiman)

Indonesia pada dasarnya tidak mau ikut campur dengan rencana
pencaplokan Kalimantan Utara oleh Kuala Lumpur. Wilayah Sabah dan
Sarawak yang sesungguhnya merupakan wilayah kekuasaan kesultanan
Sulu (Filipina Selatan), Presiden Macapagal-lah yang protes terhadap
pencaplokan Sabah dan Sarawak yang sebelumnya disewa Inggris dari
Sultan Jamal Alam dari Sulu. Setelah masa sewa habis, eh tahu-tahu
Menhan Najib Tun Rajak koar-koar akan berperang untuk mendapatkan
hak atas Sabah dan Sarawak juga mengancam Filipina supaya tidak
masuk Kalimantan Utara.

Kelakuan Inggris lewat boneka-boneka politiknya di Kalimantan Utara
memang mirip kelakuan Amerika terhadap Hamas saat ini, lewat pemilu
yang demokratis Hamas menang tapi malah diisolir tidak dihadapi
secara jantan. Begitu juga dengan Partai Rakyat Brunai yang dipimpin
Kapten Azhari (Azhari ini pernah berjuang dalam revolusi kemerdekaan
di Indonesia jadi dia tahu benar semangat kemerdekaan). PRB menang
54 kursi dari 55 kursi Pemilu distrik di Kalimantan Utara pada
Pemilu Agustus 1962. Tapi pemerintah Kuala Lumpur yang dihasut
Inggris tidak mau mengakui dan mencap Azhari sebagai pemberontak
juga antek-anteknya Sukarno. Padahal Azhari sama sekali nggak
berhubungan dengan Indonesia, dia selalu kontak dengan Wapres
Filipina Imannuel Palaez. Si Tunku Abdurahman itu malah nunjuk-
nunjuk Indonesia sebagai biang keladi kasus Azhari, terang saja
Indonesia nolak tuduhan Tunku karena merasa tidak tahu apa-apa.
Ketua Umum PNI, Ali Sastro yang juga pernah jadi Perdana Menteri di
era KTT Asia Afrika, Bandung 1955 angkat bicara bahwa Indonesia
tidak tahu menahu tentang kasus di Kalimantan Utara tapi jikalau
perjuangan itu merupakan perlawanan terhadap Imperialisme maka
Indonesia akan mendukung. Tunku malah balik membentak pernyataan Ali
Sastro "Jangan campuri urusan Kalimantan Utara!"

Bung Karno yang sudah nggak nahan lihat kelakuan tengil negara kecil
yang nggak berani perang buat kemerdekaannya sendiri menjawab
ancaman Tunku di depan Konferensi Pers Wartawan Asia Afrika di
Jakarta pada April 1963 : "Perjuangan
rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, adalah bagian dari perjuangan
negara-negara `the
new emerging forces' yang membenci penghisapan manusia oleh
manusia". Pernyataan Bung Karno ini bikin gemeter orang-orang Malaya
yang jadi boneka Inggris itu, maklum dengan Belanda yang senjatanya
modern dan didukung Amerika Serikat saja berani ngelabrak ke Irian
Barat, ini dengan negara kecil yang nggak pernah perang petentang
petenteng.

Jepang yang tahu benar kehebatan militer Indonesia dan kenekatan
orang Indonesia kalau bertempur (maklum tentara mereka yang ndidik
ilmu militer orang Indonesia) berusaha bikin adem suasana, mereka
menganjurkan diadakan perundingan dua mata antara Sukarno dan Tunku
di Tokyo 31 Mei – 11 Juni 1963. Pertemuan Tokyo itu juga dilanjutkan
dengan konferensi tribangsa Malaysia-Phillipina-Indonesia atau yang
lebih dikenal dengan istilah Maphillindo. Gagasan Maphillindo dari
Macapagal ini ditentang oleh Inggris dan Amerika mereka takut
Maphillindo akan jadi sebuah pakta pertahanan anti barat. Awalnya
diadakan pertemuan setingkat menlu, kemudian diputuskan untuk
mengadakan pertemuan antara Sukarno-Tunku Abdulrahman-Macapagal di
Manila yang berakhir Agustus 1963, pertemuan ini hanya mengesahkan
pertemuan tingkat luar negeri saja. Bung Karno dan Macapagal yang
punya darah pejuang anti kolonialis dalam pertemuan itu, bertemu
empat mata tanpa melibatkan Tunku yang boneka politik Inggris. Bung
Karno dan Macapagal dalam pembicaraan itu sepakat untuk mengeluarkan
doktrin yang dikenal Doktrin Sukarno-Macapagal : "Urusan Bangsa Asia
diselesaikan oleh Bangsa Asia sendiri".

Lahirnya doktrin itu langsung bikin gempar London, karena pada saat
itu mereka sedang merancang Federasi Malaysia yang akan mencaplok
Kalimantan Utara yang tujuan utamanya untuk mengcontain Indonesia.
Merasa didahului Sukarno-Macapagal para agen intel Inggris dan spion
Melayu bikin rumor akan membentuk Federasi Malaysia selambat-
lambatnya 31 Agustus 1963. Hal ini berarti menafikan usul Sukarno
agar bentukan Federasi harus memperhatikan suara rakyat Kalimantan
Utara lewat referendum atau Hak Penentuan nasib sendiri yang jadi
wasitnya Sekjen PBB, U Thant. Cuek bebek saja dengan protes
Indonesia, London memutuskan menambah pasukan di Malaysia sekitar
50.000 pasukan seakan-akan ini digunakan untuk bersiap dalam politik
konfrontasi dengan Indonesia. Untuk membentuk Federasi Malaysia ini
London bujukin Amerika agar masuk ke Asia Tenggara sekaligus
mendorong agar Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States)
memback-up kemungkinan perang Inggris-Indonesia di Kalimantan Utara.
Bung Karno kesal bukan main dengan kelakuan Inggris ini. Pembentukan
Federasi Malaysia dirasakannya sebagai sebuah Prolog dari rencana
besar menguasai Asia Tenggara supaya jatuh lagi ke tangan Inggris
dan Amerika (setelah Perancis dan Belanda minggat dihajar keberanian
rakyat Vietnam dan Indonesia), kalau ini berhasil Inggris akan
untung besar karena ia akan mendapat warisan dari Belanda tanpa
perlu bikin traktat-traktat seperti jaman Raffles, tapi cukup gertak
dan ngibulin pemimpin Indonesia. Sementara Vietnam yang hak milik
Perancis, sudah dikapling Amerika. Untuk nguasain Indonesia, Inggris
minta bantuan sepupunya Amerika buat gebukin Sukarno sampai berdarah-
darah kalau perlu sampai mati. Tadinya Amerika mau hantam langsung
saja Indonesia pakai Armada ke VII yang sudah muter-muter di sekitar
Indonesia, tapi Inggris yang otaknya lebih dingin dan jago bikin
dokumen bodong macam James Bond ngajak CIA dan jaringan cecunguk-
cecunguk orang Indonesia yang anti Sukarno bikin pancingan agar PKI
dan Angkatan Darat masuk perangkap yang tujuan utamanya bikin mampus
Bung Karno. Mereka sadar kaki-kaki politik Bung Karno ada di dua
kelompok ini. Kalau kedua kaki ini diamputasi maka Bung Karno nggak
akan bisa bertarung lawan Inggris di Kalimantan Utara, kalau perlu
setelah itu Indonesia dipecah-pecah. Kebetulan pemimpin kedua
kelompok ini juga lagi berseteru akibat isu Angkatan Ke V. Bung
Karno sendiri yang mencetuskan ide Angkatan Ke V yang akan digunakan
sebagai barisan bersenjata perlawanan rakyat semesta. Kalau Angkatan
Ke V bisa dibentuk maka Indonesia akan mempunyai kekuatan militer
yang nyaris menyamai kekuatan militer RRC. Angkatan ke V juga bisa
merupakan perwujudan dari UUD 1945 pasal 30 tentang Bela Negara.
Karena Indonesia memang sudah dalam ancaman fisik dari Inggris yang
menempatkan banyak pasukannya di front terdepan Kalimantan Utara.
Tapi untuk melakukan mobilisasi pasukan Angkatan Ke V hanya PKI-lah
yang paling siap, soalnya cuman dia sendiri partai yang belum bubar
selain PNI dan NU. PNI sendiri sudah lemah luar dalam dalam
pencatatan ulang pada Kongres Purwekerto 1963 kader PNI hanya
sekitar 1 juta orang, ini bukan mencerminkan partai yang besar lagi.
Kalau kader-kader PKI masuk Angkatan Ke V, ini berarti satu-kosong
buat PKI dalam persaingannya dengan Angkatan Darat, karena satu-
satunya yang tidak dimiliki PKI dalam perseteruannya itu hanyalah
Pasukan Bersenjata. Angkatan Ke V juga dicurigai sebagai langkah
awal pembentukan tentara merah di Indonesia. Kecurigaan ini terus
dihembus-hembuskan pihak yang berkepentingan merusak persatuan
bangsa Indonesia dibawah Bung Karno.
Tapi harus diakui bahwa Inggris memang lebih hebat daripada kita
dalam perseteruan Kalimantan Utara. Bekerjasama dengan CIA, mereka
berhasil menghancurkan dua kekuatan pendukung Bung Karno sekaligus –
Angkatan Darat dan PKI – dalam sebuah peristiwa aneh Gerakan Untung
30 September 1965. Loyalis Bung Karno, Jenderal Ahmad Yani dibunuh
dalam gerakan itu, juga hampir seluruh Staff penting Yani yang
tergabung dalam SUAD. DN Aidit, tokoh politik kunci PKI yang juga
pendukung berat Bung Karno tewas ditembak tentara dalam kemelut itu
beberapa bulan kemudian tanpa proses pengadilan, 2-3 juta manusia
Indonesia dibantai dalam histeria massa menyusul peristiwa
penculikan enam Jenderal. Belakangan keterlibatan Inggris dan CIA
ini disebut oleh Bung Karno dalam pidato Nawaksara tahun 1967
mengenai peristiwa Gestok, kata Bung Karno, peristiwa Gestok
disebabkan oleh :
1. Keblingernya Pemimpin-Pemimpin PKI
2. Lihainya CIA dan agen-agen asing
3. Adanya oknum-oknum yang tidak benar
Setelah peristiwa aneh misterius itu ditengah kekacauan politik Bung
Karno masih sempat memberi tugas Dubes Keliling Ny. Supeni untuk
meminta agar Macapagal menunda pengakuan Federasi Malaysia pada
bulan Februari 1966, sembari menunggu keputusan konferensi
Maphillindo yang gunanya juga mengakhiri politik Konfrontasi. Tapi
nasib berkata lain, Bung Karno keburu dijegal Supersemar sialan itu.
SP 11 Maret 1966 hanya surat penugasan keamanan, ternyata sudah
dipelintir jadi Surat pelimpahan kekuasaan yang ujung-ujungnya
Pencopotan Presiden Sukarno oleh MPRS.
Setelah Bung Karno jatuh, maka berkuasalah Orde Baru yang dengan
mudah menjual kekayaan alam kita. Atas nama ekonomi pasar semua
negara-negara kapitalis besar bancakan disini. Amerika lewat
pemberian hutangnya terus menjerat Indonesia dengan proyek-proyek
yang nilainya seribu kali lipat kebutuhan sebenarnya (Baca John
Perkins) sehingga kita terus-terusan bergantung dengan IMF. Kemilau
nafsu kebendaan telah melupakan hakikat kenapa kita dulu bertarung
nyawa untuk merdeka?. Tanpa lagi ada malu di wajah-wajah para maling
itu yang pakai baju safari mereka mengajari rakyat bagaimana cara
mencuri. Jadilah Indonesia bukan lagi bangsa yang besar dan
bermartabat seperti jaman Bung Karno. Ketika saya melihat wajah
Donald Luther Colopita berdarah-darah, samar-samar saya teringat
wajah Bung Karno, bagaimana kecewanya dia lihat anak bangsanya
sendiri digebukin di negara kecil yang nggak pernah perang buat
ngerebut kemerdekaannya sendiri, setelah itu mereka tidak mau minta
maaf dan bersikap arogan dengan mengatakan akan melihat proses
hukum, kayak Malaysia tahu aja proses hukum yang benar!, Waperdam-
nya sendiri Anwar Ibrahim saja dipecundangi di depan hukum Malaysia
itu demi kekuasaan picik. Bung Karno benar, bahwa penjajahan dalam
bentuk baru akan berubah wujud. Kita bukan lagi bangsa yang berani,
tapi bangsa pengecut. Memaklumi tiadanya pernyataan maaf dari
Malaysia pun pake bawa-bawa alasan `kepribadian masing-masing' –
sembari menonjolkan diri kalo gara-gara asap Presiden kita yang plin-
plan itu mau minta maaf – Dia ngomong tanpa melakukan move politik
agar kita ada harga dirinya padahal jelas warga negara kita sudah
dihina dan kelakuan Malaysia mencitrakan orang Indonesia sudah
keterlaluan, sebenarnya rakyat menunggu ucapan Presiden kita untuk
membangkitkan kesadaran harga diri, banyaklah cerita orang kita
disana tentang bagaimana keterlaluannya mereka. Tanpa orang-orang
Indonesia, tidak ada itu Petronas...susunan batu pondasi Petronas
dibangun lewat keringat orang-orang Indonesia yang jadi kuli
bangunan disana, tapi setelah orang kita ditendang-tendang. Malah
ada iklan kunci rumah yang tagline-nya "Awas sudah banyak orang
Indon" apa ini tidak keterlaluan.....

ANTON

PS. Kalau mau jadi pemimpin jangan ajari rakyat jadi pengecut.


-- 
Wassalam,

Irwan.K
Jakarta, Indonesia


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke