Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Bukti Profil Diri Yesus 1
No.49, Vol.15, Desember 2012

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: BUKTI PROFIL DIRI: APAKAH YESUS MEMUNYAI SEMUA ATRIBUT ALLAH? 1
DOA BAGI MISI DUNIA: AFGANISTAN
DOA BAGI INDONESIA: BANJIR MELANDA IBU KOTA

Shalom,

Jati diri seseorang merupakan sebuah papan pemberitahuan yang menjelaskan 
siapakah orang tersebut. Dalam berinteraksi, sangat penting untuk membaca papan 
pemberitahuan tersebut, sehingga kita yakin orang seperti apakah yang sedang 
berinteraksi dengan kita itu. Demikianlah juga interaksi kita dengan Yesus. 
Yesus merupakan Tokoh fenomenal yang tidak lekang oleh waktu. Begitu hebatnya 
sosok Yesus ini sehingga eksplorasi terhadap jati diri-Nya dilakukan sepanjang 
waktu, baik oleh orang yang beriman kepada-Nya maupun yang tidak. Klaim 
kesetaraan-Nya dengan Allah selalu saja mengundang seseorang untuk menyelidiki 
kebenarannya. Mungkin kita sendiri juga pernah memiliki pertanyaan-pertanyaan 
tentang Yesus dalam pertumbuhan iman kita. Tentu saja, Allah tidak akan 
keberatan jika kita menyelidiki-Nya; semakin dalam kita menyelidiki, semakin 
dalam kita mengenal Dia. Apa sajakah yang membuat kita yakin bahwa Yesus 
memiliki kesetaraan dengan Allah sehingga kita beriman kepada-Nya? Apakah kita 
sudah benar-benar menemukan alasan yang membuat Yesus bisa disejajarkan dengan 
Allah? Kiranya artikel berikut dapat menolong kita menemukan alasan tersebut. 
Selamat membaca.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >


ARTIKEL MISI: BUKTI PROFIL DIRI: APAKAH YESUS MEMUNYAI SEMUA ATRIBUT ALLAH? 1

Segera setelah delapan siswa keperawatan terbunuh di suatu apartemen di 
Chicago, satu-satunya korban selamat mendekati petugas polisi penggambar sketsa 
dengan gemetar. Dengan rinci, ia menggambarkan sang pembunuh yang dilihatnya 
dari tempat persembunyiannya di kolong tempat tidur. Sketsa itu dengan cepat 
muncul di seluruh penjuru kota -- di kantor polisi, rumah sakit, halte bus, dan 
bandara. Tidak lama kemudian, seorang dokter UGD menelepon detektif, mengatakan 
bahwa ia sedang merawat seorang pria yang mirip dengan buronan bermata tajam, 
yang tergambar dalam sketsa. Demikianlah kisah penangkapan seorang gelandangan 
bernama Richard Speck oleh polisi. Dia dinyatakan bersalah atas pembunuhan keji 
dan hidupnya berakhir di penjara 30 tahun kemudian.

Sejak Scotland Yard (kepolisian Inggris) beralih dari metode ingatan saksi ke 
metode sketsa tersangka pembunuhan pada tahun 1889, penggambar sketsa forensik 
memainkan peran penting dalam penegakan hukum. Saat ini, lebih dari tiga ratus 
penggambar sketsa bekerja dengan agen-agen polisi Amerika Serikat. Uniknya, 
konsep gambar sketsa ini dapat menyediakan sebuah analogi kasar, yang membantu 
kita dalam pencarian kebenaran tentang jati diri Sang Putra Natal.

Perjanjian Lama menyajikan sejumlah rincian tentang Allah yang menjabarkan 
secara spesifik seperti apa Dia. Sebagai contoh, Allah digambarkan sebagai 
Mahahadir, berada di semua tempat di alam semesta; Mahatahu, mengetahui segala 
sesuatu yang dapat diketahui dalam kekekalan; Mahakuasa, berkuasa atas 
segalanya; Mahakekal, berada di luar waktu dan sumber terciptanya waktu; dan 
Mahatetap, semua atributnya tidak berubah. Dia pengasih, kudus, benar, 
bijaksana, dan adil.

Sekarang, Yesus menyatakan diri sebagai Anak Allah. Namun persoalannya, apakah 
Dia memunyai semua karakteristik ilahi tersebut? Dengan kata lain, jika kita 
menyelidiki Yesus dengan cermat, apakah kemiripan-Nya benar-benar cocok dengan 
gambaran Allah yang kita temukan di bagian mana pun dalam Alkitab? Jika tidak, 
kita dapat menyimpulkan bahwa pernyataan diri-Nya sebagai Allah itu keliru.

Persoalan ini sangat rumit dan membingungkan. Contohnya, ketika Yesus 
menyampaikan khotbah di Bukit di luar kota Kapernaum, secara bersamaan Dia 
tidak berdiri di jalanan Yerikho. Oleh karena itu, dalam hal apa Dia dapat 
disebut mahahadir? Bagaimana Dia disebut mahatahu jika Dia dengan jujur mengaku 
dalam Markus 13:32 bahwa Dia tidak mengetahui apa pun tentang masa depan? Jika 
Dia mahakekal, mengapa Kolose 1:15 menulis bahwa Dia adalah "yang sulung dari 
segala yang diciptakan?"

Sekilas, persoalan-persoalan tersebut tampak menyiratkan bahwa Yesus tidak 
menyerupai gambaran Allah. Namun demikian, kesan pertama bisa menipu. Hal 
inilah yang menjadi alasan saya menemui Dr. D.A. Carson, teolog, salah satu 
pemikir ternama dalam kekristenan, untuk membahas persoalan tersebut.

WAWANCARA: DONALD A. CARSON, PH.D

D.A. Carson, seorang profesor peneliti Perjanjian Baru di Trinity Evangelical 
Divinity School, telah menulis atau menyunting lebih dari empat puluh buku, 
termasuk "The Sermon on the Mount", "Exegetical Fallacies", "The Gospel 
According to John", dan karyanya yang memenangkan hadiah perlombaan "The 
Gagging of God". Dia meraih gelar S-3 dalam Perjanjian Baru di Cambridge 
University dan mengajar di tiga akademi dan seminari sebelum bergabung dengan 
Trinity pada tahun 1978.

Pertanyaan awal saya berpusat pada alasan utama Carson berpikir bahwa Yesus 
adalah Allah. Saya bertanya, "Apa yang Yesus katakan atau lakukan sehingga 
meyakinkan Anda bahwa Dia Allah?" Saya tidak yakin bagaimana ia akan 
menanggapi, meskipun saya menduga ia akan berfokus pada perbuatan-perbuatan 
ajaib Yesus. Saya keliru.

"Seseorang dapat merujuk pada beberapa peristiwa sebagai mukjizat-Nya, tetapi 
orang lain juga melakukan mukjizat. Jadi, hal ini mungkin suatu indikasi, bukan 
hal mutlak yang pasti. Tentu saja, kebangkitan adalah bukti akhir jati 
diri-Nya. Akan tetapi, dari banyak hal yang Dia lakukan, salah satu yang paling 
mencengangkan bagi saya adalah pengampunan-Nya atas dosa," jawab Carson.

"Benarkah? Bagaimana bisa begitu?" tanya saya.

"Intinya, jika Anda berbuat salah kepada saya, saya berhak memaafkan Anda. Akan 
tetapi, jika Anda berbuat salah kepada saya, lalu seseorang datang dan berkata, 
'Aku mengampunimu,' bukankah itu suatu hal yang kurang ajar? Satu-satunya orang 
yang dapat mengatakan hal semacam itu dengan penuh arti adalah Allah sendiri. 
Dosa, termasuk juga kesalahan terhadap orang lain, pertama dan terutama adalah 
suatu pelanggaran kepada Allah dan segala hukum-Nya. Ketika Daud berdosa dengan 
melakukan perzinaan dan merancang kematian suami seorang wanita, dia akhirnya 
berkata kepada Allah 'Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah 
berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat.' (Mazmur 51:6a) Daud menyadari 
bahwa meskipun ia berbuat salah kepada sesama manusia, pada akhirnya ia berdosa 
kepada Allah yang menciptakannya seturut gambar-Nya, dan Allah perlu 
mengampuninya. Demikianlah Yesus mendatangi orang-orang berdosa dan berkata, 
'Aku mengampunimu.' Orang-orang Yahudi segera menyadari penghujatan ini. Mereka 
bereaksi dengan berkata, 'Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah saja?' 
Menurut saya, inilah salah satu hal mencengangkan yang Yesus lakukan."

"Bukan hanya mengampuni dosa, melainkan Yesus juga menegaskan bahwa Dia sendiri 
tidak berdosa. Tentu saja, keadaan tidak berdosa adalah suatu atribut 
keilahian," saya menanggapi.

"Ya. Dalam sejarah Barat, orang-orang yang dianggap paling suci adalah 
orang-orang yang paling menyadari kesalahan dan dosa mereka. Merekalah 
orang-orang yang mengetahui kelemahan, nafsu, dan amarah yang mereka miliki. 
Mereka bergumul tentang hal itu dengan jujur oleh kasih karunia Allah. 
Nyatanya, mereka berhasil mengatasi pergumulan itu sehingga orang-orang lain 
memerhatikan dan berkata, 'Betapa sucinya orang itu,'" jawabnya.

Meskipun kesempurnaan moral dan pengampunan dosa adalah karakteristik 
keilahian, ada beberapa atribut tambahan yang harus dipunyai Yesus jika Dia 
dianggap cocok dengan gambaran Allah.

MISTERI INKARNASI

"Dr. Carson, bagaimana Yesus bisa dikatakan mahahadir di dunia jika Dia tidak 
dapat berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan? Bagaimana bisa Dia 
mahatahu jika Dia berkata, 'Bahkan Anak Manusia pun tidak tahu waktu 
kedatangan-Nya kembali'? Bagaimana bisa Dia mahakuasa jika keempat Injil dengan 
terus terang menceritakan bahwa Dia tidak mampu melakukan banyak mukjizat di 
kota asalnya? Kita akui saja: Alkitab sendiri sepertinya membantah Yesus itu 
Allah."

Carson mengakui bahwa pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan 
sederhana. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan itu menyerang inti inkarnasi, 
yaitu hakikat peristiwa Natal -- Allah menjadi manusia, roh mengambil rupa 
dalam daging, sesuatu yang tak terbatas masuk dalam keterbatasan, sesuatu yang 
baka menjadi fana. Doktrin tersebut telah menyibukkan para teolog selama 
berabad-abad.

"Dalam sejarahnya, ada dua atau tiga pendekatan untuk hal ini. Contohnya, di 
akhir abad XIX, teolog Benjamin Warfield mempelajari Injil dan mengelompokkan 
berbagai hal, baik dalam sifat manusiawi Kristus maupun keilahian-Nya. Ketika 
Yesus melakukan sesuatu yang mencerminkan-Nya sebagai Allah, itu masuk ke dalam 
keilahian Kristus. Ketika ada sesuatu yang mencerminkan keterbatasan manusiawi 
-- contohnya, air mata; apakah Allah menangis? -- itu masuk ke dalam sifat 
manusiawi-Nya."

Menurut saya, penjelasan itu mengandung persoalan. "Dengan menjawab demikian, 
bukankah Anda akan sampai pada kesimpulan tentang Yesus yang mengidap 
skizofrenia? [gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang memengaruhi fungsi otak 
manusia, memengaruhi fungsi normal kognitif, emosional, dan tingkah laku. 
Red.]" tanya saya.

"Sangat mudah untuk tanpa sengaja terjerumus ke arah itu. Seluruh pernyataan 
pengakuan menegaskan bahwa baik sifat manusiawi maupun ilahi Yesus bisa 
dibedakan, namun kedua hal itu bergabung dalam satu pribadi. Jadi, Anda ingin 
menghindari solusi adanya dua pikiran manusiawi Yesus dan pikiran ilahi 
Kristus. Namun demikian, ini salah satu solusi. Solusi lainnya adalah 
'kenosis', yang berarti pengosongan. Pendekatan ini beranjak dari tulisan 
Paulus dalam Filipi 2 -- 'yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap 
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dimanfaatkan' -- 
demikianlah terjemahan yang disarankan -- 'melainkan telah mengosongkan 
diri-Nya sendiri'. Dia menjadi tak dianggap."

Penjelasan yang sedikit ambigu bagi saya. "Dapatkah Anda membuatnya lebih 
jelas?" tanya saya. "Tepatnya, Dia mengosongkan diri dari apa?"

"Selama berabad-abad, orang-orang telah memberi berbagai jawaban atas 
pertanyaan itu. Misalnya, apakah Dia mengosongkan diri dari keilahian-Nya? Jika 
demikian, Dia bukan lagi Allah. Apakah Dia mengosongkan diri dari atribut 
keilahian-Nya? Ada masalah juga dengan pendekatan itu karena memisahkan atribut 
dari kenyataannya itu sulit. Jika Anda memunyai seekor binatang menyerupai 
kuda, baunya seperti kuda, berjalan seperti kuda, dan memunyai semua atribut 
seekor kuda, berarti Anda memang memunyai seekor kuda. Jadi, saya tidak tahu 
apa artinya bagi Allah untuk mengosongkan diri dari semua atribut-Nya dan tetap 
adalah Allah. Beberapa ahli mengatakan bahwa Dia tidak mengosongkan diri dari 
semua atribut-Nya, tetapi Dia mengosongkan diri dari penggunaan atribut-atribut 
itu -- suatu jenis pembatasan diri. Jawabannya semakin dekat, meskipun ada 
saatnya itu bukanlah hal yang Dia lakukan -- Dia mengampuni dosa, yang hanya 
dapat dilakukan oleh Allah sebagai salah satu atribut keilahian-Nya. Yang 
lainnya menambahkan bahwa Dia mengosongkan diri dari kebebasan menggunakan 
seluruh atribut-Nya. Maksudnya, Dia berperan sebagai Allah jika Bapa-Nya di 
surga memberinya persetujuan untuk melakukannya. Nah, kini semakin jelas. 
Kesulitannya adalah ada kesan bahwa Sang Anak selalu berbuat seturut dengan 
perintah Bapa-Nya. Anda tak bisa mengabaikan hal itu, bahkan di kekekalan masa 
lampau. Tetapi, hal ini semakin jelas," jawab Carson.

Saya merasa kami di dekat titik sasaran, tetapi tidak yakin kami bisa lebih 
akurat. Tampaknya, itu juga yang dirasakan oleh Carson.

"Jelasnya, Filipi 2 tidak memberi tahu kita dengan tepat Sang Anak mengosongkan 
diri dari apa. Dia mengosongkan diri-Nya; dia menjadi tak dianggap. Beberapa 
bentuk pengosongan diajukan, tetapi sejujurnya -- Anda berbicara tentang 
inkarnasi, salah satu misteri utama iman Kristen. Anda berurusan dengan Roh 
yang tidak berbentuk, tidak berwujud, mahatahu, mahahadir, dan mahakuasa; 
sekaligus makhluk yang terbatas, dapat disentuh, berwujud fisik, dan fana. 
Ketika salah satu bisa menjadi yang lain, Anda pasti dilingkupi misteri."

"Jadi, sebagian teologi Kristen bukanlah 'menjelaskan seluruhnya', tetapi 
berusaha mengambil bukti alkitabiah dan menampung semuanya dengan jujur, untuk 
menemukan cara membuat sintesis yang koheren dan masuk akal, bahkan jika 
semuanya bukanlah penjelasan yang tuntas. Itulah suatu cara unik untuk 
mengatakan bahwa para teolog dapat muncul dengan penjelasan yang tampak masuk 
akal, meskipun mereka mungkin tidak mampu menjelaskan setiap nuansa inkarnasi. 
Dalam beberapa hal, tampaknya masuk akal. Jika inkarnasi itu nyata, tidaklah 
mengejutkan bahwa pikiran yang terbatas tidak dapat memahami hal itu 
sepenuhnya."

Bagi saya, pengosongan diri secara sukarela oleh Yesus dari kebebasan 
menggunakan semua atribut-Nya semacam itu cukup wajar dalam menjelaskan, 
mengapa Dia tidak menunjukkan bahwa Dia mahatahu, mahakuasa, dan mahahadir 
dalam keberadaan-Nya di dunia. Padahal, Perjanjian Baru dengan jelas menyatakan 
bahwa semua kualitas tersebut pada akhirnya benar-benar dipunyai-Nya.

Namun demikian, hal itu hanyalah sebagian dari persoalan. Saya membalik halaman 
berikutnya dari catatan saya dan mengawali pertanyaan baru tentang cuplikan 
Alkitab, yang tampaknya langsung bertentangan dengan pernyataan Yesus sebagai 
Allah. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Case for Christmas
Judul asli artikel: The Profile Evidence: Did Jesus Fulfill the Attribute of 
God?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Michigan 1998
Halaman: 55 -- 62


DOA BAGI MISI DUNIA: AFGANISTAN

M harus menanggung hukuman mati karena ia telah meninggalkan agamanya yang lama 
dan menjadi pengikut Kristus.

Sembari dipukuli dan diperlakukan kasar, M terus berdoa dan menulis 
surat-surat. Dalam suratnya yang terakhir (13 Februari 2011), M yang telah 
diamputasi kakinya, ayah dari 6 anak ini mengatakan bahwa perwakilan dari 
kedutaan di Kabul mengunjunginya saat ia berada dalam penjara dan menawarkan 
suaka. Tetapi sesaat setelah mereka pergi, ia dipindahkan ke ruangan lain, di 
mana para petugas mencoba memaksanya untuk menyangkal imannya. Mereka berjanji 
akan membebaskannya dalam jangka waktu satu kali dua puluh empat jam setelah ia 
melakukan penyangkalan.

M menolak dan dikembalikan ke selnya. M berkata kepada mereka, "Saya tidak bisa 
menjadi pemeluk agama lain lagi. Doanya akhirnya terjawab setelah 
berlangsungnya tekanan diplomatis yang intens, pihak berwenang membebaskan M. 
Beberapa bulan setelah kebebasannya, M diizinkan meninggalkan Afganistan 
bersama istri dan anak-anaknya. Saat ini, keluarganya tinggal di suatu tempat. 
Seluruh anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk salah satu 
anaknya yang harus bersekolah di sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus.

Sumber: Buletin Fronline Faith, Edisi November - Desember 2012, Halaman 7

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk pembebasan M. Doakan agar M dan keluarga tetap setia 
dalam mengikut Tuhan.

2. Berdoa bagi umat Kristen di Afganistan yang harus bertahan dalam 
kesendirian, tanpa persekutuan dengan orang Kristen lain.


DOA BAGI INDONESIA: BANJIR MELANDA IBU KOTA

Seiring meningkatnya curah hujan pada musim-musim penghujan ini, warga ibu kota 
di daerah rawan banjir harus selalu waspada dengan kemungkinan terburuk yang 
akan terjadi. Menurut Dirjen Sumber Daya Air (27/11/2012), Mohammad Hasan, saat 
ini terdapat 78 wilayah di Jakarta yang rawan banjir. Ia mengatakan, pihaknya 
saat ini telah membuat rencana dan program-program terkait masalah ini. Selain 
pemerintah, warga juga telah berkomitmen untuk ikut berpartisipasi menghindari 
banjir, dengan cara tidak membuang sampah ke sungai. Beberapa warga di kawasan 
Sungai Ciliwung bahkan berinisiatif mengangkut sampah rumah tangga ke truk 
sampah setiap pagi. Namun, menurut berita terbaru (28/11/2012), Dinas Pekerjaan 
Umum Pemprov DKI menghentikan proyek pemeliharaan sungai sejak terjadi 
pergantian gubernur. Hal ini dikarenakan adanya Permendagri No. 21/2011 dan 
Permendagri No. 13/2006 yang menyebutkan bahwa jangka waktu penganggaran 
kegiatan tahun jamak (multiyears) tidak boleh melampaui akhir tahun masa 
jabatan kepala daerah. Masalah ini harus segera diselesaikan lewat kesepakatan 
dengan DPRD.

Dirangkum dari: http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1584/1/Banjir.2012

Pokok Doa:

1. Program pemeliharaan sungai dihentikan karena adanya UU Permendagri. Hal ini 
buruk karena dapat memicu banjir. Berdoalah kepada Tuhan Yesus supaya masalah 
ini dapat segera terselesaikan oleh pihak terkait, sehingga program dapat terus 
berlanjut.

2. Ada 78 wilayah di Jakarta yang rawan banjir, khususnya daerah-daerah yang 
berada dekat dengan bantaran sungai. Mari kita berdoa supaya pemerintah sigap 
dalam memberikan tindakan pencegahan banjir di daerah-daerah tersebut, dengan 
rencana dan program yang telah mereka siapkan. Berdoa juga supaya setiap 
rencana dan program tersebut dapat rampung dalam waktu yang telah ditentukan, 
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

3. Mengucap syukur atas kesadaran para warga terhadap lingkungan dalam rangka 
menanggulangi bencana banjir. Doakan supaya melalui partisipasi mereka, kerja 
pemerintah semakin terasa ringan. Berdoa pula supaya tindakan mereka dapat 
menjadi contoh yang baik dan menularkan energi positif kepada warga di daerah 
lain.


"GOD PUT WORK INTO YOUR LIFE; HE EXPECTS YOU TO PUT LIFE INTO YOUR WORK"


Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

Kirim email ke