http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=70315

PEREMPUAN

01 Juli 2009
Kiprah Ibu Negara dan Kepemimpinan Bangsa

GEGER jilbab istri capres dan cawapres sempat menyita perhatian
publik. Perempuan berjilbab dipersonifikasikan sebagai individu yang
baik dan taat agama. Jika ibu negara berjilbab, konon bangsa ini akan
lebih baik.

Namun, gagasan ini juga bukan tanpa kritik. Banyak aktivis
berpandangan, berjilbab dan tidak itu urusan individu, tidak ada
kaitannya dengan masalah kenegaraan. Selain soal jilbab, istri salah
seorang kontestan Pilpres 2009 juga diisukan beragama Katolik. Sontak
hal ini sedikit mengendurkan mitra koalisi.
Isu agama, bagi masyarakat Indonesia, masih sangat sensitif. Basis
agama sering dijadikan alasan dalam memilih calon pemimpin. Ca-lon
nonmuslim —maaf— masih sulit diterima oleh sebagian besar ma-syarakat
Indonesia. Hal ini tercermin pula dari hasil penelitian Ari Anshori
dkk (Presiden Pilihan Umat, 2009).

Penelitian kualitatif yang dida-sarkan hasil wawancara sejumlah tokoh
agama itu dengan jelas mengisyaratkan pemimpin Indonesia (presiden dan
wapres) harus se-orang muslim. Alasan yang dominan adalah karena
faktor kepatutan, bahwa mayoritas penduduk di ne-geri ini adalah
muslim.


Ibu Negara

Terlepas dari polemik di atas, marilah kita menilik sejarah panjang
bangsa Indonesia yang telah memiliki enam presiden, dan lima ibu
negara. Bagaiman peran dari masing-masing ibu negara tersebut, inilah
yang lebih penting daripada berdebat soal jilbab atau tidak berjilbab.

Pertama, Ibu Fatmawati. Fatma-wati tentu bukan orang sembarangan. Ia
sosok yang kuat dan teguh dalam pendirian. Ketika Sukarno dalam masa
sulit semasa memimpin revolusi di negeri ini dan sering dipenjara,
Fatmawati selalu setia menunggu dan mendukungnya.

Tanpa dukungan dan kesetiaan Fatmawati, mungkin Sukarno tidak akan
mampu memimpin revolusi kemerdekaan negeri ini. Di era kemerdekaan,
Fatmawati tetap menunjukkan dirinya sebagai Ibu Negara. Ia rela
menjahit bendera Merah-Putih sebagai simbol pemersatu bangsa. Ia pun
teguh dalam pendirian dan tidak mau dipoligami, meski risikonya harus
bercerai.

Di masa Orde Baru, kita mengenal Ibu Tien Soeharto. Banyak literatur
menyatakan, Ibu Tien merupakan ”separo nyawa” Soeharto. Bahkan, dia
menjadi bagian dari pemerintahan Soeharto itu sendiri. Artinya, Ibu
Tien telah menjadi pendamping hidup dan penasihat spiritual yang ampuh
bagi Soeharto.

Kiprah Ibu Tien dalam pemerintahan tidaklah sedikit. Ia inisiator
Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Meski diwarnai pro-kontra, TMII
telah menjadi simbol ragam budaya Nusantara yang adiluhung. Keragaman
budaya Nusantara inilah yang menjadikan bangsa ini kuat. Lebih dari
itu, multikulturalisme bangsa telah menopang tegaknya NKRI hingga
sekarang.

Kiprah Ibu Tien dalam pemberdayaan perempuan tercermin dari program
PKK. Meski hanya serupa organisasi paguyuban ibu tingkat RT/RW, PKK
mampu memberdayakan perempuan Indonesia. Pekerjaan ibu rumah tangga
tidak sertamerta dimaknai sebagai pekerja rendahan. Dengan program
ini, perempuan Indonesia mampu menyalurkan potensi dan bakatnya guna
masa depan keluarga dan bangsanya.


Babak Baru

Setelah rezim otoritarian Soeharto tumbang, bangsa ini memasuki babak
baru dalam berbangsa dan bernegara. Dimulai dari gerakan reformasi
1997/1998, bangsa ini melahirkan ”pemimpin baru”, sebagai pelaksana
tugas pengganti Soeharto, yaitu BJ Habibie.

Habibie memerintah dalam situasi serbasulit. Tapi dalam waktu singkat,
dia mampu mengembalikan kepercayaan dunia internasional terhadap
Indonesia. Ini terbukti dengan meningkatnya nilai tukar rupiah dari Rp
16.000 menjadi Rp 9.000 per dolar AS.

Kiprah Habibie tentu tidak lepas dari pendampingnya, Ibu Ainun
Habibie. Dengan pembawaan kalem dan tenang, wanita yang berasal dari
Purwodadi itu sanggup mengikuti ritme dan mengendalikan suasana hati
suaminya.
Selanjutnya, bangsa ini dipimpin Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pembawaannya yang nyentrik, dengan aneka gagasan besar mengenai
kebangsaan dan keagamaan, mampu sedikit mengendurkan urat saraf dan
kepenatan bangsa Indonesia.

Terobosan Gus Dur yang melampaui batas tradisi menjadi titik awal
tumbuhnya demokratisasi dan kebebasan berekspresi di negeri ini.
Pembawaan ini berpengaruh terhadap istrinya, Ibu Shinta Nuriyah Wahid.

Ibu Shinta Nuriah dikenal sebagai aktivis gender dan hak asasi manusia
(HAM). Ia seringkali mendampingi korban tindak kekerasan, baik dalam
rumah tangga maupun buruh migran. Hingga kini, kiprahnya dalam
memperjuangkan HAM dan gender masih bisa kita lihat, seperti
penolakkannya terhadap UU Antipornografi.

Kita tidak bisa melihat kiprah Megawati Soekarnoputri sebagai ibu
negara, karena dia adalah presiden. Pun demikian dengan Ibu Ani
Yudhoyono, yang tak bisa dinilai karena masa tugasnya sebagai ibu
negara belum berakhir. Dari paparan tersebut, sangat jarang isu agama
mewarnai perjalanan kenegaraan para ibu negara. Mereka tampil apa
adanya. Ibu Fatma, sesuai dengan zamannya, hanya mengenakan kebaya
tahun 1950-an dan berselempang kerudung di lehernya. Ibu Tien juga
sering berpakaian Jawa. Demikian pula de-ngan Ibu Ainun dan Ibu Shinta
Nuriyah.

Pada akhirnya, seorang pendamping (istri) merupakan bagian tak
terpisahkan dari sebuah kepemimpinan bangsa. Ia adalah panutan bangsa.
Ia dipandang ada bukan karena faktor agama yang menonjol, melainkan
kiprahnya dalam mewarnai sejarah panjang bangsa itu sendiri. (Benni
Setiawan, mahasiswa Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta-32)


------------------------------------

==========================================

MILIS MAJELIS MUDA MUSLIM BANDUNG (M3B)
Milis tempat cerita, curhat atau ngegosip mengenai masalah anak muda dan Islam.

Sekretariat : 
Jl Hegarmanah no 10 Bandung 40141
Telp : (022)2036730, 2032494 Fax : (022) 2034294

Kirim posting mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Berhenti: mailto:majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:majelismuda-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:majelismuda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke