subhanalloh, !!!!

kapankah hukum negara indonesia dapat dtegakkan untuk setiap kalangan,
kapankah hukum bisa diterapkan pada setiap orang,
hukum bukan hanya mainan orang besar,
tapi hukum adalah tempat perlindungan bagi orang orang kecil
orang orang yang semakin terhimpit.

allahhu akbar
semoga allah cepat memberikan yang tebaik bagi negeri ini
semoga allah cepat memberikan yang tebaik bagi negeri ini
semoga allah cepat memberikan yang tebaik bagi negeri ini

ridha allah ketika allah menjadikan negeri ini berhukum pada yang telah
diturunkannya
subhanallah

kapan itu semua bisa terjadi????



2009/7/21 Joko P <jok_mp...@yahoo.com>

>
>
> Ada Pepatah Sunda mengatakan " Sireum oge lamun ditincak  mah ngegel .."
> (Semut, kalau diinjak-injak pasti ngegigit...). Pepatah tersebut
> mengindikasikan agar berhati-hati, Sebesar apapun power atau Kekuasaan kita
> terhadap orang lain jangan sekali-kali melecehkan/mengaggap rendah orang
> lain dengan seenaknya ......
> ________________________________
>
> Tentang Seorang Pembunuh Cilik
> Oleh : Reza Gardino
>
> Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di
> LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung
> dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan jantung dag
> dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan
> saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga penjahat-penjahat
> berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah
> dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.
>
> Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah
> satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak
> berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan
> wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang
> sopan.
>
> Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum
> masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara
> menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat
> kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik
> sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar
> tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?
>
> Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap
> berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah
> bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya
> karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi. Berita
> ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya
> dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisau
> dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
>
> "siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat
> itu.
>
> "Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil
> disambut gelak tawa di belakangnya.
>
> Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke
> perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu
> jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah
> setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke
> kantor polisi.
>
> "Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut
> menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara
> dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan
> caranya pun menurut saya tergolong ajaib.
>
> Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun.
> Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan.
> Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung
> sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.
>
> Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca
> artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya
> baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa
> panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapas
> anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan
> tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding
> tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu
> menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0
> untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.
>
> Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi
> membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang
> berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahu
> bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian
> paling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadi
> pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani
> memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan
> menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanya
> saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.
>
>
> Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada
> di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennya
> terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang
> ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil
> omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan,
> pulang!
>
> Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga
> seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif.
> Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat
> untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
>
> Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnya
> singkat.
>
> Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas
> berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.
> Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya
> berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah
> (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin
> itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi
> itu bisa berguna untuk hal yang lain. Sayangnya si Arif itu cuma anak
> pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia
> menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan
> Indonesia .
>
> man ahabba lillahi... faqod istakmalal iimaani..
>
> "barang siapa yang mencintai karena Allah SWT... maka sesungguhnya
> sempurnalah keimanannya"
>
>
> .
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke