Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Pandangan "Saudara Sepupu" tentang Inkarnasi Tuhan dalam Yesus 
Kristus 1
No.28, Vol.15, Juli 2012

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: ALLAH DALAM "AGAMA SEPUPU" DAN INKARNASI TUHAN DALAM YESUS 
KRISTUS 1
DOA BAGI MISI DUNIA: KENYA
DOA BAGI INDONESIA: SEBUAH BOM MELEDAK DI AMBON

Shalom,

Dapatkah Anda membayangkan diri Anda melihat Yesus dan Allah Bapa tidak seperti 
yang Anda pahami sekarang? Dapatkah Anda mengharapkan kehidupan kekal bersama 
Allah jika Ia tidak memperdamaikan diri Anda dengan-Nya melalui pengurbanan 
Putra Tunggal-Nya? Mungkin pemahaman dan kehidupan semacam itulah yang dijalani 
oleh "saudara sepupu" kita, yang belum mengakui inkarnasi Yesus Kristus dan 
mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. e-JEMMi edisi 28 dan 29 akan 
membahas mengenai pandangan "saudara sepupu" terhadap Allah dan Yesus Kristus.

Kami berharap artikel yang kami sajikan dapat menolong Anda untuk semakin 
memahami iman kita terhadap Ketuhanan Yesus Kristus, sekaligus memberi kita 
hati dan pengertian yang baru untuk dibagikan kepada "saudara sepupu". Selamat 
menyimak dan berdoa. Tuhan menyertai.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >


ARTIKEL MISI: ALLAH DALAM "AGAMA SEPUPU" DAN INKARNASI TUHAN DALAM YESUS 
KRISTUS (1)

"Agama sepupu" adalah sebuah kebudayaan teosentris. Seluruh aspek keberadaannya 
berkisar pada satu titik pusat: Allah.

Pengakuan iman setiap "saudara sepupu" adalah "Tiada Tuhan selain Allah". 
Kesatuan Allah dalam "saudara sepupu" adalah lubang jarum penguji yang harus 
dilalui oleh semua pendapat dan sikap lain terhadap Tuhan. Penyatuan ini tidak 
boleh dikaburkan dengan penyatuan pada hal-hal ketuhanan. Allah hanya ada satu. 
Semua tuhan yang lain tidak ada artinya di mata "saudara sepupu". Siapa pun 
yang mengakui keberadaan tuhan-tuhan yang lain selain Allah adalah seorang 
penghujat.

Siapa pun yang menanyakan sifat-sifat Allah akan mendapati sebuah daftar yang 
berisi 99 nama-Nya yang terindah; 72 di antaranya digunakan dalam "Kitab Suci 
sepupu" sebanyak 1.286 kali. Kadang-kadang gelar-gelar tersebut saling 
bertentangan, bahkan saling menyangkal. Teolog "saudara sepupu", Al-Ghazali 
menulis, "Allah adalah segala sesuatu dan segala ketiadaan. Dia tidak bisa 
dijangkau oleh pikiran manusia dan lebih besar dari yang dapat kita pahami; Dia 
bertakhta dan memerintah segala sesuatu dan merupakan satu-satunya pengendali 
alam semesta."

Inilah arti sebenarnya dari seruan "saudara sepupu" untuk iman dan peperangan, 
"Allahu Akbar," yang diucapkan pada sejumlah peristiwa dari bibir mereka. 
Seruan ini bergema 40 kali sehari di atas atap kota-kota dan desa-desa dari 
pengeras suara yang terpasang di menara-menara rumah ibadah mereka. Seruan ini 
merangkum keimanan "saudara sepupu": Allah yang lebih besar, lebih kuat, lebih 
bijaksana, lebih indah, dan lebih arif daripada yang dapat kita bayangkan; Dia 
lebih arif dari semua kebijaksanaan dan yang terbaik dari para hakim pada hari 
penghakiman; Dia sangat berbeda dan tak terbandingkan; Dia melampaui segala 
sesuatu, Tuhan yang jauh, Mahahadir, dan tidak bisa didekati. Setiap pemikiran 
mengenai Allah tidaklah memadai dan palsu. Dia tidak bisa dipahami, hanya 
disembah.

"Agama sepupu" adalah sebuah "agama penyembah". Lima kali sehari "saudara 
sepupu" sujud menyembah di hadapan Allah sampai 34 kali: masing-masing dengan 
dahi sampai menyentuh tanah. Setiap "saudara sepupu" yang sujud menyembah 
adalah penafsiran yang gamblang mengenai kata dalam bahasa Arab "Agama sepupu", 
yang berarti "pembebasan", "menyerah", dan "tunduk".

Pengabdian yang ditujukan kepada Allah tidak menjamin adanya anugerah. Hal ini 
hanyalah sebagian dari "dibenarkan karena perbuatan" mereka, yang berdasar pada 
komitmen untuk bersaksi tentang syahadat, ibadah harian, puasa resmi selama 
Ramadan, bersedekah, dan perjalanan ziarah ke Mekah. Dalam Kitab Suci, 
melakukan kewajiban keagamaan dilihat sebagai pembayaran hutang, seakan-akan 
melakukan sebuah transaksi bisnis dengan Allah (Surah 35:29-30). Yang Mahakuasa 
memperhitungkan dengan cepat dan akurat setiap perbuatan baik dan jahat setiap 
orang; Dia menimbang semua perkataan dan pemikiran satu sama lain, dan 
menghadiahi sebuah pembenaran dari segala kesalahan pada hari penghakiman.

Kecemasan akan Hari Penghakiman, puncak dari "agama sepupu", meningkatkan 
ketakutan "saudara sepupu" pada Allah. Mereka berdiri dengan hormat di depan 
penguasa anonim segala ciptaan dan takut akan penghakiman yang kekal. Tidak 
satu pun "saudara sepupu" yang tahu pasti apa yang menunggu mereka pada "hari 
penghakiman". Sebuah masa depan yang gelap membentang di depan mereka.

Menurut "iman sepupu", Allah adalah penguasa yang tidak terbantahkan dan raja 
yang memerintah dengan sewenang-wenang. Tidak seorang pun yang tahu, mengapa 
dia memimpin beberapa orang menuju surga atau mengapa neraka adalah takdir bagi 
yang lain. "Saudara sepupu" sujud menyembah sampai ke tanah di hadapan Allah 
seperti seorang budak di depan tuannya, yang tidak tahu apakah dia akan 
mendapatkan hidup atau mati, berkat atau kutuk. Budak itu merindukan rahmat dan 
"niat" tulusnya hanyalah untuk menyembah Tuhan yang sejati, yang sebenarnya 
tidak membawa jaminan akan kehidupan yang kekal.

ALLAH -- BUKAN TRITUNGGAL

"Saudara sepupu" sejak dari masa kanak-kanak berpikir bahwa orang Kristen 
percaya kepada tiga Tuhan. Mereka secara konsisten diperingatkan untuk tidak 
melakukan "dosa dari segala dosa" ini. Kenyataan bahwa ada Bapa, Putra, dan Roh 
Kudus terdengar seperti sebuah penghujatan untuk "saudara sepupu" dan sama 
artinya dengan melanggar titah pertama: "Janganlah ada allah lain 
dihadapan-Ku." Siapa pun yang mengaku bahwa ada seseorang atau beberapa orang 
yang seperti tuhan selain Allah, melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Hal 
ini sejajar dengan dosa terhadap Roh Kudus (Surah 4:48 dan 116).

"Saudara sepupu" tidak tahu realitas tentang Tuhan Tritunggal, ataupun ingin 
mengetahuinya. Ia akan menolaknya dengan tegas. "Saudara sepupu" merasa muak 
ketika seorang Kristen mencoba menjelaskan tentang Trinitas kepadanya. "Tiga 
tidak mungkin satu, dan satu bukanlah tiga," adalah jawaban klise mereka. Allah 
dalam "agama sepupu" tidak memerlukan seorang penolong, pengantara, ataupun 
rekan. Hanya Dia yang agung. Tidak ada satu pun yang seperti diri-Nya.

Tiga serangkai Ilahi, di mata "saudara sepupu", membawa kemungkinan akan suatu 
pemberontakan dari salah satu Tuhan melawan yang lain. Kecemburuan, ambisi, 
kebencian, dan kritik akan menjadi tak terhindarkan. Pada kepemimpinan sebuah 
"negara sepupu" biasanya hanya terdapat "seorang penguasa". Lawan-lawannya 
dibasmi. Dengan cara yang sama, Allah hanya ada satu.

Misteri bahwa Tuhan kita adalah kasih tetap tersembunyi bagi "saudara sepupu". 
Bapa mengasihi Anak selamanya. Dia bukanlah sebuah pribadi yang egois yang 
hanya mengasihi diri-Nya sendiri. Melalui Dia, sang "Firman", Ia menciptakan 
alam semesta. Setelah kematian penebusan Yesus demi pendamaian, Bapa 
menganugerahkan segala kuasa di bumi dan di surga ke dalam tangan sang Penakluk 
yang bangkit. Hari ini, Roh Kudus sedang melengkapi karya sang Anak dalam 
gereja-Nya. "Saudara sepupu" tidak melihat apa pun dari hal ini. Mereka juga 
tidak mengerti bahwa Roh Kudus tidak pernah memuliakan diri-Nya sendiri, namun 
memuliakan Anak, dan sang Anak terus-menerus memuliakan Bapa, yang telah 
menentukan sang Pemenang atas dosa, maut, dan neraka di tangan kanan-Nya. 
Hubungan kerohanian seperti itu dalam Trinitas yang Kudus seluruhnya asing 
untuk "Saudara sepupu". Mereka tidak ingin memahami arti kata-kata Yesus: "Aku 
dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Dia". Kasih, 
kerendahan hati, dan penyangkalan diri, dalam "agama sepupu", tidak timbul 
sebagai dasar setiap otoritas kerohanian. Allah berbeda. Dialah satu-satunya 
yang harus ditinggikan dari awal sampai akhir, soliter, dan tak terjangkau.

Dengan penolakan akan Tuhan Tritunggal, "agama sepupu" telah menghakimi dirinya 
sendiri. Orang-orang Kristen mengakui bahwa pada masa kemunculan Kristus, makna 
terdahulu dari kata "Tuhan" telah berubah. Bapa, Putra, dan Roh Kudus berada 
dalam penyatuan rohani. Yesus dalam doa terakhir-Nya menyatakan, "Kita adalah 
satu" (Yohanes 17:22). Di sini, kejamakan menegaskan ketunggalan untuk 
mengungkapkan rahasia Tuhan kita.

"Agama sepupu" menolak apa pun yang berhubungan dengan realitas trinitas kita. 
"Nabi sepupu" menekankan, "Percayalah kepada Allah dan Utusan-Nya, dan jangan 
katakan 'tiga,' jauhkan dirimu darinya: hal itu lebih baik untuk kamu. Mereka 
adalah orang-orang kafir yang mengatakan, 'Allah adalah yang ketiga dari 
tiga'." (Surah 4:171 dan 5:73)

"Nabi sepupu" menerima sebuah gambaran yang terdistorsi mengenai Trinitas Ilahi 
ketika para pengikut sektarian mengatakan kepadanya bahwa Yesus telah berkata, 
"Jadikan aku dan ibuku sebagai tuhan, terpisah dari Allah." (Surah 5:116) Ide 
ini telah ditolak sejak dari awalnya oleh setiap gereja Kristen dengan berdasar 
pada Kredo Nikea (325 SM).

Selain penolakan ini, "agama sepupu" juga tidak bisa menoleransi realitas 
ilahi. Allah sendiri hebat, berdaulat, dan berjaya. Tidak mungkin ada Tuhan 
lain selain Dia. Dia tidak memerlukan seorang penolong. Tidak ada yang seperti 
Dia. Seluruh keberadaan "agama sepupu" menolak Tuhan Tritunggal.

ALLAH -- BUKANLAH BAPA

Pengakuan bahwa Tuhan adalah seorang Bapa merupakan sebuah ide yang menjijikkan 
bagi "saudara sepupu", bahwa Tuhan telah tidur dengan Maria, dan telah memiliki 
seorang putra tunggal. Nama "Bapa" tidak akan terpahami dalam "agama sepupu" 
dalam hal kerohanian, namun hanya literal. Allah tetap satu-satunya yang 
diagungkan, Tuhan yang kudus dan jauh, yang tidak memiliki hubungan pribadi 
dengan manusia. Ide bahwa Allah menjadi seorang ayah menimbulkan permusuhan dan 
kebencian dalam diri "saudara sepupu".

Inilah titik yang tepat, di mana Kabar Baik menegaskan iman kita. Tuhan menjadi 
manusia dalam Yesus Kristus. Dia tidak lagi menjadi seorang pencipta yang jauh, 
asing, dan tidak diketahui, namun telah mengungkapkan diri-Nya sendiri sebagai 
seorang Bapa yang "intim dan penuh kasih." Tuhan telah mengikatkan diri-Nya 
dalam sebuah cara sebagai seorang Bapa pada setiap orang yang menerima Yesus 
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Pemahaman Perjanjian Lama akan Tuhan semakin diperdalam oleh penekanan Yesus 
pada nama "Bapa". Inilah revolusi teologis yang diperkenalkan oleh Yesus ke 
dalam iman monoteistik yang dingin dari orang Yahudi. Namun, orang Yahudi 
menolak ke-Bapa-an Tuhan dan melihatnya sebagai penghujatan yang mutlak (Matius 
26:65; Yohanes 10:33-36), seperti halnya "agama sepupu" yang geram pada 
realitas Allah Bapa.

Sudahkah Anda mengalami bahwa Yesus tidak memandu kita untuk berdoa pada 
Elohim, pada Yahweh, pada Tuhan Yang Mahakuasa, tidak juga pada diri-Nya 
sendiri, namun mengungkapkan doa pribadi-Nya kepada kita, sehingga kita sebagai 
anak-anak dapat berkata, "Bapa kami yang di Sorga, Dikuduskanlah nama-Mu!, 
Datanglah kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga."? 
Menyangkal atau membuang makna nama bapa yang sangat penting akan sangat 
merusak inti Kabar Baik. "Bapa" adalah kata-kata pertama Yesus di kayu salib 
dan juga "Bapa" yang Dia serukan pada kalimat terakhir-Nya. Yesus mengungkapkan 
rahasia terdalam akan esensi Tuhan pada para murid-Nya sebagai dasar dan tujuan 
perjanjian baru.

Tuhan tidak lagi sebagai Tuhan yang kurang dikenal, yang harus kita panggil 
dengan sebutan "tuan". Kita memiliki keistimewaan untuk memanggil Bapa Surgawi 
kita dengan sebutan yang dekat, "Engkau". Roh Tuhan bersaksi bersama roh kita, 
bahwa kita adalah "anak-anak" Tuhan. Setiap orang Kristen sejati memiliki 
hubungan langsung dengan Tuhan. Kita bukanlah "budak", namun anak-anak 
perjanjian baru melalui anugerah Yesus Kristus. "Saudara sepupu" berdoa lebih 
sering daripada orang Kristen, namun doa-doa resmi mereka terdiri dari sebuah 
liturgi yang telah ditentukan dan bukanlah sebuah percakapan langsung dengan 
Tuhan. Dalam "agama sepupu", semua manusia dikategorikan sebagai para budak 
yang diciptakan untuk menyembah Allah. Namun, melalui Yesus kita bukanlah 
budak: kita adalah anak-anak. Pintu menuju Bapa kita terbuka lebar. Doa kita 
adalah percakapan dengan Tuhan yang langsung dari hati, penuh permohonan, doa 
untuk orang lain, ucapan terima kasih, dan penyembahan. Kita memiliki sebuah 
jalur langsung pada seorang Bapa yang mendengarkan kita setiap saat. "Saudara 
sepupu" juga dapat berseru dengan kata-kata mereka pada Allah, sebagai tambahan 
pada doa-doa lima waktu yang telah dirancang, namun usaha-usaha untuk membuat 
hubungan ini seperti sebuah panggilan ke langit yang kosong. "Saudara sepupu" 
tidak tahu, apakah seseorang akan mendengarkan dan apakah doanya akan dijawab. 
Allah terlalu besar untuk mengikatkan diri-Nya pada para penyembah-Nya. 
"Saudara sepupu" tidak memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal ini tetap 
menjadi keistimewaan orang Kristen.

"Agama sepupu" menolak ke-Bapa-an Tuhan, yang berarti telah meletakkan dirinya 
pada jalan yang mengarah kepada kehancuran. "Saudara sepupu" harus menghadapi 
segala sesuatu sendirian ketika mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari 
Penghakiman di hadapan Allah. Tuhan mereka adalah seorang saksi dan hakim yang 
tidak dapat disuap, di hadapan-Nya tidak ada hubungan kekerabatan dengan siapa 
pun. Segala macam dosa akan terungkap tanpa ampun. Sangatlah menakutkan jatuh 
ke dalam tangan Allah. Dia mengeraskan hati kepada siapa pun yang Dia mau, dan 
menyelamatkan siapa pun yang Dia inginkan. Tidak seorang pun tahu persis apa 
yang akan Allah putuskan untuk dilakukan pada setiap orang. Namun, Kabar Baik 
mengungkapkan kehendak Bapa atas kita. Dan, kita tahu bahwa Dia merindukan 
setiap orang harus diselamatkan dan datang pada pengenalan kebenaran. Oleh 
karena itu, kita bisa mendekat kepada-Nya pada Hari Penghakiman dengan sangat 
tenang karena sang Hakim adalah Juru Selamat kita.

Tuhan mengutus anak tunggal-Nya ke dalam dunia yang jahat ini sehingga Dia 
mendamaikan semua orang dengan diri-Nya. Kristus menanggung dosa setiap orang 
dan menanggung hukuman menggantikan kita. Bapa tidak melanggar hukum yang suci 
ketika Dia membenarkan para pendosa, namun menaatinya dengan menggantikannya 
dengan kematian Kristus. Hanya melalui penyaliban seseorang menerima 
keistimewaan untuk memanggil Tuhan sebagai Bapa kita. Dia telah memberikan 
semua penghakiman kepada Putra-Nya, yang akan menghakimi dalam kesatuan penuh 
dengan Bapa-Nya. Setiap orang yang percaya kepada Bapa melalui Putra telah 
diselamatkan dari penghakiman (Yohanes 3:16-19; 5:22-23).

ALLAH -- BUKAN SANG PUTRA

Berbeda dengan agama-agama dunia yang lainnya, "agama sepupu" muncul setelah 
Kristus hidup di bumi. "Nabi sepupu" sering mencari tahu tentang Yesus dan 
mengumpulkan informasi mengenai Perjanjian Baru dari orang Kristen Arab, juga 
dari budak Kristen asing. Waraqa ibn-Naufal, seorang saudara sepupu dari istri 
"nabi sepupu" yang pertama yaitu Khadijah (yang juga saudara jauh "nabi 
sepupu"), mungkin adalah seorang pemimpin sebuah gereja rumah di Mekah. "Nabi 
sepupu" menganalisis kehidupan Yesus dan menerima pernyataan tertentu yang 
sesuai dengan sistem kepercayaannya. Segala sesuatu yang tidak dia mengerti 
atau tidak sesuai dengannya ditolak sebagai sesuatu yang salah atau palsu. 
Dengan cara ini, Kristologi Islam menjadi terbatas pada 93 ayat dalam 15 surat 
dalam "Kitab Suci sepupu".

"Nabi sepupu" bersaksi dalam banyak ayat di "Kitab Suci sepupu", bahwa Yesus 
lahir dari perawan Maria. Kelahiran-Nya yang menakjubkan bukan hanya sebuah 
kepercayaan Kristen, namun juga merupakan sebuah dogma "agama sepupu". "Nabi 
sepupu" menyebut Yesus sebagai perwujudan "Firman Tuhan" dan suatu "roh dari 
Dia" (Surah 3:45 dan 4:171). Perbedaan antara "agama sepupu" dan kekristenan 
dalam pemahaman kelahiran Kristus tercermin dari pengajaran "nabi sepupu" bahwa 
Kristus tidak "lahir" dari Allah, namun telah "diciptakan" dalam Maria, dari 
ketiadaan, melalui Firman Yang Mahakuasa. Allah tidak akan pernah dipahami 
sebagai Bapa dari Yesus, namun hanya sebagai pencipta-Nya. Kristus bukanlah 
Putra Allah dalam "agama sepupu", namun hanya sebagai seseorang yang 
menakjubkan, seorang nabi khusus, seorang utusan Allah yang berwenang. Hal ini 
bertentangan dengan iman semua gereja yang setuju dengan Kredo Nikea bahwa 
Kristus adalah "Tuhan atas Tuhan, terang atas terang, Tuhan yang Maha, 
diperanakkan dan bukan diciptakan, menjadi satu esensi dengan Bapa. (t\Rento)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Islam Under The Magnifying Glass
Judul asli bab: Allah In Islam And The Incarnation Of God In Jesus Christ
Penulis: Abd Al Masih
Penerbit: Light of Life, Villach, Austria
Halaman: 13 -- 24


DOA BAGI MISI DUNIA: KENYA

Ledakan granat di sebuah gereja yang berlokasi di Nairobi telah menewaskan 
seorang mahasiswa, Kelvin Walumba (27 tahun) dan melukai enam belas jemaat 
lainnya. Kelvin Walumba terbunuh sesaat setelah seorang pria yang berpura-pura 
menjadi jemaat di Gereja God's House of Miracle, Nairobi, melemparkan 3 buah 
granat saat ibadah berlangsung, meskipun hanya satu granat yang meledak saat 
itu. Seorang guru sekolah minggu mengatakan bahwa satu dari dua murid 
laki-lakinya, J, sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit atas luka yang ia 
derita.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Edisi Juli-Agustus 2012, Hal.11

Pokok Doa:

1. Bersyukur untuk perlindungan Tuhan bagi jemaat Gereja God's House of 
Miracle, Nairobi. Doakan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

2. Doakan juga untuk J, agar bisa segera pulih dari luka fisik akibat ledakan 
granat tersebut. Doakan juga agar melalui peristiwa ini, imannya tidak goyah, 
melainkan terus bertumbuh di dalam Dia.


DOA BAGI INDONESIA: SEBUAH BOM MELEDAK DI AMBON

Open Doors mendapatkan informasi adanya ledakan bom di Ambon pada tanggal 15 
Mei 2012. Insiden ini terjadi saat orang banyak sedang mengikuti perayaan Hari 
Pattimura, di mana masyarakat mempersembahkan Obor dari Pulau Saparua menuju 
Kota Ambon, untuk memperingati pahlawan nasional, Kapitan Pattimura. Insiden 
ini mengakibatkan 55 warga terluka, yang sebagian besar adalah umat Kristen. 
Pada awalnya, ada spekulasi yang mengatakan bahwa pemerintah lokallah yang 
menjadi dalang pengeboman ini. Menurut warga setempat, situasi di Ambon sangat 
terkontrol dan relasi antar umat beragama tidak terpicu oleh insiden ini.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Edisi Juli-Agustus 2012, Hal.11

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk perlindungan Tuhan kepada warga Ambon yang menghadiri 
perayaan Hari Pattimura. Semua karena kemurahan-Nya.

2. Mengucap syukur juga untuk situasi yang kondusif pasca terjadinya insiden 
pengeboman ini di Ambon.

3. Berdoa untuk pemulihan luka fisik dari para korban pengeboman. Doakan agar 
mereka tidak menaruh dendam kepada oknum yang telah membuat ketidaknyamanan 
pada perayaan Hari Pattimura tersebut.

4. Doakan juga agar melalui peristiwa ini, umat Kristen di Ambon semakin 
mendekatkan diri kepada Tuhan dan memacu mereka untuk lebih lagi menyatakan 
kasih Kristus di lingkungan mereka.


"NO CHRISTIAN IS SMALL WHO IS CHRISTIAN IN SMALL THINGS"


Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Tim editor: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan Berlian Sri Marmadi
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

Kirim email ke