Beberapa hari lalu Redaktur Eksekutif *Majalah Femina, Yoseptin
Pratiwi,*menemui saya bermaksud meminjam koleksi foto tatkala
*Anas Urbaningrum* menjabat Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999. Menurut
Yoseptin, foto yang akan dipinjam tersebut untuk ilustrasi tulisan
tentang *Anas
Urbaningrum.* Dengan berseloroh saya mengatakan, “Nggak usah dipinjam mbak.
Saya hibahkan saja.”

Benar saja, pada *Majalah Femina* bergambar sampul artis cantik *Alexandra
Gottardo* edisi No. 31/XXXVIII • 7 – 13 Agustus 2010, *Yoseptin
Pratiwi*menurunkan tulisan bertajuk
*Ilmu Takaran Anas Urbaningrum* sepanjang 4 halaman pada rubrik *Omong-Omong
*.

Ada enam item topik yang disajikan tentang *Anas Urbaningrum* dimaksud.
Keenam topik tersebut masing-masing: Hid*up Saya Datar Saja, Saya Pendiam
Anak Saya ‘The Protestant’, Saya ‘Si Air Dingin’, Saya Orang HMI, Saya Gagal
Jadi Dosen, dan Soal Kandidat RI 1 Tanya Saya Tahun 2013!*

Tentang *Ilmu Takaran* ala *Anas Urbaningrum*, ia mengatakan, “*Bagaimanapun,
saya dari kecil diajari orang tua ilmu takaran, yaitu segala sesuatu itu
harus ada takarannya. Misal, saat ini waktunya tampil, waktunya bicara.
Atau, sekarang ini waktunya diam, jangan bicara dulu, tapi tunggu dulu
sampai matang, entoh besok atau lusa. Saya beruntung memiliki ilmu itu
karena bisa membantu saya untu tidak reaktif*.”

Dari keenam topik pernak-pernik *Anas Urbaningrum* itu, di blog * *ini akan
saya turunkan lengkap topik di halaman 60: *Soal Kandidat RI 1 Tanya Saya
Tahun 
2013!<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/08/06/anas-urbaningrum-soal-kandidat-ri-1-tanya-saya-tahun-2013/>
*Sedangkan  apabila pembaca penasaran dengan topik-topik lainnya, silakan
segera mencari *Majalah Femina* edisi No. 31/XXXVIII • 7 – 13 Agustus 2010
di toko buku atau kios majalah favorit anda.

****

Berikut narasi *Anas Urbaningrum* di *Majalah Femina* dengan titel *Soal
Kandidat RI 1 Tanya Saya Tahun
2013*!<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/08/06/anas-urbaningrum-soal-kandidat-ri-1-tanya-saya-tahun-2013/>Selengkapnya:

Ketika maju menjadi calon Ketua Umum HMI Periode 1997-199, saya adalah calon
paling muda, yang mungkin tidak diperhitungkan. Ah, masih anak kecil, tidak
*bakalan* menang. Saya maju karena dukungan teman-teman. Saya menawarkan
sesuatu yang berbeda.

Bila calon lain menawarkan warna yang lebih politik, saya lebih intelektual.
Saya calon Ketua Umum HMI yang pertama kali melakukan kampanye dengan
menerbitkan buku yang berjudul Menuju Masyarakat Madani. Dalam hal itu
kemudian menjadi tradisi di HMI. Dalam kongres, yang berlangsung cukup
panas, saya berhasil menjadi ketua umum.

Keberhasilan itu benar-benar menjadi pelajaran penting bagi saya. Karena,
pemilihan itu jauh lebih *complicated*. Bukan hanya siapa tokoh di belakang
masing-masing calon, namun mahasiswa itu sangat cair, seperti bola liar yang
sulit dipegang. Perasaan, saya merasa lebih *surprise* ketika menang jadi
Ketua HMI, *ketimbang* Ketua Partai Demokrat.

Saya maju menjadi Ketua Umum Partai Demokrat juga karena dukungan
teman-teman di DPP, DPD, dan DPC. Tapi, saya memutuskan maju, hanya 3 bulan
sebelum kongres, tepat setelah saya selesai mengurus Pansus Century yang
penuh huru-hara itu.

Meski begitu, sejak awal saya bilang pada teman-teman, menang kalah itu
bukan yang utama. Walaupun dari kalkulasi politik saya merasakan adanya
setrum, tapi belum dihitung dengan persis.

Tapi, menjelang saya berangkat ke kongres di Bandung itu, saya optimis bila
kongres berjalan normal dan tidak ada tsunami politik, secara angka dukungan
kami akan menang. Tidak terlalu sulit untuk menghitung jumlah dukungan,
karena saya pernah belajar itu di HMI.

Setelah menjadi ketua umum, saya berkomitmen untuk fokus mengurus partai.
Saya meninggalkan kursi DPR agar pikiran tak bercabang. Kini saya dan
keluarga hidup dari gaji sebagai ketua umum partai saja.

Bila orang sibuk mengait-ngaitkan nama saya sebagai kandidat presiden untuk
pemilu 2014, saya tidak terlalu menanggapi karena fokus saya hanya
melaksanakan tugas yang diamanatkan kepada saya sebaik mungkin.

Bahkan, kadang-kadang, saya rela mengerjakan sesuatu yang melebihi
tugas-tugas pokok saya.

Dalam bahasa Jawa, pokoknya apa yang bisa saya *candhak* (pegang), ya, saya
jalankan.

Kalau ini episode yang menjadi simbol *achivement,* saya sudah amat
bersyukur. Menjadi seperti yang sekarang adalah sesuatu yang tak
terbayangkan. Bukan hanya saya, tapi juga keluarga dan teman-teman saya.

Makanya, wujud rasa syukur yang paling bertanggungjawab adalah menunaikan
tugas dengan sebaik mungkin, itu saja. Soal tahun 2014? Saya akan jawab
nanti pada tahun 2013 saja. *Toh*, kalau jalur saya memang ke sana, tahun
2019 atau 2024 pun belum terlalu tua untuk saya. Biarlan semua mengalir
begitu saja.

*****

Baca pula artikel pilihan terkait** ini:

   - *Anas Urbaningrum: Politisi Santun Partai
Demokrat*<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2009/04/30/anas-urbaningrum-politisi-santun-partai-demokrat/>
   - *40 Tahun Anas Urbaningrum: Pendakian Makin Panjang, Terjal dan Berliku
   
*<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2009/07/15/40-tahun-anas-urbaningrum-pendakian-makin-terjal-panjang-dan-berliku/>
   - *Secarik Kenangan Bersama Anas
Urbaningrum*<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/05/24/secarik-kenangan-bersama-anas-urbaningrum/>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke