http://www.indomedia.com/bpost/052007/10/opini/opini1.htm

Nasib Reformasi di Tangan Pelajar

Persoalan yang biasanya dihadapi pelajar di sekolah adalah benturan kepentingan 
antara pelajar dan sekolah dalam permasalahan dana.

Oleh: Ahmad Rizky Mardhatillah Umar 
Pelajar SMAN 1 Banjarmasin

Pelajar merupakan salah satu aset penerus yang diharapkan dapat membangun 
bangsa ini. Sebagai bagian dari generasi muda, pelajar mempunyai potensi besar 
karena mereka umumnya masih memiliki semangat yang berkobar dipadukan dengan 
idealisme dan pikiran yang kritis. Selain itu, pelajar memiliki jiwa 
intelektualitas yang dapat mendorong semangat mereka menuju perubahan ke arah 
yang lebih baik. Keunggulan tersebut menjadi sebuah kekuatan yang jika 
dikeluarkan akan menghasilkan output cemerlang, kaya gagasan dan ide brilian.

Tetapi, pelajar pun memiliki kekurangan di balik kelebihan itu yaitu 
ketidakstabilan emosi dan ketidakpercayaan pada diri sendiri yang sedikit 
banyaknya mengurangi daya kritis mereka. Pertama, kurangnya self confident yang 
berimplikasi pada kurangnya perhatian pelajar pada masa depannya. Akibatnya 
banyak dari pelajar yang enggan mengurusi persoalan masa depan, dan kemudian 
hanyut ke dalam arus modernisasi yang cenderung mengarah kepada kesenangan 
absurd dan kepuasan sesaat. Ketidakpercayaan diri ini juga menyebabkan 
melemahnya daya kritis pelajar terhadap kondisi sekelilingnya, sehingga 
berimplikasi pada apatisme pada keadaan bangsa dan agamanya.

Kedua, ketidakstabilan emosi pelajar yang juga merupakan konsekuensi dari masa 
pencarian jatidiri. Emosi yang meledak-ledak seringkali menyebabkan pelajar 
terbawa kepada naluri emosionalnya ketika menghadapi sebuah permasalahan, 
sehingga acapkali tidak berpikir secara bijaksana. Akibatnya, seringkali 
idealisme pelajar dianggap sebagai sebuah pembangkangan atas suatu peraturan, 
yang menyebabkan otoritas sekolah mengambil langkah 'keras' dengan cara 
pendisiplinan.

Pelajar dan otoritas sekolah

Fenomena yang cukup menarik untuk dikaji adalah peranan pelajar sebagai salah 
satu aset penerus dalam upaya membangun bangsa. Di sekolah terutama Sekolah 
Menengah Atas, pelajar mengenal dunia organisasi sebagai pintu gerbang menuju 
dunia aktivis. Dari sini, pelajar diarahkan untuk mengembangkan potensi 
intelektual mereka sehingga idealisme dan pemikiran kritis mulai tumbuh.

Dalam interaksi dengan otoritas sekolah, ada pelajar yang lebih cenderung 
melakukan pendekatan kompromis dan membuka kerjasama dengan sekolah sebagai 
institusi yang membawahi mereka. Tetapi, ada juga yang cenderung mengambil 
jalur radikal untuk membela kepentingan mereka. Ini disebabkan terjadinya 
benturan kepentingan antara sekolah yang otoritatif dengan pelajar yang 
idealis. Seyogianya, pelajar dapat menyatukan semua perbedaan tersebut dalam 
tataran isu bukan pemikiran sehingga nantinya dapat menyatukan target goal.

Persoalan yang biasanya dihadapi pelajar di sekolah adalah benturan kepentingan 
antara pelajar dan sekolah dalam permasalahan dana. Idealisme pelajar biasanya 
menyebabkan ketidakpuasan dan kritik atas kebijakan sekolah, terutama 
menyangkut pungutan dana atas hal yang tidak jelas. Bagi pelajar kritis, adanya 
pungutan dari sekolah itu menimbulkan pertanyaan kritis mengenai tujuan dan 
realisasi pungutan tersebut. Pelajar idealis biasanya mempertanyakan hal itu 
kepada otoritas sekolah. Jika hal itu terjadi, biasanya timbul 'benturan 
kepentingan' antara pelajar yang kritis dengan manajemen sekolah yang 
otoritatif.

Persoalan lain adalah masih kuatnya pengaruh institusi sekolah dalam berbagai 
kegiatan siswa. Pada dasarnya pengaruh itu merupakan kewajaran, mengingat 
pelajar masih belum memiliki pengalaman yang matang dalam hal keorganisasian. 
Tetapi pengaruh tersebut seharusnya tidak mengurangi idealisme dan daya kritis 
pelajar kepada sekolah. Pelajar seharusnya memiliki peran kontrol atas 
kebijakan sekolah, secara formal atau nonformal. Hal ini dimaksudkan agar tidak 
muncul ketidakterbatasan kewenangan (unlimited power) pada sekolah, sehingga 
adagium Power Tends to Corrupt dapat dihindarkan melalui mekanisme pembagian 
kewenangan yang baik.

Di sinilah kemunculan figur pelajar kritis sangat diperlukan. Mengubah keadaan 
di sekolah sebenarnya dapat dilakukan pelajar. Keberhasilan siswa di sebuah SMA 
di Kalsel yang mampu membuat kepala daerah mereka untuk turun menginvestigasi 
manajemen sekolah, patut diacungi jempol. Hal itu menunjukkan, potensi pelajar 
kritis patut dijadikan sebuah batu loncatan agar pelajar semakin menampakkan 
jiwa mereka yang reformis dan menginginkan perubahan.

Jika pelajar mampu membentuk suatu perubahan, maka pintu gerbang kemunculan era 
baru reformasi akan dapat segera dapat dibuka. Pelajarlah yang memegang 
kuncinya. Oleh karena itu, seharusnya pelajar sadar dan berbenah karena nasib 
reformasi sekarang ada di tangan mereka. Bangkitlah Gerakan Pelajar!

e-mail: [EMAIL PROTECTED]




[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke