************************
     Layanan Informasi Aktual
          eskol@mitra.net.id
************************
Spot News: Selasa, 27 Desember 2005

Haul (Hari peringatan kematian) ke 5 Riyanto
Anggota Banser NU yang meninggal dalam peristiwa Bom Malam Natal di 
Mojokerto
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Acara ini seakan-akan menjadi sebuah teriakan sunyi yang tertelan oleh 
hiruk-pikuknya keramaian dan bisingnya kejadian-kejadian politik, hukum dan 
ekonomi bangsa dan negara ini. Seakan-akan kalah oleh berita Pollycarpus, 
Probo, Suyitno Landung, kelaparan di Papua dan lesunya ekonomi akhir tahun. 
Hanya mendapatkan porsi kecil di media, seharusnya acara ini lebih bisa 
mendapatkan porsi dan perhatian lebih dalam setiap hati umat yang mengaku 
beragama.

Diselenggarakan oleh GP Ansor, Pengurus Daerah INTI (Perhimpunan Indonesia 
Tionghoa) Jawa Timur dan Dewan Gereja Mojokerto; serta dihadiri oleh Gus 
Dur, Franky Sahilatua, Romo Benny dan Tokoh-tokoh Forum Lintas Agama Jawa 
Timur, acara ini terkesan lebih sendu dan penuh nostalgia.

Sederhana. Itulah sekilas gambaran acara yang berlangsung tiga jam ini. 
Salah seorang wakil dari Ansor dengan bersemangat mengatakan, jika Amrozi 
dkk mendapatkan perhatian dan porsi yang besar-besaran dari media (walaupun 
mereka adalah teroris-teroris), apakah salah jika kita berusaha 
mengedepankan sosok pejuang Riyanto, yang tanpa banyak mulut, rela 
mengorbankan nyawanya demi perdamaian di malam Natal.

Inilah sekilas peristiwa mengenaskan itu...

Riyanto, kala itu berusai 25 tahun, malam natal tahun 2000 silam, termasuk 
satu dari empat orang Banser NU yang dikirim GP Ansor Mojokerto untuk 
menjaga perayaan Natal di gereja Eben Haezer, Mojokerto.

Semula, misa malam Natal itu berlangsung dengan khusyuk seperti tahun-tahun 
sebelumnya, tetapi ternyata hanya berlangsung separuh jalan. Sekitar pukul 
20.30, seorang jemaat menaruh curiga pada sebuah bingkisan yang tergeletak 
tak bertuan di depan pintu masuk gereja.

Riyanto pun memberanikan diri membuka bingkisan itu. Ia membongkar kantong 
Plastik hitam itu di hadapan petugas pengamanan gereja Eben Haezer lainnya, 
termasuk seorang polisi Polsek setempat. Di dalamnya tampak menjulur 
sepasang kabel. Tiba-tiba muncul percikan api. Riyanto langsung berteriak 
sigap,"Tiaraaaapp!!!"

Semua yang mendengar teriakannya segera merebahkan badan. Sayang, Riyanto 
terlambat menjauh. Bungkusan yang hendak dibuang ke selokan itu meledak. 
Tubuh Riyanto terlempar. Sekitar 3 jam kemudian, sisa-sisa tubuh Riyanto 
baru ditemukan di sebelah utara kompleks gereja, sekitar 100 meter dari 
pusat ledakan. Jari dan wajahnya hancur, Riyanto pun meninggal seketika.

Bom ini tanpaknya tidak main-main.  Ledakannya membuat roboh pagar tembok di 
seberang gereja. Bahkan kaca-kaca lemari dan etalase Studio Kartini yang 
tepat di depan gereja Eben Haezer hancur semua.

Ledakan ini bukan satu-satunya. Pada saat yang hampir sama, beberapa gereja 
yang lain juga terkena bom dan menelan korban jiwa.
Kini, setelah 5 tahun peristiwa itu berselang, nama Riyanto hampir tidak 
pernah disebut, apalagi untuk diteladani semangat perjuangan dan rasa 
kemanusiaan Riyanto.

Sungguh hal ini sangat ironis, bila dibandingkan dengan keteguhan jiwa 
Riyanto yang muslim, mau mengorbankan jiwa dan raganya untuk menyelamatkan 
ratusan nyawa jemaat gereja Eben Haezer.
Di tengah banyaknya aksi kekerasan mengatasnamakan agama seperti yang 
belakangan ini sering terjadi, sosok dan pengorbanan Riyanto, patut menjadi 
teladan bagi kita semua, tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaan, suku, 
ras maupun golongan.

Disarikan dari Press Release dan disaksikan langsung dari tempat acara 
berlangsung.
Fandi Gunawan
Humas PC INTI (Perhimpunan Indonesia Tionghoa) Surabaya

*************************************************************************************************
Satu tangan tak kuasa menjebol 'penjara ketidakadilan'.
Dua tangan tak mampu merobohkannya.
Tapi bila satu dan dua dan tiga dan seratus dan seribu tangan bersatu,
kita akan berkata, "Kami mampu!"

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
*************************************************************************************************
Redaksi Eskol-Net menerima informasi/tulisan/artikel yang relevan.
Setiap informasi/tulisan/artikel yang masuk akan diseleksi dan di edit
seperlunya.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan masukan harap
menghubungi
Redaksi Eskol-Net eskol@mitra.net.id
*************************************************************************************************
 

Kirim email ke