Cerita panjang ini jauh lebih bermanfaat jika disusun dalam suatu karangan yang membuat para bankir Negeri ini yakin se-haqqul yakinnya bahwa proyek ini layak dibiayai. Selama pihak bank belum yakin, selama itu pula proyek ini hanya berupa proyek foto-kopi-dan-cetak. Boleh punya pendapat ini layak, itu layak, bahkan kalau perlu boleh bilang ter-paling-amat-sangat layak tetapi itu tidak berarti sebelum para bankir belum yakin akan ke- . . . -layakan itu.
Hidupkan lagi donk PT DSTP (duitnya pada ke mana?) yang sudah tidak terdengar lagi setelah Suharto mengestafetkan jabatannya kepada B.J. Habibie Bapak Pengganti Lipnur Jadi IPTN. Akan tetapi, jangan seperti dulu: para guru di Jawa Tengah dipaksa membeli saham PT DTSP yang pernah ribut-ribut mempertanyakan ke mana saham mereka. Kalau mau dibiayai oleh Negara RI, PT DI harus dipindah dari Bandung karena di sana kartu absensi terlalu banyak yang dititip-gesekkan oleh para karyawan (dulu) IPTN. Itu kata kawan saya sendiri, usul yang diajukannya dalam rapat di departemennya. Bahkan berani menjamin IPTN (ketika itu) akan lebih berjaya jika dipindah ke Sumatera Utara. Buat yang sudah merasa melambung, hayo, dukung proyek ini beramai-ramai agar pihak bankir yakin untuk membiayai proyek ini. Selama swasta tidak berani jamin, semuanya hanya BS! Salam buat kawan-kawan di PT DI maupun yang telah bekerja di luar demi kejayaan teknologi umat manusia di bumi, khususnya perpesawat-terbangan. Saya bangga kalau dulu IPTN banyak mempekerjakan tenaga asing, sekarang kawan-kawan saya banyak yang telah menjadi pekerja asing di negara-negara yang merupakan asal dari tenaga asing yang dulu bekerja di IPTN. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Joe D Santos" <joedev...@...> wrote: > > PAk Satrio, panjang sekali ceritanya, buat saya yang masih muda ini, bisa > melambungkan harapan kepada Kita Dan anak negeri untuk terus maju demi masa > depan bangsa yang lebih baik. Semoga semuanya bisa terwujud walau harus > berjuang penuh darah penuh nanah. > >