Hahaha... saya kira si Harian Metro ini menyebut Mini Bandung bukan 
karena ingin menjelekkan Indonesia. Jangan kebakaran jenggot dululah.

Konon kebanyakan para pelacur yang beredar di sekitar Kepri-
Singapura-Semenanjung kalau sedang praktek selalu mengaku "dari 
Bandung"; atau kalau kebetulan matanya agak sipit ngakunya "dari 
Manado". 

Alasannya dua. Pertama karena memang malu menyebutkan kampung 
asalnya, dan kedua, banyak yang percaya bahwa dengan "aura" mojang 
priangan (yang terkenal geulis ke seantero dunia itu), mereka bisa 
pasang harga lebih tinggi ketimbang mengakui daerah aslinya. Yang 
kasihan ya para mojang (beneran) yang namanya dicatut tanpa izin. 

Jangan tanya ini informasi dapat darimana. Sesama bis kota dilarang 
saling mendahului :-)

Andi

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://kompas.com/ver1/Internasional/0801/07/112722.htm
> =================
> 
> KUALA LUMPUR, SENIN - Harian Metro, koran terbesar di Malaysia, 
telah
> menuduh Bandung sebagai kota pelacuran dengan menulis headline di
> halaman satu, Minggu (6/1), dengan judul "Mini Bandung" Pusat 
Maksiat
> Pekerja Kilang (Pabrik).
> 
> Harian berbahasa Melayu itu menurunkan berita, mengenai operasi
> Jabatan Agama Islam Pulau Pinang (Jaipp) dan polisi, Sabtu (5/1) 
jam
> 11 malam atau malam minggu, di sebuah apartemen (pangsapuri) di 
Paya
> Terubong di Pulau Pinang, yang diduga sebagai tempat kegiatan 
maksiat
> atau pelacuran yang dikenal sebagai "Mini Bandung".
> 
> Dalam operasi itu, Jaipp menemukan seorang laki-laki WNI (31 tahun)
> dan pasangannya (27 tahun), keduanya WNI dalam keadaan telanjang 
bulat
> dalam sebuah kamar di lantai 17. Dalam berita itu tidak ditulis 
apakah
> kedua WNI itu merupakan orang Bandung atau Jawa Barat.
> 
> Menurut berita itu, apartemen itu tidak banyak penghuninya sehingga
> menarik untuk disewa oleh para pengusaha untuk tempat tinggal para
> pekerjanya. "Apabila ramai pekerja wanita asing di sini maka ia
> membawa kepada kehadiran lelaki hidung belang sekaligus menjadikan
> kawasan itu seolah-olah tempat pesta di malam minggu," kata Jaafar
> Ismail, dari Jaipp.
> 
> Dia juga mengatakan, sebagian besar wanita di apartemen itu 
dijadikan
> istri simpanan warga Malaysia yang menyewa apartemen itu karena
> sewanya murah antara 250 hingga 300 ringgit.
> 
> Seorang polisi turut mengatakan, berdasarkan laporan masyarakat,
> apartemen itu dikenal sebagai lokasi pelacuran yang melibatkan 
pekerja
> wanita asing.
> 
> Sementara itu, juru bicara KBRI Kuala Lumpur Eka A Suripto,
> menyesalkan Harian Metro yang menurunkan berita itu menjadi 
headline
> halaman 1 dengan judul "Mini Bandung Pusat Maksiat Pekerja Kilang"
> karena dari operasi itu hanya ditemukan sepasang WNI yang sedang 
tidur
> telanjang, bukan warga Bandung atau Jawa Barat dan tidak ada sumber
> yang mengatakan tempat itu dikenal sebagai "Mini Bandung".
> 
> "Kok bisa menurunkan headline dengan mengatakan lokasi pelacuran 
itu
> sebagai mini Bandung? Tidak ada bukti-bukti atau nara sumber yang
> terkait dengan Bandung," ujar Eka.
> 
> "Hal itu bisa diartikan bahwa masyarakat Malaysia menilai kota 
Bandung
> sebagai kota pelacuran atau bisa juga warga Malaysia berhidung 
belang
> biasa mencari pelacur di Bandung sehingga menimbulkan persepsi 
Bandung
> sebagai kota pelacuran," kata Eka.
> 
> "Inilah salah satu bukti bagaimana media massa Malaysia
> memburuk-burukkan Indonesia sejak lama," tambah dia. (ANT/ABI)
>


Kirim email ke