Saat pertamakali masyarakat diperkenalkan Gas LPG untuk memasak sekitar th. 
1980'an, penjelasan dari Pertamina begitu rinci dan jelas, dimana dijelaskan 
soal persyarakat dapur yang harus memiliki lubang ventilasi udara di dekat 
Kompor dan tabung Gas, setinggi sekitar 0,5 m dari lantai, dimana lubang 
ventilasi tersebut harus berhubungan dengan ruang terbuka dan udara bebas.
Tujuannya: bila ada kebocoran pada Sistem Kompor Gas LPG (bisa pada tabung gas, 
regulator, selang gas atau pada komponen Kompor), maka gas LPG yang bocor 
tersebut akan tersebar secara merata, sehingga konsentrasinya rendah.
Dengan demikian, potensi terjadinya ledakan bila terjadi kebocoran pada gas 
bisa dihindarkan.
 
Dalam jaman Pemerintahan SBY ini, yang difikirkan bukan soal keselamatan 
masyarakat pengguna gas LPG, tetapi jumlah penghematan yang bisa dilakukan, 
yaitu sekitar Rp. 50 Triliun/ tahunnya.
Soal spesifikasi dapur masyarakat miskin tidak memenuhi syarat untuk Kompor 
gas, tidak pernah dibahas oleh Pemerintah SBY.
Yang dibahas cuma: bagaimana masyarakat harus mengganti selang dan regulator 
yang bocor atas biaya masyarakat sendiri.
Pemerintah menolak untuk memberikan subsidi, walaupun nilainya cuma sekitar Rp. 
100 milyar/ tahunnya, padahal penghematannya Rp. 50 triliun/ tahunnya.
 
Apakah penggantian selang gas dan regulator sudah memecahkan persoalan????
Berdasarkan pengalaman saya selama lebih dari 20 tahun menangani penggunaan Gas 
LPG, baik untuk kepentingan Pabrik maupun Rumah Tangga, bila persyaratan 
standard untuk dapur Masyarakat tidak sesuai dengan syarat keamanan untuk 
Kompor gas, maka potensi terjadinya Ledakan Gas LPG masih tetap  akan terjadi.
Pemerintah, terutama Pertamina dan Staf Kementrian Perindustrian sangat 
menyadari hal ini, namun kelihatannya mereka sengaja Tutup Mulut dan Tutup Mata 
soal potensi ledakan Gas LPG ini.
Mereka kelihatannya sudah tidak punya nurani lagi.
Para Korban Ledakan Kompor gas hanya dilihat sebagai angka kecelakaan dan 
menyiapkan anggaran untuk biaya Pemakaman bagi yang meninggal dan biaya Rumah 
Sakit bagi yang Luka - Luka.
Tidak pernah terbesit di kepala Pemerintah, bagaimana menderitanya masyarakat 
korban Ledakan Tabung Gas LPG ini.
 
Tidak ada upaya secara bersungguh - sungguh dari Pemerintah untuk menanggulangi 
Ledakan Kompor Gas ini.
 
Salam,
Adyanto Aditomo
 
--- Pada Sab, 17/7/10, bodo_kerlchen <bodo_kerlc...@yahoo.de> menulis:


Dari: bodo_kerlchen <bodo_kerlc...@yahoo.de>
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kiat: Biar gas bocor, ttp tak ada ledakan
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 17 Juli, 2010, 10:37 AM


 



Namun kita tidak boleh melupakan kenyataan, bahwa sejak pemegang wewenang 
negeri ini "memaksakan" penggunaan BBG pada mayoritas rakyat golongan bawah, 
maka "bencana" seperti ini sudah dengan sendirinya ter program. Akan absurd 
sekali, apabila golongan saudara kita yang kesehariannya saja sudah sangat 
minim itu, lalu diwajibkan memenuhi kondisi/sarana ini-itu, agar dapurnya 
ngebul?? Mending si "pembuat" kebijakan itu yang mulai "diharuskan/diwajibkan" 
pake otak dengan pantas, sebelum mengeluarkan kebijakan.

Kirim email ke