Mungkin Anda belum lahir ketika seorang ibu rumah rangga puntri Menteri 
Kesehatan Siwabessi tewas karena dapurnya meledak akibat kebocoran elpiji yang 
meletup ketika ybs menyalan lampu listrik di dapurnya. Ini terjadi pada saat 
penggunaan elpiji masih bermana-suka dan menimpa orang terdidik.

Dalam setiap hal ada yang namanya proses belajar, atau dalam teknik 
pemeliharaan ada yang disebut kurva batkuip yang menurun tajam pada awalnya -- 
mendatar beberapa waktu -- dan menanjak tajam di akhirnya. Dalam hal 
perelpijian kita saat ini masih dalam bagian kurva awal tadi sehingga 
meledak-meletup itu sudah merupakan sunnatullah. Setelah sosialisasi yang 
gencar pun masih harus dilalui masa pembudayaan perilaku berelpiji dan kita 
sekarang berada dalam masa itu. Anda ibu yang lamban bertindak tangkas ketika 
sudah mencium bau elpiji akan memberikan waktu buat front campuran-letup 
elpiji--udara mencapai lidah api pada bagian pembakar kompornya -- dwerrrrr, si 
ibu pun terlelantinglah dengan luka bakar disekujur tubuh. 

Bagaimana halnya dengan si tabung? Karena tekanan tinggi yang ditimbulkan 
berlangsung sesaat dan arahnya MENEKAN atau MEMERAS si tabung, di tempat yang 
sedikit tergeser dari tempatnya semula si tabung akan tergolek utuh alias tidak 
tercabik-cabik sebagaimana halnya gulungan kertas yang membalut campuran mesiu 
mercon yang diletupkan.

Hanya satu yang dapat kita lakukan untuk memperkecil akibat buruk penggunaan 
paksa elpiji ini: memberikan informasi yang beracuan dan bukan seperti ahli 
BPPT yang mengatakan kepada Kompas bahwa masa pakai tabung elpiji itu cuma dua 
tahun dan JK mengatakan lima tahun. Keduanya alpa melihat ke lapangan bahwa 
pada tabung elpiji 3 kg telah tersablon bulan-tahun pemeriksaan pertama (sejak 
tanggal produksi) dari empat masa uji (berarti masa pakai didesain dua puluh 
tahun!) yang tercetak. Menyalah si anu, si ani, si fulan, tidak akan 
menyelamatkan si ibu yang belum terbiasa dengan elpiji.

Salam,

Zul

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "bodo_kerlchen" 
<bodo_kerlc...@...> wrote:
>
> Namun kita tidak boleh melupakan kenyataan, bahwa sejak pemegang wewenang 
> negeri ini "memaksakan" penggunaan BBG pada mayoritas rakyat golongan bawah, 
> maka "bencana" seperti ini sudah dengan sendirinya ter program. Akan absurd 
> sekali, apabila golongan saudara kita yang kesehariannya saja sudah sangat 
> minim itu, lalu diwajibkan memenuhi kondisi/sarana ini-itu, agar dapurnya 
> ngebul?? Mending si "pembuat" kebijakan itu yang mulai 
> "diharuskan/diwajibkan" pake otak dengan pantas, sebelum mengeluarkan 
> kebijakan.
> 
> --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "loekyh" <loekyh@> wrote:
> >
> > Prihatin dg banyak berita meledaknya tabung gas 3 kg dan 12 kg. Sebenarnya 
> > pada semua kasus, bukan tabungnya yang meledak, ttp ruang tempat menyimpan 
> > tabung gas yang kurang terbuka dan dipenuhi uap gas tersulut oleh percikan 
> > api.
> >  
> > Kesimpulan: bagaimana pun jelek kualitas selang tabung, dsb, tidak mungkin 
> > terjadi ledakan (walau bocor sekalipun) apabila tabung gas diletakkan pada 
> > ruang yang sirkulasi udaranya bagus.
> > 
> > Fakta: banyak apartemen di negara-negara maju yang menggunakan kompor gas, 
> > tetapi jarang terjadi ledakan karena ruang-ruang dapur apartemen tersebut 
> > umumnya dilengkapi semacam fan pengisap udara/asap.
> > 
> > Mestinya ada UU atau perda yang mengharuskan setiap dapur yang menggunakan 
> > gas LPG sirkulasi udaranya harus lancar.
> >
>


Kirim email ke