25/06/2008 14:21:55 WIB Oleh Ester Nuky JAKARTA, Investor Daily
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) bekerja sama dengan pemerintah daerah akan mengembangkan perkebunan aren seluas empat juta hektare (ha), untuk memproduksi bioetanol (pengganti bensin). Sejumlah kalangan menilai pengembangan perkebunan aren untuk biofuel (bahan bakar nabati/BBN) feasible atau layak dikerjakan. Berbeda dengan sawit yang dinilai boros air, aren bersifat menahan air. Ditambah dengan sifatnya yang cocok ditanam di lahan miring, tanaman ini sekaligus bisa untuk penghijauan. “Selain bisa untuk penghijauan, investasinya jauh lebih murah ketimbang sawit. Jika investasi sawit mencapai Rp 28 juta-35 juta per ha hingga tanaman berproduksi (umur empat tahun), investasi aren hanya berkisar Rp 15 juta per ha hingga tanaman mulai dipanen (7-10 tahun),” ucap Winarno. Per panen (dua hari hingga seminggu sekali), lanjutnya, aren mampu menghasilkan pendapatan bagi petani sebesar Rp 1,5 juta per ha, selama 7-10 tahun. Sementara itu, per bulan, petani sawit pendapatannya hanya berkisar Rp 1,25 juta per ha, meski umur produktif tanaman mencapai 21-26 tahun. Johan menjelaskan, satu ha aren bisa menghasilkan 270 liter bioetanol, yang harganya kini sekitar Rp 8.000 per liter. Asumsinya, satu ha bisa ditanami 150 pohon, yang akan menghasilkan 20 liter nira atau 1,8 liter bioetanol per panen. “Dijual dalam bentuk nira saja juga bisa, baik untuk gula aren maupun minuman tradisional. Per liter nira seharga Rp 1.000,” ucapnya