Waduh mbak Prita,,, saya sampe geleng-geleng kepala nih bacanya. Memang RS 
sekarang banyak yang cuma mengambil untung aja tanpa perduli nyawa manusia itu 
sendiri. Kisah mbak ini semoga membuat kita semua lebih kristis terhadap semua 
tindakan medis ke tubuh kita ya,,, 
 
Kebetulan saya tinggal di daerah BSD sana, cuma memang belum pernah nyobain RS 
baru ini, jadi lebih hati-hati aja deh,,,
 
Thanks infonya mbak,,,
 
 
Kristi (mamanya Peter & Matthew)

--- On Tue, 8/26/08, Rika Verdiani A <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Rika Verdiani A <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [parentsguide] FW: Penipuan OMNI International Hospital Alam Sutera 
Tangerang]
To: "'aeni'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Fatma'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Vera'" 
<[EMAIL PROTECTED]>, "'Tita'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Helda'" <[EMAIL 
PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "'Sri Rahayu'" <[EMAIL PROTECTED]>, 
"'EVA-Purchasing'" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "'Astuti'" <[EMAIL 
PROTECTED]>, "'Lilim'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Akhmad Amin'" <[EMAIL 
PROTECTED]>, "'Siti Hapsah'" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "'Rizki'" 
<[EMAIL PROTECTED]>, "'Stania'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'leni'" <[EMAIL 
PROTECTED]>, "'Wido'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Awan'" <[EMAIL PROTECTED]>, 
"'Rini'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'AMFS 13205'" <[EMAIL PROTECTED]>, "deni" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Cc: [EMAIL PROTECTED], parentsguide@yahoogroups.com
Date: Tuesday, August 26, 2008, 9:58 PM












From: Hari Kristianto [mailto:kristianto@ arteknpartner. com] 
Sent: Friday, August 22, 2008 4:18 PM
To: Anak Pekalongan Yahoo Groups; Artek Agung Gunara; Artek Anandita; Artek 
Angga; Artek Anggie Yahoo; Artek Anna; Artek Ayu Media; Artek Dessy; Artek Heru 
Media; Artek Ipung; Artek Ipung Yahoo; Artek Irwan; Artek Irwan Yahoo; Artek 
Kristianto; Artek Linda; Artek Madra; Artek Yudi A.Momongan; Artek Yuli Yahoo; 
Creative Mate Ermina; Pekalongan Wiedya Dewayani; Spr1nt_86; Teman Adijatmo; 
Teman Detta; Teman Dyah Tri Retno Ningrum; Teman Fauzy Harmoko; Teman Inda 
Rini; Teman Indah Fitria; Teman Indah Fitria CIC; Teman Keliek; Teman Linda 
Bandung; Teman Nurdiana; Teman Rika Verdiani A; Teman Tatihartono; Teman Tina 
IPEKA; Tini Formasi; TPI Decky Cahya Putra; Utami Handayani
Subject: [Fw: Penipuan OMNI International Hospital Alam Sutera Tangerang]






  









From: prita mulyasari [mailto:prita. mulyasari@ yahoo.com] 
Sent: Friday, August 15, 2008 3:51 PM
To: 
Subject: Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera Tangerang 
  
Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya, terutama 
anak-anak, lansia dan bayi. 
Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title International 
karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba 
pasien, penjualan obat dan suntikan. 
  
Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini tapi saya mengalami 
kejadian ini di RS Omni International. 
  
Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi panas tinggi 
dan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan percaya bahwa RS tersebut 
berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan 
manajemen yang bagus. 
  
Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 
derajat.  Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah 
thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000, saya 
diinformasikan dan ditangani oleh dr. Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib 
rawat inap.  Dr. Indah melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya 
yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.  Dr. 
Indah menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan tapi saya 
meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini.  Lalu 
referensi dr. Indah adalah dr. Henky.  Dr. Henky memeriksa kondisi saya dan 
saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam 
berdarah. 
  
Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau ijin 
pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa.  Keesokan pagi, 
dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam 
bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?), saya kaget tapi 
dr. Henky terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan 
berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa ijin pasien atau 
keluarga pasien.  Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap 
masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah.  Saya sangat 
kuatir karena dirumah saya memiliki 2 anak yang masih batita jadi saya lebih 
memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan 
saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal. 
  
Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik 
tidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan setiap saya meminta 
keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih terkesan suster 
hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya.  Satu box 
lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul. 
  
Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan suntikan dan 
minta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak datang sampai saya dipindahkan 
ke ruangan.  Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan 
datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa, setelah dicek 
dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr. Henky saja. 
  
Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk 
memberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke dokter tersebut saya 
sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara.  Saya tanyakan 
berarti bukan kena demam berdarah tapi dr. Henky tetap menjelaskan bahwa demam 
berdarah tetap virus udara.  Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan 
kembali diberikan suntikan yang sakit sekali. 
  
Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak 
napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya 
berkata menunggu dr. Henky saja.  Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus 
padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. 
Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan 
suntikan dan obat-obatan. 
  
Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan kami namun 
janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari.  Suami dan kakak-kakak 
saya menuntut penjelasan dr. Henky mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab 
awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam 
riwayat hidup saya belum pernah terjadi. 
Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri saya. 
  
Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter tersebut malah 
mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan 
menyuruh tidak digunakan infus kembali.  Kami berdebat mengenai kondisi saya 
dan meminta dr. Henky bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang 
pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja.  Dr. Henky menyalahkan 
bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan. 
  
Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai 
membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya tetap tidak mau 
dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain.  Tapi saya membutuhkan data 
medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis 
yang fiktif. 
  
Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar padahal itu 
kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow upnya 
samasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 
181.000 bukan 27.000. 
  
Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan 
bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000, 
kepala lab saat itu adalah dr. Mimi dan setelah saya complaint dan marah-marah, 
dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di 
Manajemen Omni maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang 
memegang hasil lab tersebut. 
  
Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Ogi 
(customer service coordinator) dan saya minta tanda terima.  Dalam tanda terima 
tersebut hanya ditulis saran bukan complaint, saya benar-benar dipermainkan 
oleh Manajemen Omni dengan staff Ogi yang tidak ada service nya sama sekali ke 
customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima 
pengajuan complaint tertulis. 
  
Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen, atas nama Ogi 
(customer service coordinator) dan dr. Grace (customer service manager) dan 
diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan 
saya. 
Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari 
lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000 makanya 
saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya 
masih bisa rawat jalan. 
  
Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah complaint saya 
ini tidak profesional samasekali.  Tidak menanggapi complaint dengan baik, dia 
mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr. Mimi 
informasikan ke saya.  Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen dan dr. 
Henky namun tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas 
(Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore. 
  
Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya 
dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular, menurut analisa 
ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena 
sudah membengkak, kalau kena orang dewasa yang ke laki-laki bisa terjadi 
impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.  Saya lemas mendengarnya dan 
benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa 
sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis 
tinggi sehingga mengalami sesak napas. 
Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya 
tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas. 
  
Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab 27.000 tersebut 
namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan 
waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya.  Keesokan paginya saya tunggu 
kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni 
memberikan surat tersebut.  Saya telepon dr. Grace sebagai penanggung jawab 
compaint dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya 
namun sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang 
kerumah saya.  Kembali saya telepon dr. Grace dan dia mengatakan bahwa sudah 
dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah, ini benar-benar kebohongan RS 
yang keterlaluan sekali, dirumah saya tidak ada nama Rukiah, saya minta 
disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan 
waktu yang lama.  Logikanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat 
tertujunya kemana kan ? makanya saya sebut
 Manajemen Omni PEMBOHONG BESAR semua.  Hati-hati dengan permainan mereka yang 
mempermainkan nyawa orang. 
Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan 
customer, tidak sesuai dengan standard International yang RS ini cantum. 
  
Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut 
dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan 
pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami, pihak manajemen hanya 
menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai 
kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan 
diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari 
sebelum masuk ke RS Omni. 
  
Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? karena saya ingin tahu 
bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni 
mendapatkan pasien rawat inap.  Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan 
janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah FIKTIF dan yang 
sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak 
napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani 
dengan baik. 
  
Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan 
asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal 
mungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini. 
  
Ogi menyarankan saya bertemiu dengan direktur operasional RS Omni (dr. Bina) 
namun saya dan suami saya terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka 
dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain. 
  
Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput 
atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan 
apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup 
untuk menyembuhkan. 
  
Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing, 
benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dpercaya 
untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan, semoga Allah 
memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan 
kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu 
saat juga sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang 
saya alami di RS Omni ini. 
  
Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau 
dokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke dr. Grace, dr. Henky, dr. 
Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi 
perusahaan Anda. 
  
Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak mengatakan 
RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini. 
  
salam, 
  
Prita Mulyasari 
  
  














      

Kirim email ke