Sebagai intermezzo saya kira boleh juga untuk mengenalkan apa itu wayang dan
watak-watak tokoh perwayangan.

A. PEMBAGIAN WAYANG

Wayang sebetulnya bukan kebudayaan milik orang Jawa saja. Hanya memang di
Jateng dan Jatim dikenal lebih beragam jenis perwayangan seperti wayang
kulit, wayang orang, wayang golek, wayang beber (ada beberapa lagi, lupa).
Di kalangan orang Jawa, jelas yang paling populer adalah wayang kulit. Di
kebudayaan Sunda, wayang golek sangat populer.
Bagaimana di tempat lain? Sebetulnya ada juga. Macam di Sumut juga terdapat
sejenis wayang Beber. Apa itu? Wayang Beber adalah penceritaan dengan media
Beber atau beberapa gelar kain dengan gambar-gambar tertentu. Si dalang lalu
bercerita berdasarkan gambar tersebut. Di beberapa tempat lain macam Sumbar,
beberapa wilayah di Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara sudah teridentifikasi
bahwa mereka mengenal media wayang ini. Di luar negeri ada Malaysia yg
mengenal wayang juga (tidak terhitung Suriname sih).

Bagaimana dengan kisah yg disampaikan? Wayang hanyalah media hiburan saja.
Dengan demikian tidak terbatas dengan kisah Mahabarata dan Ramayana saja,
malahan dalam Wayang Modern tokoh Presiden Suharto saja sempat masuk.
Pertanyaannya: Mengapa hanya wayang dengan kisah Mahabarata dan Ramayana yg
populer? Menurut saya ada beberapa jawaban:

(1) Keunggulan dari karya sastra ini bertaraf internasional. Kisah
Mahabarata sampai saat ini masih terhitung kisah Roman terpanjang di dunia.
Banyak sekali sastrawan yg menceritakan ulang atau mengadaptasi kembali
kisah ini.

(2) Wayang kulit, orang, dan golek lebih disukai karena dapat bergerak
secara dinamis. Konsekuensinya apa? Dibutuhkan pengejawanjatahan figur
secara fisik yaitu wujud golek (boneka), gambar dua dimensi (wayang kulit)
beserta segala atributnya (misal raksasa, wayang cantik, gagah, dll).

(3) Berkaitan dg no. 2, dibutuhkan bentuk standar atas wujud tokoh-tokoh
tsb. Konsekuensinya? Biaya. Tokoh-tokoh yg sudah terlanjur terkenal dari
Mahabarata dan Ramayana tentu lebih mudah lagi untuk membuat dan
mereproduksi. Lain halnya dengan kisah-kisah baru. Membuat tokoh kisah yg
lain akan memerlukan pemasyarakatan (marketing) lagi. Makanya tokoh baru
oleh Dalang Wayang Golek Endang Sunarya sulit untuk diikuti oleh dalang
lain. Endang sudah membuat breaktrough dengan membuat boneka tokoh baru
macam hansip, polisi, dll. Tapi untuk membekas di hati penggemar?
Sulit....:)


B. RELEVANSI DENGAN BUDAYA HINDU DAN ISLAM

Sejarah wayang lebih dulu ada daripada sejarah Islam di Indonesia. Ini sudah
jamak diketahui sih. Bahwa kisah Mahabarata dan Ramayana berasal dari India
juga sudah diketahui. Bahwa kedua kisah itu menyebar ke Indonesia lewat
agama Hindu juga sudah diketahui. Cuma yg sering dipertanyakan apakah
kisah-kisah tersebut identik dengan budaya Hindu? Nah, ini yg sering
diperdebatkan. Ada yg bilang kisah roman ya kisah roman. Bahwa ada ajaran
Hindu yg masuk ke situ karena memang asal cerita dari India yg mayoritas
Hindu. Ada juga yg mengklaim bahwa itu milik Hindu (baik oleh pemeluk Hindu
maupun yg bukan) dengan bukti ada tokoh dewa-dewa dll.

Bahwa Wali Sanga menggunakan wayang sebagai media pengajaran juga sudah
jamak diketahui. Bahwa Wali Sanga yg membuat wujud tokoh wayang seperti saat
ini juga sering ditulis. Misal tangan yg panjang, muka tirus, dll yang
membuat wujud tokoh tidak 100% mewakili manusia, karena membuat gambar atau
karya yg meng-imitasi manusia (mahluk ciptaan Allah) tidak diperbolehkan.
Ini yg sampai sekarang diperdebatkan oleh kaum 'puritan' (kalau boleh saya
tulis demikian) bahwa jaman sekarang jangan lagi menggunakan wayang, dan
wayang dinyatakan secara tegas bukan budaya Islam. Malah ada yg berpendapat
wayang bertentangan dengan Islam. Pertentangan ini akan selalu hadir selama
media wayang ini ada.


C. PERWATAKAN TOKOH WAYANG

Bagi kebanyakan orang yg kurang mengenal (saya juga tidak terlalu paham
sih), tokoh-tokoh wayang (dengan kisah Mahabarata dan Ramayana) hanya
dikenal sebagai tokoh hitam dan tokoh putih saja. Anggapan ini tidak tepat
karena penggambaran tokoh biasanya lebih kompleks daripada itu. Ini
berkaitan dengan representasi watak manusia yg juga kompleks, dan juga sifat
dari kisah roman selalu menampilkan tokoh yg kompleks (ingat dengan opera
sabun?).

Yg paling gampang adalah tokoh Pandawa yg selalu dianggap sebagai tokoh
putih. Kalau mau mengenal sedikit saja tentunya langsung dapat ambil
kesimpulan bahwa ini tidak betul. Mereka ini semua masih harus dihukum oleh
berbagai 'dosa' mereka setelah mereka siap lengser. Yah, bagaimanapun kadar
putihnya memang dominan. Yang menarik adalah tokoh dengan kadar abu-abu
lebih mencolok. Contoh: Begawan Bisma. Yang makin kelam abu-abunya? Contoh:
Durna dan Adipati Karna. Makin kelam lagi? Ada, contohnya: Sengkuni. Yang
hitam kelam? Tidak ada. Tidak pula Kurawa yg terlanjur dicap tokoh hitam.

Saya ingin mengulas tokoh Durna ini lebih dalam (relatif ya, sesuai dengan
pemahaman saya. Entah dg pemahaman Moko yg dalem sekalee). Durna adalah
tokoh sakti yg dari sejak Pandawa dan Kurawa kecil diserahi tanggung jawab
mengajari "olahraga" dan "olah batin". Sebagai mahaguru, Durna tetap saja
dihinggapi sikap tak adil (sama dg guru di mana saja), yaitu sayang kepada
murid yg pintar. Siapa yang pintar? Arjuna (dan puluhan nama lain yg merujuk
ke tokoh ini, D.I.D ya?) menjadi murid yg paling dikasihi oleh Durna.

Mengapa Arjuna dikasihi oleh Durna? Umumnya dipahami sebab musababnya adalah
'kepintaran' atau 'keprigelan' Arjuna. Saya dapat menambahkan sebab lain
yaitu karena Arjuna 'pintar ambil hati'. Selain itu perlu ditambahkan
'fisik' dari Arjuna yg tampan membuat semacam Hallo Efect mengapa Durna
sayang. Paling tidak berkontribusi lah.

Dorna juga dikenal licik. Apa sih keculasannya? Nah, ini dapat
diperdebatkan. Licik dapat diartikan sebagai licin (baca: cerdik),
sebagaimana licinnya Kresna yg sama-sama punya jabatan penasihat. Apakah
kita dapat bilang Kresna juga licik karena menahan Baladewa terkurung di
gua? Coba kalau Baladewa bebas, apakah Pandawa menang? Di dunia yang lebih
modern, apakah kita dapat bilang bahwa Mahapatih Gajah Mada juga licik
karena menjadi penasihat kerajaan Majapahit dan mampu membuat kerajaan itu
berjaya? Masih banyak contoh di jaman modern dengan perwatakan seperti Dorna
ini. Masalahnya batasan LICIK dan CERDIK itu tergantung dari kelompok mana
yang menilai. Buat Kurawa, jelas Kresna itu licik dan tak adil karena
seorang dewa kok memihak, padahal Kurawa hanya memperjuangkan hak tahta
kerajaannya kok.


D. REVELANSI DORNA DENGAN GUR DUR

Nah, ini dia. Dorna itu oleh para penonton wayang yg average dapat disebut
tokoh durjana. Ini adalah anggapan yg pilih kasih mengingat Pandawa saja
tidak memandang demikian. Padahal "Kejahatan" (tanda kutip) Dorna sudah
banyak misal membohongi Bima agar mengarungi lautan, membunuh Palgunadi agar
Arjuna tetap disebut tokoh terterampil menggunakan panah, dlsb.

Masalahnya apakah para tentara pihak Pendawa mampu menghayati kepedihan
Arjuna (dan Pandawa lain) dalam menghadapi Dorna di medan perang? Para
tentara ini hanya rakyat kecil yg harus mempertaruhkan nyawa (dengan
kemampuan seadaannya) demi keyakinannya bahwa Pendawa adalah pihak yg
"benar" (tanda kutip ya).

Bagaimana dengan Gur Dur? Apakah dia tokoh yg ambivalenkah? Apakah dia
seorang tokoh yg licinkah (baca: cerdik)? Atau licikkah?

Perbuatan dan perkataan Gus Dur sering membuat polemik masyarakat. Apakah
polemik dan keresahan masyarakat perlu? Apakah kesulitan ekonomi yg
bertambah akibat kenaikan harga (akibat perkataan Gus Dur) juga bermanfaat?
Ini pertanyaan dengan puluhan jawaban. Saya bisa saja bilang bahwa itu
bermanfaat untuk wacana politik (seperti kata orang). Bisa saja saya
berpendapat itu adalah perbuatan yg merugikan rakyat kecil.

Dalam jangka pendek, jelas hasilnya adalah keresahan, kesusahan (ekonomi),
ketidakamanan, kerugian umat Islam, dll. Dalam jangka panjang, bisa jadi
akan tumbuh masyarakat yg melek politik, melek sosial, bertoleransi, Islam
berkembang, agama lain berkembang. Tapi sekali lagi saya katakan itu adalah
BISA JADI. Siapa yg dapat memprediksi hasil jangka pangjang? Bisa jadi yg
muncul katastrofi. Bisa jadi gelombang masyarakat yg menentang
ke-plin-plan-an Gus Dur mampu meruntuhkan pemerintahan reformasi. Bisa jadi
Gus Dur diangkat jadi bapak reformasi. Who knows?

Sebagai catatan, pemilihan kata plin-plan bisa jadi kasar. Mau pilih kata
apa ya? Ambivalen biar keren? Sama saja. Pemilihan kata tidak masalah buat
saya. Sama juga dengan istilah saya Presiden Wa-hyde. Itu kan berasal dari
Dr. Jeckyl and Mr. Hyde. Satu person dengan dua personalia. Dr. Jeckyl
sebagai dokter, aristokrat terhormat dan ganteng, dan Mr. Hyde adalah
dirinya sendiri setelah meminum obat (buruk seperti monster). Penokohan ini
sangat cocok untuk person dengan dua sisi yg secara mencolok berbeda seperti
Abdulrahman Wahied.
Kebetulan nama belakangnya bisa saya plesetankan jadi 'hyde'. Gus Dur
sendiri yang membuat sifat 'mbingungi' pada orang lain. Jadi bukan salah
orang lain bila memandang Gus Dur dari salah satu sisi saja. Itu resiko.


Jeffrey Anjasmara


______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke