Rekan Media Yang terhormat,

 

Berikut siaran pers dari Bayer Schering Pharma mengenai persetujuan BPOM
terhadap obat kanker oral Sorafenib di Indonesia. 

Untuk informasi yang lebih lanjut bisa email saya Japri atau menghubungi
PR-Marketing Bayer Schering Pharma Meiliza Chandra di nomor yang tertera di
bawah.

Semoga bermanfaat.

 

Rena

Airis Health  

Siaran Pers

 

 

Sebuah era baru dalam pengobatan kanker

 

Sorafenib  mendapatkan persetujuan BPOM di Indonesia

 

Sorafenib memperpanjang periode bebas pertumbuhan tumor (progression free
survival)  pada pasien dengan renal cell carcinoma (kanker sel ginjal)
stadium lanjut

 

Denpasar, Bali, 3 Mei 2007 - Bayer Schering Pharma Indonesia hari ini
menyampaikan bahwa  Sorafenib, obat anti kanker dengan penggunaan secara
oral, telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Indonesia.  Dengan persetujuan BPOM ini Sorafenib dapat dipasarkan
dan dijual di Indonesia melalui apotik dengan indikasi untuk pengobatan
renal cell carcinoma stadium lanjut (RCC), jenis kanker ginjal yang paling
sering ditemui.  Hal ini merupakan sebuah terobosan dalam pengobatan
penyakit yang selama lebih dari satu dekade belum memiliki terapi.

 

Sekitar 208.000 orang di seluruh dunia terdiagnosa mengidap kanker ginjal
setiap tahunnya, di mana lebih dari 102.000 orang di antaranya meninggal.
Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 4500 kasus setiap tahunnya, dan
umumnya mengenai orang pada usia produktif.

 

Walaupun pemahaman mengenai mekanisme pertumbuhan berbagai macam tumor terus
berkembang, namun kanker ginjal masih belum sepenuhnya dipahami.  Dr Rainy
Umbas dari Departemen Urologi, RSCM/FKUI mengatakan, "Kanker sel ginjal
stadium lanjut sangat sulit untuk diobati karena umumnya tidak memberikan
respon terhadap kemoterapi maupun terapi hormon. Walaupun interleukin-2 dan
interferon dapat mengecilkan tumor, hanya 10-20% pasien yang memberikan
respon terhadap pengobatan dan biasanya timbul efek samping yang parah
dengan tingkat harapan bertahan hidup (survival rate) rata-rata hanya 10
bulan."  

 

Karena itu diperlukan pilihan pengobatan baru.  Obat-obatan yang bekerja
langsung pada sel kanker (targeted therapy), misalnya penghambat multikinase
seperti  Sorafenib, merupakan salah satu pendekatan yang sangat memberi
harapan saat ini.  Sorafenib dalam bentuk tablet yang digunakan dua kali
sehari bekerja pada dua kelompok kinase yang terlibat dalam proses
pertumbuhan  tumor dan pembentukan pembuluh darah baru (yang menyalurkan
darah dan bahan makanan yang dibutuhkan tumor).  Dengan menghambat kerja
kedua jenis kinase ini maka pertumbuhan sel kanker pun dapat dikendalikan.
.

 

Penemuan klinis terbaru yang dipaparkan dalam Pertemuan Tahunan ke 42
American Society of Clinical Oncology (ASCO) Juni 2006 menegaskan bahwa
tingkat harapan bertahan hidup menyeluruh (overall survival) pada pasien
yang menggunakan Sorafenib lebih tinggi dibanding pasien dengan plasebo.  Dr
Tim Eisen, konsultan onkologi dari The Royal Marsden Hospital di London,
Inggris, menyampaikan data terkini yang memperlihatkan perbaikan
berkelanjutan dalam hal harapan bertahan hidup menyeluruh (overall survival,
OS) yaitu 19,3 bulan pada Sorafenib dibandingkan 15,9 bulan pada pasien
dengan plasebo (p=0,015, hazard ratio 0,77).

 

Walaupun data ini tidak memenuhi kriteria untuk menghentikan analisa OS
lebih awal yang telah ditentukan sebelumnya, data ini memperlihatkan
kecenderungan harapan bertahan hidup (survival rate) yang lebih baik pada
pasien dengan Sorafenib.  Rancangan studi klinis ini kemudian dimodifikasi
pada bulan April 2005 agar semua peserta dari kelompok yang mendapatkan
plasebo (kelompok pembanding) dapat memperoleh terapi Sorafenib karena data
memperlihatkan  harapan bertahan hidup tanpa pertumbuhan tumor (progression
free survival) yang signifikan secara klinis dan statistik..  Analisa akhir
mengenai OS akan ditentukan setelah 540 kasus selesai diobservasi.

 

Lebih dari 900 pasien dengan RCC stadium lanjut, yang sebelumnya telah
mengalami kegagalan terapi, menjalani uji klinis secara acak menggunakan
Sorafenib 400mg dibandingkan dengan plasebo dua kali sehari.  Hasil akhir
utama dari studi ini adalah tingkat, harapan bertahan hidup yang dinilai
melalui parameter periode harapan bertahan hidup tanpa pertumbuhan tumor
(progession-free survival, PFS), respons terhadap pengobatan (Objective
Response), kualitas hidup serta profil keamanan.  PFS mengukur jangka waktu
pasien bisa bertahan hidup tanpa adanya tanda pertumbuhan tumor atau
kematian.

 

Analisa dari data yang diperoleh pada bulan November 2005 pada European
Cancer Conference (ECCO) menunjukkan bahwa Sorafenib dapat memperpanjang PFS
dibandingkan plasebo (5,5 vs 2,8 bulan, dengan Hazard Ration/HR 0,51).
Hazard Ratio/HR adalah risiko perkembangan tumor atau kematian pasien selama
pengobatan dengan Sorafenib dibandingkan dengan risiko yang sama pada pasien
yang menggunakan plasebo.  Risiko ini berkurang menjadi setengahnya dengan
penggunaan Sorafenib.

 

Menurut skor indeks Functional Assessment of Cancer Therapy Kidney Cancer
Symptom (FKSI)-10, Sorafenib tidak mengganggu kualitas hidup pasien.
Gangguan sistem pernapasan dan kemampuan untuk menikmati hidup tampak lebih
baik pada pasien dengan Sorafenib dibandingkan plasebo.  Sorafenib secara
umum dapat ditolerir dengan baik karena efek samping yang timbul masih dapat
dikendalikan.  Efikasi dan keamanan Sorafenib baik dalam terapi kombinasi
maupun sebagai terapi lini pertama RCC saat ini sedang diteliti secara
klinis.  Dr Escudier menyimpulkan bahwa kombinasi Sorafenib dengan terapi
standard berupa interferon menunjukkan hasil awal yang menjanjikan.

 

Bayer merambah onkologi

Sorafenib telah disetujui penggunaannya di Amerika pada bulan Desember 2005
dan di Swiss (negara pertama di Eropa yang menyetujui penggunaan Sorafenib)
pada bulan Maret 2006 untuk pengobatan RCC stadium lanjut.  Sorafenib telah
diuji pada 8.000 pasien dengan lebih dari 20 jenis kanker.  Studi fase III
saat ini sedang berlangsung pada pasien dengan kanker hati, melanoma (kanker
kulit) yang bermetastasis dan kanker paru.

 

Bayer HealthCare telah membangun pusat riset global di Amerika (West Haven,
Connecticut) untuk melakukan pengembangan obat-obat anti kanker.  Pusat
penelitian ini mempunyai lebih dari 300 ilmuwan yang sedang meneliti gen
yang terlibat dalam kanker (oncogenes) dan mekanisme yang terlibat dalam
pertumbuhan kanker, serta mempelajari protein dan molekul-molekul yang dapat
digunakan untuk pengobatan kanker 

 

Bayer memiliki portofolio riset dan pengembangan yang lengkap dan seimbang.
Penelitian ilmiah Bayer HealthCare berfokus pada penemuan proses dan
mekanisme perkembangan serta metastasis tumor yang ditujukan pada cara-cara
untuk menghentikan proses tersebut dengan bahan yang tepat.  Saat ini sedang
dilakukan penelitian terhadap pengobatan bagi berbagai tumor di payudara,
ginjal, ovarium, hati dan lambung serta kanker tenggorokan jenis
non-small-cell dan kanker kulit.   Motto karyawan di unit bisnis onkologi
Bayer HealthCare adalah: "Menggabungkan antusiasme dengan tujuan -
menciptakan inovasi untuk memberi perbaikan jangka panjang bagi kehidupan
penderita kanker."

 

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

 

Meiliza Chandra

PR/e-marketing Executive

Bayer Schering Pharma Indonesia

Tel: +62-21-570 3661

Mobile : +62-815 1973 7190

Fax: +62-21-570 0591

Email: [EMAIL PROTECTED]

 

 

 

 


Irene Margaret

Consultant

Airis Health

 

E   [EMAIL PROTECTED]

Jl. Lamandau II/22

Jakarta 12130

 

T  +62-21-72792022

F  +62-21-7264628

M +62-817-986-3406



 

 

<<image002.jpg>>

Kirim email ke