Yth Rekan rekan
 
Maaf kalau topik ini diluar jadwal tema diskusi bulan ini, tapi cuplikan ulasan ini cukup menarik untuk disimak
 
Salam
Aris

 

Kejahatan dalam Bisnis Beras
Merugikan Konsumen dan Tidak Tersentuh Hukum

 

Beberapa waktu yang lalu di sebuah majalah internasional terdapat berita mengenai polisi Jepang yang menangkap pedagang beras. Pedagang ini dituduh melakukan tindakan kriminal karena mencampur beras yang berbeda kualitas.

 

Pengoplosan itu merupakan tindakan untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara mencampur beras kualitas A dan kualitas B, setelah itu dijual dengan harga beras kualitas A. Polisi Jepang dengan mudah menangkap para pelaku karena mereka bisa membedakan secara gamblang beras kualitas A dan beras oplosan. Untuk urusan sekecil itu polisi Jepang tidak main-main.

 

Persoalan pengoplosan bukan merupakan masalah kriminal di Indonesia. Para pedagang dengan mudah menyebut beras itu pandanwangi dan rojolele. Mereka tidak takut karena memang tidak akan tersangkut dengan hukum, meski sebenarnya penyebutan beras itu tidak sesuai dengan isinya.

 

Kita tidak tahu sejauh mana aparat hukum bisa menjangkau mereka. Apabila persoalan masih seperti itu, mungkin polisi tidak akan bertindak. Akan tetapi, tidak berarti persoalan perdagangan beras di Indonesia tidak bebas dari kejahatan. Banyak pedagang mengakui kalau beras wangi itu berasal dari beras yang diberi senyawa aromatik agar baunya wangi. Wangi beras itu bukan karena asli dari bulir padi, tetapi dari aroma pewangi yang di kalangan pedagang disebut fragran.

 

Beras yang terlihat mengkilat dan yang dikenal dengan beras kristal ini mahal harganya. Namun, jangan lupa bahwa beras kristal ini bukan berarti tidak bisa direkayasa dengan bahan kimia dan juga cara-cara mekanis. Ada pedagang yang membeli beras kualitas rendah kemudian digiling lagi dengan alat penggiling yang rodanya sudah disetel agar mampu menggesek bulir padi hingga terlihat mengkilat. Lalu, ada senyawa yang mirip tepung yang kemudian dicairkan yang digunakan untuk menambah kilap beras.

Beras kualitas rendah dengan harga di bawah Rp 3.000 per kg yang kemudian diberi pewangi dan dibuat mengkilap oleh para pedagang sudah bisa mengubah harga menjadi Rp 7.000 per kg.

 

Apakah tindakan seperti ini tergolong legal? Apalagi mereka menyebut dalam kantong pembungkus dengan sebutan beras wangi atau dengan cap yang membawa pikiran konsumen mempunyai pandangan beras itu benar-benar berkualitas tinggi.

 

Banyak keganjilan

Apabila kita semakin mendalami soal perdagangan beras, maka makin banyak keganjilan ditemukan. Modus beras yang masuk dalam kategori separuh nyolong sudah banyak diketahui. Kasus impor beras 60.000 ton, ternyata hanya membayar bea masuk 700 ton, juga merupakan salah satu bukti kejahatan itu.

 

Modus lainnya, dalam kasus beras impor lebih beraneka ragam. Modus pertama, laporan impor beras misalnya sebanyak 10.000 ton dengan kapal, masing-masing 5.000 ton setiap kapal. Namun, dalam kenyataannya ada tiga kapal yang masuk dengan total volume muatan sebanyak 15.000 ton beras. Mantan Kepala Bulog Rizal Ramli pernah mengungkap adanya modus ini.

 

Modus lainnya, yang semula hanya berupa dugaan ketika berbagai kapal beras keluar dari Thailand pada tahun 2004 dengan tujuan Indonesia, namun tidak pernah sampai ke Indonesia. Ada yang menyebutkan kemungkinan perubahan tujuan di tengah jalan. Meskipun disebut bertujuan Indonesia, namun di tengah jalan berpindah arah. Akan tetapi, pernyataan itu tidak masuk akal karena terlalu banyak kapal yang mudah beralih arah. Dari catatan yang ada, terdapat hampir 70 kapal bertujuan Indonesia. Apakah seluruh kapal ini berpindah tujuan sehingga tidak ada yang masuk ke Indonesia?

 

Sebenarnya yang terjadi adalah kapal-kapal itu masuk ke Indonesia, namun tidak sampai ke pelabuhan. Kapal-kapal itu berada di laut wilayah Indonesia dan kemudian dikirim ke darat setelah beras dipindahkan dari kapal asal Thailand ke kapal-kapal kecil yang membawa beras itu ke daratan.

 

Kompas pernah mendapatkan nama-nama kapal yang digunakan untuk menjemput beras dari kapal besar di tengah lautan ke sebuah pelabuhan di Sumatera. Setelah beras masuk, berbagai permainan masih dilakukan dan ini jelas beras impor. Sekadar untuk gambaran, bila seorang importir mengimpor 10.000 ton, sudah pasti akan kesulitan untuk menyimpan.

Mereka akan memilih langsung menjual ke pedagang. Dalam kasus seperti ini kadang tidak disertai dengan perjanjian hitam di atas putih. Pokoknya, begitu kapal datang mereka langsung menelepon penerima beras dan kemudian mengirimkannya. Pembayarannya pun kadang diutang hingga miliaran rupiah. Modalnya cuma saling percaya. Beras datang langsung dikirim, pembayaran belakangan dan tidak ada masalah.

 

Namun, gawatnya permainan itu berdampak besar bagi petani. Banyaknya pasokan membuat gudang di Jakarta tak mampu menampung sehingga mengirimkannya ke luar daerah, termasuk ke sentra produksi. Akibatnya, harga beras di wilayah itu anjlok. Para penerima di daerah sentra pun tak gampang untuk melepaskan beras itu ke pasar. Volume yang besar mengharuskan mereka berhati-hati mengeluarkan stok. Yang paling aman melalui pengadaan oleh Perum Bulog.

 

Menurut pengakuan seorang pedagang, mengoplos beras impor dengan beras lokal dan kemudian memasukkan untuk pengadaan beras Perum Bulog, merupakan sebuah cara yang gampang. Kini berbagai kejahatan dalam perdagangan beras makin canggih dan kompleks. Pola kejahatan serupa sangat mungkin terjadi dalam perdagangan komoditas, seperti gula, minyak sawit, dan lain-lain.

 

Perhatian masyarakat dan juga aparat masih sangat sedikit terhadap berbagai modus kejahatan semacam itu. Kadang kita menyepelekan dan menganggap remeh nilai bisnis perdagangan itu. Akan tetapi, di situlah kejahatan bermunculan dan tetap aman. (ANDREAS MARYOTO)


Yahoo! for Good
Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.

=========================================================================
                   "Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
untuk Kesejahteraan Rakyat dan Kelestarian Sumber Daya Alam Indonesia"
-------------------------------------------------------------------------
Related homepages to IASA :
           http://iasa-online.org
           http://www.greendigitalpress.net/publications/ijas/
=========================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke