jika Pemerintah hanya perlu pajak dari masyarakatnya (pengusaha)
tetapi tidak perduli pada tanggung jawabnya untuk melindungi seluruh
warga negaranya dari segala bentuk kesewenang wenangan,maka
sesungguhnya tidak perlu lagi ada NKRI,lebih baik kembali saja kepada
masa lalu ( kembali kekerajaan/kesultanan yang lalu ).
untuk fpi memang sudah sangat keterlaluan menginjak injak hak asasi
orang lain,sudah saatnya dilakukan perlawanan terhadap anak emas
pemerintah ini.

Pada tanggal 10/08/10, Win Wan Nur <winwan...@yahoo.com> menulis:
> Pagi ini saat membuka Twitter, saya mendapati serial tweet dari Goenawan
> Mohammad yang mengkritisi lembeknya sikap pemerintah terhadap FPI yang hobi
> main hakim sendiri dan suka memamerkan kekerasan secara telanjang, pada
> siapa saja yang berbeda pandangan.
>
> Atas lembeknya sikap pemerintah terhadap FPI ini, di Twitternya GM mencoba
> berspekulasi dan menduga-duga.
>
> Di account twitternya GM menulis ; "Salah satu sebabnya mungkin: dari
> Presiden sampai dgn polisi tak melihat ada hal yg sangat serius dlm perilaku
> kekerasan atas nama agama. Atau Presiden dll tak melihat perilaku ala FPI
> sejajar dgn para teroris Negara Islam: menolak Indonesia sbg yg dilahirkan
> di tahun 1945. Atau mungkin juga Presiden dan Polisi tak berani bertindak,
> krn takut dianggap membela "Kristen", "liberal", "sekuler"."
>
> Menurut saya, prasangka GM terhadap pemerintah ini terlalu jauh dan sangat
> berlebihan.
>
> Sebab kenyataannya, pemerintah saat ini, pemerintah yang punya kemampuan
> istimewa dalam hal tebar-menebar pesona ini berbuat demikian bukan hanya
> pada FPI saja, tapi sepertinya pada semua kelompok dan golongan yang
> memiliki massa yang mampu menggunakan kekerasan, atau setidaknya mampu
> mempengaruhi pilihan banyak orang dalam Pemilu baik pemilu Nasional maupun
> Pemilukada.
>
> Dua hari yang lalu saya ada di Kali Klatak, Banyuwangi. Saya bersama
> rombongan turis asal Perancis yang saya bawa bermaksud mengunjungi sebuah
> perkebunan milik swasta yang terletak di sana.
>
> Untuk dunia kepariwisataan Banyuwangi, Perkebunan Kali Klatak ini adalah
> highlight, karena merupakan salah satu atraksi wisata yang paling diminati
> orang eropa selain kawah Ijen yang sudah mendunia. Kami sendiri memang
> memiliki kontrak kerja dengan perkebunan ini.
>
> Tapi pada hari itu, pihak perkebunan Kali Klatak menelepon saya sambil
> meminta maaf kalau hari itu kunjungan ke perkebunan mereka terpaksa tidak
> bisa dilakukan karena penduduk setempat yang kampungnya dilewati jalan
> menuju Kali Klatak memblokir jalan yang menjadi satu-satunya akses ke
> perkebunan itu. Tapi tidak lama kemudian mereka menelepon kembali,
> perkebunan mereka tetap bisa dikunjungi, hanya tidak boleh menggunakan bis
> dari luar.
>
> Bis yang membawa wisatawan harus berhenti di luar desa, lalu nanti pihak
> perkebunan akan menyediakan dua bis sewaan untuk mengangkut wisatawan sampai
> ke bagian jalan yang di blokir.
>
> Singkat cerita, kamipun sampai di sana dan saya pun melihat bagaimana di
> tengah jalan menuju ke perkebunan Masyarakat desa setempat meletakkan batu
> dan palang kayu agar kendaraan pengangkut dari dan menuju ke perkebunan
> tidak bisa lewat, tapi lucunya pada rintangan itu masyarakat masih
> menyisakan sedikit jalan untuk dilewati motor dan pejalan kaki, agar motor
> milik masyarakat yang biasa mencari rumput di perkebunan seluas 100-an
> hektar ini tetap bisa leluasa masuk lahan perkebunan ini.
>
> Ketika saya tanyakan kepada pihak perkebunan, apa yang menjadi masalah dan
> pokok persoalan sehingga terjadi konflik dengan masyarakat seperti ini.
> Mereka menceritakan kalau akar masalahnya adalah karena mereka tidak mampu
> memenuhi tuntutan masyarakat supaya pihak perkebunan tidak menyemprot rumput
> liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman di lahan milik mereka dengan cairan
> herbisida, sebab masyarakat yang tinggal di luar perkebunan, membutuhkan
> rumput-rumput liar itu untuk makanan ternak mereka.
>
> Negosiasi soal rumput ini deadlock karena bagi pihak perkebunan, cara paling
> murah untuk mengendalikan gulma yang merusak tanaman mereka adalah dengan
> herbisida, mereka tidak mampu menggaji banyak orang untuk membersihkan
> rumput di lahan mereka secara manual. Tapi masyarakat tidak mau tahu, bagi
> mereka makanan bagi ternak milik mereka tetap harus diprioritaskan. Karena
> itulah masyarakat yang dalam hal ini berada dalam posisi lebih kuat,
> melakukan pemblokiran.
>
> Saat melewati tempat itu, saya melihat di sana ada seorang petugas polisi
> yang ditempatkan. Tapi si petugas ini ditempatkan di sana untuk membuka
> blokir terhadap perkebunan, tapi sebaliknya justru dia di sana untuk
> memastikan agar pihak perkebunan membuka blokir jalan, sehingga aksi itu
> akan memancing kemarahan massa yang tinggal di luar perkebunan.
>
> Masih di Kabupaten yang sama tapi di kecamatan yang berbeda. Di desa Licin,
> dimana terdapat sebuah hotel yang dibangun tahun 2002, yang dimiliki oleh
> seorang warga Indonesia yang berasal dari kabupaten Banyuwangi juga.
>
> Keberadaan hotel ini telah membawa banyak manfaat bagi warga sekitarnya.
> Keberadaan hotel ini di sana membuat masyarakat setempat memperoleh lapangan
> kerja. Keberadaan hotel ini telah membuka akses jalan ke desa-desa di
> sekitarnya, yang seblum adanya hotel ini hanya bisa dicapai dengan jalan
> setapak yang hanya bisa dilewati motor saja.
>
> Setelah sekarat dan hampir bangkrut total karena ketiadaan tamu sehabis bom
> Bali I dan II, belakangan Hotel yang tamu-tamunya hampir 100 % adalah,
> turis-turis yang akan berkunjung ke Kawah Ijen ini menjadi sedemikian maju
> dan berjaya.
>
> Jalan menuju kawah Ijen yang selalu muncul di setiap brosur wisata kabupaten
> banyuwangi ini, sekarang dalam kondisi sangat rusak karena tidak pernah
> diperbaiki. Keadaan jalan yang seperti ini membuat Hotel ini terpikir untuk
> menyediakan Jeep bagi tamu-tamunya yang akan berkunjung ke Ijen. Tapi
> beberapa tamu yang datang dengan berbagai biro perjalanan memilih berangkat
> dengan kendaraan sendiri.
>
> Melihat situasi ini, muncullah fikiran-fikiran kreatif dari beberapa anggota
> masyarakat yang memiliki Jeep untuk bisa meraih pendapatan. Maka masyarakat
> ini pun mebuat sebuah paguyuban. Atas nama paguyuban ini mereka kemudian
> menuntut pihak Hotel agar memberikan sebagian jatah pengangkutan tamu yang
> datang tidak memakai Jeep kepada mereka. Dan seperti di Kali Klatak,
> tuntutan ini pun disertai dengan ancaman penutupan jalan. Lalu entah apa
> dasarnya (yang jelas sama sekali tidak ada Perda yang mengaturnya), setiap
> mobil yang akan menuju ke Ijen harus menyetor Rp. 10.000 kepada mereka.
>
> Dan karena mereka memang lebih kuat, pihak Hotel pun mau tidak mau harus
> memenuhi tuntutan mereka dan tanpa ada aturan tertulis apapun yang
> mengharuskan mereka untuk bertanggung jawab seandainya terjadi hal yang
> tidak diinginkan. Sehingga ketika mereka datang terlambat menjemput tamu
> sesuai jadwal yang disepakati, atau ada kerusakan mobil mereka di tengah
> jalan, maka pihak Hotel lah yang menjadi sasaran makian para wisatawan.
>
> Lalu apa tindakan dari pihak kepolisian atas aturan yang ditetapkan oleh
> pihak paguyuban yang tanpa didukung oleh Perda ini?...mereka membuat sebuah
> imbauan di banner besar yang dicetak berwarna berbunyi, bagi Wisatawan yang
> hendak berkunjung ke kawah Ijen, disarankan untuk menggunakan kendaraan
> JEEP.
>
> Itulah Potret negeri ini, kalau kita mau didengarkan, maka perkuatlah
> barisan, kumpulkan massa dan berteriaklah sekerasnya.
>
> Lihat kasus Prita dan Bibit-Chandra, ketika ada massa yang kuat di
> belakangnya Pemerintah pun mampu mengatur keputusan hukum yang sesuai dengan
> keinginan massa.
>
> Situasi yang sama juga bisa kita lihat pada kasus video porno antara Ariel,
> Cut Tari dan Luna Maya.
>
> Sebaliknya pada kasus tabung gas, karena pemerintah tidak melihat adanya
> kegiatan pergerakan massa baik secara nyata maupun dunia maya, maka
> pemerintah pun tenang-tenang saja dan bisa dengan santai tetap menyebar
> pesona. Pemerintah sama sekali tidak peduli apa kata orang apalagi apa kata
> dunia.
>
> Jadi soal kasus pembiaran terhadap FPI, saya pikir apa yang diduga Goenawan
> Mohammad benar-benar terlalu mengada-ada, karena faktanya negeri ini memang
> negeri suka-suka. Kalau mau selamat di negeri ini, bersikaplah seperti
> penghuni rimba belantara, perkuat diri sendiri karena kalau lawan kita yang
> lebih kuat siap-siaplah menjadi sansak hidup dan dibulan-bulani. Meskipun
> hak rakyatnya terampas, pemerintah negeri ini tetap dengan santai berdiam
> diri.
>
> Membaca fakta-fakta di atas, orang yang tidak mengetahui negeri ini secara
> mendalam tentu akan menduga kalau pemerintah negeri ini adalah pemerintah
> yang sama sekali tidak peduli kepada rakyatnya.
>
> Tapi tentu saja anggapan di atas sama sekali tidak benar, karena dalam
> beberapa hal,  pemerintah negara ini menunjukkan kepedulian sangat besar
> kepada rakyatnya. Kepedulian besar ini misalnya bisa kita lihat dalam urusan
> bayar-membayar PAJAK. Untuk urusan seperti ini pemerintah sangat peduli.
>
> Kalau sudah urusan PAJAK, pemerintah tiba-tiba menjadi begitu sensitif dan
> melankoli. Untuk urusan ini pemerintah bukan hanya khawatir pada bisik-bisik
> tetangga. Kalau sudah urusan PAJAK, pemerintah tiba-tiba menjadi sangat
> khawatir terhadap APA KATA DUNIA!!!!
>
> Wassalam
>
> Win Wan Nur
>
> Penduduk Negeri Suka-Suka
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>

Kirim email ke