Wa'alaikumsalam wr.wb.

Kanakan Syahril., kalau soal siapa yang disupport AS..., wah kita nggak
bakalan tahu..., namun yang namanya bocoran dan mau menduga duga...yah
bolehlah disimak cerita
orang2 di seberang..., mungkin kita bisa sedikit mengira siapa yg kira2
didukung AS

mohon tidak jadi polemik...., ini cuma sekedar info....yang pasti tetap
diingat dalam dunia maya ini segala macam info bisa bertebaran entah
darimana..., cuma kearifan kita yang bisa menilai mana yang fact mana yang
ilusi..., ingat motto wartawan..."fact is sacred, opinion is cheap"

namonyo ota urang lapau..., jaan dimasuak kan ka hati bagai...., iko kan
cuma tampek malapeh panek sambia bagarah jo kawan sanasib...

wassalam
adr

-- bukan pengamat politik

============================================================================
========================================================

SBY, Berkah atau Bencana?

Menengok ke Belakang

Sebetulnya sebuah majalah berita mingguan ternama sudah mengendus geliat
mengusung SBY ke RI 1 sejak Juli 2001, tepatnya sejak SBY gagal menjadi
wapres menggantikan MSP yang naik ke RI 1. Kegagalan yang kemudian disikapi
dengan rapat-rapat intensif di berbagai tempat untuk sebuah tujuan besar,
RI-1.


Lewat Subur Budhisantoso (Kepala Pusat Penelitian Pranata Pembangunan UI)
dan pentolan-pentolan GMKR (Gerakan Mengembalikan Kedaulatan Rakyat) seperti
Irsan Tanjung dan Sri Soemantri (keduanya Guru Besar UI), serta di back up
oleh jenderal-jenderal loyalis SBY, diantaranya Sudi Silalahi dan Ma'ruf,
serta jaringan pengusaha "hitam' (contoh kecil, S.P.M Yong, Adik Aseng,
seseorang yang disebut-sebut pengelola togel KUDA LARI yang beredar luas di
Jawa tengah setiap hari), dan juga memperoleh aliran dana dari luar negeri
yang disebut-sebut berasal dari dua organisasi yang sangat berpengaruh di AS
yaitu AIPAC (American-Israeli Public affairs Comittee) dan ADL
(Anti-Defamation League).


Sejak pertengahan 2002. mahasiswa-mahasiswa Indonesia di AS sudah mencium
aliran dana seperti ini, karena memang di AS diumumkan, hanya saja mereka
tidak peduli karena yakin Demokrat tidak memiliki basis massa jelas.
Tersebutlah James Riyadi (JR) menjadi penyumbang cukup besar buat Demokrat,
disamping itu JR berhasil mengumpulkan ratusan pengusaha di LN untuk
berpartisipasi membesarkan Demokrat, yang tentu saja mereka
pengusaha-pengusaha yang "sealiran" dengan sepak terjang JR.


Siasat Kuda Troya

Dibesarkan di lingkungan militer, beristrikan putri Sarwo Edi Wibowo,
menjadi SBY sangat lihai bermain di dunia inteljen. Didukung oleh tim sukses
bayangan yang memback up lewat corong media massa, SBY mulai bermain secara
hati-hati untuk posisi RI 1 dengan menjadi anak manis dihadapan Megawati
Soekarnoputri (MSP),yang karena keterbatasan intelektual banyak
menggantungkan urusan negara ke pundak SBY. Tak aneh di lingkungan istana,
SBY merupakan 'godfather' untuk semua urusan.

Sehingga untuk urusan internal PDIP pun MSP tidak segan-segan meminta
pertimbangan SBY. Lingkungan ring 1 MSP yakin bahwa ontran-ontran disekitar
pemilihan gubenur di berbagai daerah, yang berakibat friksi internal dan
pemecatan kader sedikit banyak merupakan buah kerja SBY.


Sumber di istana mencontohkan kasus pemilihan Gubenur DKI Sutiyoso. Meskipun
hasil rapat DPD PDIP 100 % menginginkan kader PDIP yang maju, namun karena
bisikan SBY, MSP tega mengorbankan pendukungnya. SBY Bisa mempengaruhi MSP
karena sebagai Menko Polkam dia memiliki setumpuk dokumen perihal "ancaman"
yang potensial terjadi di sekitar pemilu. Dengan lihai SBY menyakinkan MSP
bahwa sosok militer-lah yang pas menjadi gubenur untuk menghadapi pemilu,
padahal ditentang habis-habisan oleh kelompok Roy B Janis maupun geng Arifin
panigoro. Tujuan SBY jelas, menggerogoti massa PDIP dengan membuat
kekecewaan di akar rumput. Keberhasilan skenario SBY di DKI, membuat SBY
kembali bermain di pemilihan gubenur Sumatera Selatan, Jawa tengah, dan
Bali. Rekomendasi MSP untuk pilgub berlawanan dengan kehendak arus bawah
PDIP. Di Jawa tengah, bahkan sampai berlarut-larut, DI Sumatera Selatan
sampai pada pemecatan kader. Kerja keras SBY ternyata berbuah manis, hasil
pemilu legislatif 2004 membuktikan di 4 propinsi tadi, yang sebelumnya basis
terkuat PDIP, partai Demokrat cukup banyak mendulang suara.


Sementara MSP sama sekali tidak tahu, padahal sebetulnya MSP bisa belajar
dari Gus Dur (GD) betapa pada masa GD pun SBY telah "menikam" GD dengan
mundur sebagai menko Polkam ketika situasi negara makin memanas, kesadaran
baru ada ketika Cornelis Lay (seseorang yang disebut-sebut "king maker" di
lingkungan Taufik Kiemas) mengungkapkannya. Sayangnya, Taufik Kiemas (TK)
merespon dengan membabi buta di media massa dengan tidak berani
mengungkapkan keadaan sebenarnya soal SBY, TK malah membuat blunder dengan
mencari 'alasan' lain untuk melampiaskan kemarahannya dengan menyebut SBY
seperti anak TK.


Mendekap sekaligus memenjarakan SBY juga terlihat bersih di mata sebagian
besar umat Islam. Sebab, SBY memang mencitrakan dirinya tidak pernah
"menyakiti" umat Islam. SBY bisa bermain cantik karena memiliki tim untuk
itu. Disamping BIN lewat Hendropriyono, SBY juga mempunyai sumber di
lingkungan BIA yang rajin menyuplai informasi-informasi A1. Padahal,
disebut-sebut oleh lingkungan dalam Kapolri betapa selama ini Dai Bachtiar
Cuma menjalankan tugas atas desakan Menko Polkam untuk menangkapi
aktivis-aktivis muslim yang di duga garis keras. Penangkapan Baasyir pun
atas permintaan Menko Polkam. Isunya, Kapolri sendiri segan menangkap
Baasyir karena memang keterlibatannya masih teramat sumir. Namun SBY ngotot,
apalagi Indonesia (SBY?) juga mendapat tekanan dari luar negeri untuk
menangkap Baasyir. Semua "penculikan" aktivis muslim dan pengungkapan
jaringan teroris bisa berjalan "lancar" karena Dai Bachtiar mendapat suplay
informasi A1 dari SBY.


Kini setelah SBY makin diatas angin, pihak-pihak asing makin berani menekan
SBY untuk menjalankan agendanya.

Dua hari setelah pemilu 5 April, SBY pergi ke AS untuk menemui Ricahrd
Perle, Paul Wolfowitz (PW). SBY telah berhubungan "baik' sejak PW menjadi
Dubes di Indonesia dan Dauglas Feith, yang konon ke-3-nya merupakan pejabat
yang sangat berpengaruh di Pentagon. Hebatnya, SBY tidak pernah tersentuh
sementara Dai bachtiar harus rela menerima caci maki dari pendukung Baasyir.
Bahkan di sebagian umat Islam "garis keras", Dai dicitrakan sebagai Kapolri
yang cuma menurut pada pesanan 'sponsor" LN.


SBY bisa nampak begitu 'baik' dimata umat Islam karena SBY memang pernah di
Gontor dan yang paling mendukung karena hubungan dekatnya dengan AA Gym.
Lewat AA gym pula SBY bisa merangkul petinggi-petinggi PKS, termasuk Hidayat
Nur Wahid (HNW). Sebab bagi sebagian kader PKS, AA Gym telah memiliki tempat
tersendiri di hati mereka. Saking dekatnya, lagu kampanye PKS pun mengambil
dari AA Gym, jagalah hati. Kedekatan AA Gym dan SBY terjalin sejak lama.
Makanya tidaklah heran,

SBY-lah yang mengajak AA Gym berceramah di daerah konflik misalnya Apakah AA
Gym tahu kalau namanya dimanfaatkan, entahlah. hanya Tuhan dan AA Gym yang
tahu.


Menebar Harapan

SBY juga dikenal senang menebar harapan kepada semua pihak. Untuk memuluskan
siasatnya ke RI 1, tidak segan-segan SBY mengumbar harapan. Jauh sebelum
masa kampanye, dihadapan Tim sukses Amien Rais (AR), SBY bersedia menjadi
cawapres. Kemudian di hadapan Gus Dur, SBY mau tampil menjadi jurkam tamu di
kampanye PKB. Di hadapan petinggi Golkar, SBY mengaku mau dijadikan
cawapres. Bahkan ketika ditanya MSP pun, SBY mengaku mau dicawapreskan.
Ternyata semua itu tidak lebih dari siasat belaka..


Siasat untuk menyiapkan payung seandainya partai Demokrat gagal mendulang
suara, disamping itu juga sebagai magnet untuk menegaskan bahwa SBY diterima
dimana-mana dan diminati. Tentu saja SBY tidak bisa begitu kalau tidak
didukung oleh tim media yang hebat.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) disebut-sebut sebagai lembaga survei yang
secara kontinyu 'mendongkrak' populritas SBY dengan rangkaian pengumuman
hasil poolingnya. Sesuatu yang sebetulnya biasa-biasa menjadi 'luar biasa"
karena dikemas dalam bentuk pencitraan lewat media massa.


Menggoyang Pesaing

Kelihaian SBY dan tim sukses-nya kembali terbukti ketika SBY berhasil merayu
HNW untuk mengajak AR membentuk Poros Penyelamat Bangsa (PPB). Ketika poros
diumumkan, sontak saat itu juga tim media SBY menyebar berita bahwa AR tidak
berubah, masih terus senang bikin poros-porosan. Di media massa, ditulislah
kembali kenangan soal "poros-porosan" dengan harapan agar masyarakat makin
anti pati terhadap AR. Mestinya cukup aneh manuver HNW ini. Setelah runtang
runtung dengan SBY, tanpa isyarat tertentu kok mendadak mengajak AR
membentuk PPB. Untunglah, AR menyadari goyangan SBY. Konon karena di
beritahu tim Gus Dur. Makanya, meski GD pernah "sakit hati" ke AR, GD tetap
tampil menggandeng AR di media massa untuk mengkonter bahwa AR tidak
sendirian. Saat itu juga diumukan bahwa PPB dibubarkan. Dan AR kemudian
bertemu dengan sejumlah tokoh seperti Alwi Shihab, Eros J, Rahmawati dan
lain-lain. Pesannya jelas ditujukan ke SBY. HNW pun "berakting" lagi dengan
buru-buru menjenguk Baasyir di tahanan untuk meredam kegelisahan pada
sebagain kader PKS bahwa HNW dibawah kendali SBY.


SBY juga menggoyang Golkar dengan merayu Kalla.

Walaupun sebenarnya, goyangan ke Golkar ini sudah diantisipasi oleh Akbar
Tanjung (AT). Sebab Golkar dengan partai Demokrat sebetulnya sama, identik
dan seide. Lewat Rizal Malarangeng (yang berhasil menelorkan hysteria
konvensi partai Golkar di masyarakat), Tanjung dibisiki untuk melepaskan
Kalla. Karena Golkar sedang melakukan diaspora kemana-mana.


Sangatlah bodoh kalau tim sukses SBY tidak tahu akan hal ini. Namun banyak
kalangan yakin, SBY memiliki plan B. Setelah gagal merayu Sultan HB sebagai
wapres, pilihan ke Kalla jelas paling realistis. Apalagi SBY berhasil
memasukan orangnya ke tim Kalla yaitu Aswar Anaz. Ada yang menarik soal
goyangan SBY ini. Untuk meredam goyangan ke PKB, Gus Dur buru-buru menempel
ketat Wiranto. Sebab data inteljen menyebutkan, kalau konvensi Golkar
berlangsung bersih, Wiranto sangat berpeluang menang. Dan pihak BIA sudah
membuat laporan lengkap bahwa untuk pilihan Presiden Wiranto disebut-sebut
berpeluang menang. Kalau SBY dan Wiranto maju, militer akan terpecah dua
suaranya. Dan garis komando jadi susah dijalankan. Meski tentara tidak
memilih, garis komando terbukti efektif mendongkrak suara. Pemilu legislatif
5 April membuktikan, di lingkungan militer dan under bow-nya, partai
Demokrat selalu juara.


Penutup

Hadirnya SBY di pemilu presiden bukan kerja sehari dua hari. Juga sangat
bertentangan dengan akal sehat kalau SBY bisa berkibar hanya karena
didholimi TK dengan sebutan anak TK. Sebetulnya, ini adalah buah kerja lama
yang terencanakan dengan rapi, sistematis dan terskenario. Akhirnya, mari
disikapi dengan kritis.

Percaya begitu saja atau serta merta menolak ini akibatnya sama, sama-sama
CELAKA!!

----- Original Message ----- 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 16, 2004 12:51 AM
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Mimpi bisa jadi realitas....?


Assalamu'alaikum wr.wb.,
Nampaknyo politik alah buliah dimulai baliak ruponyo ko, syukurlah alah
dimulai dek mamak awak di Amrik, Mak Adrisman kalau buliah dibocorkan
saketek ka awak ko, sia yang di support oleh AS, biasonyo di Ina AS behind
of things happen (sorry bukan manuduah).
Sadiah memang awak yang punyo negara, awak punyo personal yang capable,
dsb., tapi awak indak bisa manantukan arah dan tujuan kama negara ko akan
diadoi, apo yang akan dicapai, bilo lah nafsu ko akan kalah dek kemuliaan,
mungkin waktu lah yang akan menentukannyo, atau bisuakkolah saatnyo, atau
manunggu seorang hakim/pemberani dari ranahminang, yang alah mamulai saketek
labiah dulu.

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke