Kepulauan Riau dan Kalimanatan adalah daerah yang secara geografis cukup rendah risiko bencana gempa bumi. Saya pikir PLTN akan cukup aman di dirikan di kedua daerah tersebut. Dengan perencanaan yang maksimal, pelaksanaan pembangunan yang hati-hati dan teliti serta pengawasan ketat selama proses produksi listrik, saya pikri PLTN di Kep Riau dan Kalimantan merupakan salah satu alternatif pemenuhan energi listrik nasional.
Kelebihan produksi energi listrik yang dihasilkan dapat dijual ke negara tetangga seperti Singapur dan Brunei Darussalam. --- On Fri, 7/4/08, rakyat biasa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: rakyat biasa <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Trs: [Forum Pembaca KOMPAS] Energi Nuklir Harus Jadi Alternatif Pasokan Listrik To: "forum pembaca kompas" <Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com> Date: Friday, July 4, 2008, 12:17 PM Menyangkut pembangkit listrik tenaga nuklir, saya punya sedikit cerita... Soal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang akan dibangun dikaki gunung Muria Kudus, sebenarnya merupakan terobosan bagus yang dilakukan pemerintah, tetapi dibalik pembangunan ini ternyata masyarakat dikaki gunung muria menolak pembangunan ini, setelah ditelusuri (setelah saya bincang-bincang dengan pegawai BATAN/Badan Tenaga Atom Nasional) ada beberapa hal yang menjadi dasar ditolaknya pembangunan ini, salah satunya adalah masyarakat takut terkena dampak radiasi nuklir dari akibat pembangunan PLTN tersebut, penolakan masyarakat ternyata bukanlah berdiri sendiri tetapi dilatar belakangi oleh kuncuran dana yang cukup besar oleh sekelompok orang yang menghalangi pembangunan PLTN tersebut. Singkat cerita bahwa pembangunan PLTN tersebut sebenarnya merupakan alternatif pasokan listrik yang selama menjadi kendala dalam hal pasokan listrik, pembangunan PLTN ini sebenarnya sudah didasari oleh penelitian-peneliti an yang berjalan cukup lama, penelitian bukan hanya dilakukan pada AMDAL tetapi juga ke hal yang lebih spesipik mengenai dampak yang selama ini ditakutkan yaitu radiasi nuklir, kesimpulannya bahwa apabila pembangunan ini diteruskan tidak akan berdampak pada radiasi nuklir apa pun dan telah sesuai AMDAL dengan catatan bahwa pembangunan ini sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh badan penelitian tenaga nuklir. Dan hasil dari penelitian ini telah disosialisasikan (kata pegawai BATAN) kepada masyarakat umum khususnya disekitar kaki gunung muria. Singkatnya bahwa pada saat pembangunan ini dimulai ternyata penolakan dari masyarakat muncul dengan berbagai demontrasi, hal ini ternyata dilatar belakangi oleh pihak yang ingin menghalangi pembangunan PLTN tersebut. Penelusuran dimulai dari siapa yang melatar belakangi demonstrasi masyarakat tersebut?, ternyata yang melatar belakangi ini adalah pengusaha-pengusaha batubara sebagai pemasok utama batubara kepada sejumlah pembangkit tenaga listrik. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari betul bahwa apabila pembangunan ini tetap berjalan dan sukses dalam mengatasi peningkatan pasokan listrik maka pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar batubara akan dialihkan kepada pembangkit listrik tenaga nuklir. Padahal selama ini pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara selalu mengalami persoalan dalam memasok tenaga listrik untuk khalayak umum disebabkan pasokan batubara yang selalu mengalami keterlanbatan. ..dan sekali lagi bahwa pemasok utama bahan bakar batubara disejumlah pembangkit listrik di Indonesia adalah "Ical" atau Aburizal bakrie, nah bermainnya para pengusaha terhadap penolakan pembangunan PLTN sering disebut sabagai permainan "mafia batubara", sekedar perbandingan Jepang memiliki 4 PLTN untuk memasok kebutuhan listrik kesemua Jepang bandingkan dengan Indonesia yang memiliki banyak pembangkit tetapi selalu mengalami pasokan listrik. Dan Buat perusahaan listrik negara (PLN), untuk tidak menjual aset PLN kepada pihak asing dan jadikan PLN sebagai perusahan yang mendukung pembangunan indutri nasional. Saya ada beberapa cuplikan dari tulisan Joko Waluyo, SE, MSE Secara garis besar ada dua sumber energi untuk menghasilkan energi listrik dengan kapasitas besar dan ekonomis, yaitu menggunakan tenaga air dan menggunakan tenaga panas. Tenaga air dengan memanfaatkan tenaga grafitasi pada air terjun, sedangkan energi panas memanfaatkan energi yang terdapat pada uap bertekanan tinggi. Pemanasaan air dapat ditempuh dengan memanfaatkan energi yang dikeluarkan melalui proses pembelahan inti atom uranium (proses fisi inti). Pusat listrik ini sering disebut PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir). Rencana pemanfaatan energi nuklir oleh pemerintah untuk pembangkitan listrik sudah ada sejak tahun 1970-an, tetapi dalam pelaksanaannya baru sebatas pada riset studi kelayakan dan pembangunan reaktor untuk penelitian. Pro dan kontra selalu menyertai kebijakan pengembangan energi nuklir di Indonesia. Pertanyaannya mungkinkah Indonesia mengadopsi teknologi nuklir untuk pembangkitan listriknya ? Pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik memiliki keunggulan karena sifat dasar dari energi nuklir adalah: (1) Merupakan sumber energi alam yang paling fundamental, (2) konsentrasi energi sangat tinggi, yaitu 1 gm U-235 atau setara dengan 3 juta gm batubara, (3) bersifat intensif teknologi, dan bukan merupakan intensif sumberdaya alam. Kemungkinan kebocoran reaktor nuklir dapat dikurangi dan proses daur ulang zat radioaktif dapat diatasi dengan teknologi yang tersedia, (4) volume limbah kecil, mudah dikumpulkan, diproses dan diisolasi dari lingkungan manusia. Pembelahan melalui reaksi inti dengan neutron tidak menimbulkan polutan organik. Sehingga energi nuklir akan mengurangi pencemaran lingkungan, (5) bahan bakar (uranium) relatif mudah didapat di pasaran dunia dan dapat disimpan. Keadaan ini akan menjamin pasokan bahan bakar reaktor nuklir untuk pembangkitan listrik. Sehingga apabila dilihat dari sifat dasarnya energi nuklir merupakan sumber energi di masa depan, karena masih mudah di dapat dipasaran dunia, harganya tidak bergejolak, dan jumlah cadangan di dunia masih relatif banyak. Krisis energi yang dipicu dengan semakin naiknya harga BBM dapat membuka kemungkinan penerapan teknologi nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Penguasaan tentang teknologi nuklir oleh ahli-ahli Indonesia sudah diupayakan sejak lama. Berdasarkan kajian ekonomi pembangunan PLTN mempunyai keunggulan dan prospek yang cerah di masa datang dibanding PLT lainnya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan dalam teknologi PLTN yang telah mampu mengurangi biaya pemasangan dan perawatan dengan tetap mementingkan faktor keamanan. Biaya pembangkitan listrik PLTN relatif lebih stabil dibandingkan dengan PLT fosil, sebagai contoh apabila biaya bahan bakar naik dua kali lipat maka ongkos pembangkitan listrik PLTN hanya akan naik sebesar 10%, sedangkan PLTU gas bumi akan naik sebesar 60% dan PLTU batubara akan naik sebesar 40%. Biaya pembangkitan listrik PLTN telah mencakup biaya untuk pengolahan limbah radiokatif dan biaya dekomisioning. Biaya ekternalitas PLTN paling rendah jika dibandingkan PLT lainya. Hal ini disebabkan PLTN tidak menimbulkan limbah organik yang dapat mengotori lingkungan. PLTN berbahaya jika terjadi kebocoran radioaktif dan proses daur ulang limbah nuklir yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Di Indonesia studi kelayakan penggunaan energi nuklir untuk PLTN sudah banyak dilakukan dengan kesimpulan sebagian besar menyatakan Indonesia layak menerapkan PLTN. Dukungan penggunaan energi nuklir untuk PLTN datang dari banyak kalangan dengan mengangkat isu utama krisis energi, kemungkinan implementasi penerapannya, dan sosialisasi tentang energi nuklir. Salah satu isu yang menarik yaitu bahwa pengusaan teknologi nuklir merupakan salah satu penguasaan teknologi tinggi yang sangat dibutuhkan di masa depan. Di samping untuk kepentingan energi pembangkit listrik nuklir dapat dimanfaatkan untuk tujuan damai lainnya misalnya untuk bidang kedokteran, dan rekayasa genetika. TTD Ferry YK