http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/06/93877/Jejak.Pemikiran.Feminis.Gus.Dur

PEREMPUAN

06 Januari 2010
Jejak Pemikiran Feminis Gus Dur

KEHILANGAN Gus Dur bagi Bangsa Indonesia adalah kehilangan guru
sekaligus sumber inspirasi. Pemikiran ulama asal Jombang itu telah
memberi warna tersendiri dalam wacana kebangsaan selama ini.

Sebab, sebagai cendekia yang lahir dari pesantren, ia mampu memandang
persoalan dari beragam sudut pandang. Karena itulah, barangkali,
pemikirannya terkesan kontroversial dan sulit diterima semua golongan.

Pandangan Gus Dur terhadap kesetaraan gender juga menarik dikaji,
bahkan dalam konstilasi pemikiran kini. Label ulama tidak pernah
mengikat Gus Dur dalam frame pemikiran patriarkhi.

Gus Dur seolah menganggap kebenaran dogmatis yang diajarkan agama
hanya salah satu bentuk kebenaran, sedangkan di luar itu masih banyak
kebenaran yang dapat dikaji dan diterima.

Tidak sekadar wacana, pembelaan Gus Dur terhadap perempuan dilakukan
dalam berbagai sikap dan tuturan. Ia, misalnya, ikut serta menolak
Rancangan Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi, karena RUU tersebut
justru berpotensi menjebak perempuan dalam dilema peran sosial.

Pornoaksi dan pornografi toh bisa dilakukan dan terjadi pada siapa
pun, bukan hanya perempuan. Sedangkan pada RUU tersebut pembatasan
justru banyak dilakukan terhadap perempuan.

Lebih nyata lagi, Gus Dur terang-terangan membela Inul Daratista
ketika pedangdut tersebut berkonflik dengan Rhoma Irama. Langkah ini
menimbulkan kontroversi, karena tidak sejalan dengan pemikiran
kebanyakan orang.

Namun, bagi Gus Dur: gitu aja kok repot. Pembelaannya terhadap Inul
toh tidak dilakukan bagi pedangdut, melainkan perempuan yang berusaha
menunjukkan eksistensinya.
Pemikiran Feminis Pembelaan Gus Dur terhadap perempuan juga tergambar
melalui pandangannya terhadap relasi gender yang di Indonesia dianggap
masih timpang. Sebagai tokoh pluralis Gus Dur menganggap diskriminasi
merupakan persoalan utama untuk membangun keharmonisan relasi gender.

Sinergi dalam konteks hubungan laki-laki dan perempuan mestinya tidak
sebatas berdasarkan jenis kelamin, tetapi dalam arti lebih luas
meliputi basis suku, sektor, geografis, kemampuan tubuh, atau umur.
Pandangan tersebut menjelaskan adanya dua garis besar dalam konstilasi
pemikiran Gus Dur terhadap berbagai persoalan bangsa, yakni pluralisme
dan pembelaan.

Tulisan dan tuturan Gus Dur hampir selalu berangkat dari perspektif
korban, terutama minoritas agama, gender, etnis, warna kulit, dan
kelas sosial.

Dalam konteks kehidupan berbangsa, Gus Dur mampu melelehkan batas
imajiner pemikiran nasionalis dan religius yang selama ini memisahkan
dua kelompok besar di Indonesia.

Nasionalis dan religius adalah persoalan yang tidak harus didudukkan
dalam satu meja dan dipilih, melainkan dua hal yang harus
disandingkan. Toh, baik nasionalis maupun religius, sama-sama
menjadikan kebenaran sebagai orientasi berpikir dan bertindak.

Dalam persoalan gender, barangkali harmoni pemikiran
nasionalis-religius yang menjadikan Gus Dur mampu berimbang menyikapi
persoalan. Ia mementahkan anggapan dominasi laki-laki dalam politik,
misalnya, dengan bersama-sama Megawati Soekarnoputri memegang tampuk
kepemimpinan.

Lepas dari benturan kepentingan politik yang menyertai perjalanan
politik keduanya, Gus Dur harus diakui sebagai satu-satunya presiden
RI yang memiliki wakil presiden perempuan.

Pemikiran nasionalis dan religius yang selama ini berjarak dalam
memandang persoalan gender lebur dalam pemikiran Gus Dur.

Padahal, perbedaan pandangan tersebut sempat menjadikan kedunya
sebagai aliran kebangsaan yang bersebarangan.
Kaum nasionalis yang menjadikan Pancasila sebagai landasan, menganggap
wanita memiliki kedudukan yang sama.

Penjelasan Soekarno tentang kedudukan perempuan misalnya menguraikan
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab disimbolkan oleh gambar rantai
terdiri atas gelang persegi (lambang laki-laki) yang bertautan dengan
gelang bundar (lambang perempuan).

Pertautan dua jenis rantai tersebut selain menyiratkan kesetaraan laki
dan perempuan, juga mengingatkan bahwa keberlangsungan bangsa
tergantung pada kerja sama kedunya.

Di sisi lain, pemikiran Islam selama ini distigmakan lebih condong
pada pemikiran maskulin. Misalnya, dengan catatan tertentu Islam
memperbolehkan poligami, meski banyak ditentang perempuan.

Namun, bagi Gus Dur jarak kedua pemikiran itu lebur dalam pengakuan
kesederajatan. Laki-laki dan perempuan memiliki posisi yang sama di
depan hukum dan negara, tetapi memiliki peran sosial yang berbeda.

Nyatanya, dalam hukum pidana undang-undang tidak mengenal laki-laki
dan perempuan, namun justru merinci tugas suami dan istri dalam
undang-undang perkawinan.

Lepas dari perdebatan apakah poligami boleh dilakukan atau tidak, Gus
Dur sendiri tidak pernah melakukannya. Meskipun ia tahu poligami
diperbolehkan, namun tidak mempraktikannya. Sampai akhir hayatnya Gus
Dur hanya memiliki satu perempuan yang menjadi sigaring nyawa.
Dekat dengan Perempuan Jika dicermati, perjalanan karier dan
kecendekiawanan Gus Dur juga tidak bisa lepas dari perempuan. Selain
istri, Gus Dur memiliki empat putri. Bahkan, publik mengenal salah
satu putri Gus Dur Yeni Wahid sebagai salah seorang tokoh politik dan
pemikir Islam modern.

Barangkali melalui perempuan-perempuan di sekitarnya pula pandangan
baru feminisme Gus Dur dipupuk dan dipraktikan. Istrinya, Sinta
Nuriyah Abdurahman Wahid juga pegiat gender yang teguh memperjuangkan
hak-hak perempuan.

Ia berulang-ulang muncul dalam demonstrasi menentang RUU Anti
Pornografi dan Pornoaksi, karena menganggap undang-undang tersebut
menyudutkan kaum hawa.

Selain itu, Sinta Nuriyah juga mengkritik program pemerintah yang
selama ini dianggapnya bias gender. Program keluarga berencana (KB)
misalnya, menurut Sinta Nuriyah timpang menempatkan relasi laki-laki
dan perempuan. Ia mencontohkan objek penyuluhan pada program KB yang
selalu perempuan. Lebih ironis lagi, perempuan selalu disalahkan jika
program KB gagal.

”Kebijakan itu tidak adil, dan tidak menempatkan perempuan dalam
posisi yang sama dengan laki-laki. Selain itu, tidak ada kebersaman
dalam mewujudkan sebuah persamaan,” katanya. (37)

- Surahmat, pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara


------------------------------------

==========================================

MILIS MAJELIS MUDA MUSLIM BANDUNG (M3B)
Milis tempat cerita, curhat atau ngegosip mengenai masalah anak muda dan Islam.

Sekretariat : 
Jl Hegarmanah no 10 Bandung 40141
Telp : (022)2036730, 2032494 Fax : (022) 2034294

Kirim posting mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Berhenti: mailto:majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    majelismuda-dig...@yahoogroups.com 
    majelismuda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    majelismuda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke