HUJAN JANGAN MARAH Urutan lagu terakhir di album pertama Efek Rumah Kaca (ERK) adalah “Desember”. Bila menyimak klip salah satu single-nya ini, footage suasana hujan mendominasi. Sepertinya kehadiran sang hujan memang ditunggu-tunggu. Dengan rindunya sang biduan melantunkan; “Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember”. Bulan akhiran nama “-ber” memang rentan dengan musim basah, seperti Desember. Namun ironisnya, di album kedua ERK yang diturunkan bulan Desember, seperti ada yang mengingkari janji sebelumnya pada “Hujan Jangan Marah”, lewat alunan nada yang sama sendunya. Tanpa perlu memilih, kedua single dari kedua album ERK tadi berhasil mencap identitasnya sebagai band tanda jaman. Kerinduan atau kegundahan akan datangnya hujan, kedua single ERK bisa merepresentasikannya tanpa mengenal waktu & tempat...kapan saja, dimana saja. Kami memang tak menolak turunnya hujan sebagai berkah. Namun, kami pun tak mengundang turunnya hujan sebagai musibah. Sekarang bulan Januari, bukan Desember lagi, bukan bulan akhiran -ber lagi. Tapi hujan terus saja menangis hingga membasahi bumi pertiwi. Ada apa dengan hujan? Atau, hujan sedang marah?! Pasukan tetesan air dari udara begitu derasnya menginvasi dunia hingga daratan tak mampu menampung. Akhirnya, terjadilah banjir... Lantai rumah yang harusnya bisa badan ini tempat merebah telah terhalang air, kolaborasi air langit dan kotoran darat menjilati setiap permukaan kami menapak, tak pelak setiap langkah kaki berjalan terdengar seperti mengobok air bak. Apalagi kami tak perlu melihat ibu mengangkat dasternya sampai ke lutut agar tak basah. Kenapa sampai hati sang hujan berbuat begini... Memang apa salah kami? Alasan pun mencari-cari… Mungkin selokan air yang tersumbat, mungkin sampah terletak bukan pada tempatnya, mungkin penggundulan hutan yang terbiarkan, dan...segala macam ulah tangan manusia kami tuduhkan. Atau mungkin, sudah nasibnya bagi mereka yang tinggal di dataran rendah? Ada pula yang menganjurkan agar kami banyak memohon ampun pada Sang Pencipta… Tapi, apa urusannya??? Kalau turunnya hujan atas komando tuhan, langsung saja kami salahkan segala bencana ini pada-Nya, tanpa perlu panjang mencari alasan logis. Tapi, bukankah Tuhan sudah terlindung dari sifat-Nya "Yang Maha Benar"?! Uuhhh...rasanya kami terlalu cepat untuk berburuk sangka. Nantinya, bukan rumah kami saja yang kotor, tapi hati ini pun turut kotor. Ya sudahlah...percuma kami menyalahkan sana-sini. Tak perlu larut kami meratapi nasib, sedang air belum saja surut.. Dengan rasa sabar kami terus menimba genangan air sambil hati berharap yang sama seperti biduan ERK di single terbarunya; “hujan jangan marah” (lagi)… (Korban banjir, 2009) = = = = = = www.JURNALLICA.com (contact) i...@jurnallica.com (for email spams, attachment, use address below) jurnallica_webz...@yahoo.com