Mimbar Minang Online Selasa, 25 Juli 2000 Mutu Urang Awak: Maju atau Merosot? Mursal Esten Banyak yang berpendapat orang Minang semakin tak berkualitas. Dalam kabinet yang sekarang tak satupun lagi yang jadi Menteri. Padahal dalam kabinet-kabinet sebelumnya, setidak-tidaknya ada 3 atau 4 orang. Kondisi tersebut danggap, orang Minang semakin tidak diperhitungkan. Pekan yang lalu Syafruddil Al menulis bahwa sejumlah tokoh MInang di Jakarta menghadap Jaksa Agung, mengemis agar Syahril Sabirin bisa dikeluarkan dari tahanan, mengingat Syahril Syabirinlah satu-satunya orang Minang yang memiliki posisi penting pada tingkat nasional. Dengan sentimen etnis Minangkabau itulah mereka menghadap Jaksa Agung. Akan tetapi ternyata Jaksa Agung memperpanjang masa-tahanan 20 hari lagi. Konyol, kan? Kedua fenomena tersebut memperlihatkan kesimpulan yang membenarkan pendapat yang dikemukakan pada baris pertama tulisan ini, padahal fenomena itu berasal dari berasal dari paradigma yang berbeda. Mutu orang Minang (atau suku mana saja) tidaklah ditentukan oleh duduk tidaknya ia didalam Kabinet. Di masa Orde Baru (terutama dua dasa warsa terakhir) peluang untuk menjadi Menteri ditentukan oleh akses seseorang ke pusat kekuasaan (Istana atau Jalan Cendana). Pada masa itu orang Minang memang pintar. Anugrah Parasamaya yang diperoleh Sumatra Barat sebanyak dua kali juga tidak terlepas pendekatan atau lobby kepusat kekuasaan itu tadi. Hal tersebut tidak ada hubungan dengan mutu atau kualitas (profesi) orang MInang. Saya melihat justru sekarang ini orang Minang tampil pada jabatan-jabatan profesional seperti, Taufik Abdullah sebagai Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Baihaqi Hakim Dirut Pertamina, Rizal Ramli Kepala Bulog, Syafei Maarif Ketua PP Muhammadiyah, Fahmi Idris Ketua Golkar, Syamsir Dirut Perum Pegadaian, Yaumil Akhir Sekretaris Wapres, Azyumardi Azra, Arbi Sanit, Dewi Fortuna Anwar, dan sejumlah tokoh lainnya. Jabatan-jabatan profesional yang seyogianya lebih dihargai. Tentang prakarsa yang dimabil tokoh-tokoh Minang di Jakarta terhadap kasus Syahril Sabirin menurut hemat saya adalah konyol. Di saat-saat Syajril Sabirin dianggap sebagai pahlawan dan berprilaku mulia oleh bangsa (sekurang-kurangnya saat ini) tokoh-tokoh Minang membelanya dengan menggunakan sentimen etnis. Suatu langkah yang keliru dan fatal. Jika orang Minang ini "menang" dalam persaingan sekarang dan di masa depan maka sektor harus segera dibenahi adalah sektor pendidikan. Khusus untuk Sumatra Barat bagaimana dikotomi pen-didikan umum dengan pendidikan agama berangsur-angsur dihilangkan. Pendidikan pesantren harus kuat "umumnya" dan pendidian umum harus pula mengutamakan budi pekerti. Pendidikan swasta harus diperlakukan dan dikembangkan sebagaimana Pendidikan Negeri. Orang rantau bisa amat berperan dalam hal ini. Tidak usah berbisnis bank (mendirikan BPR-BPR). r LAPAU RantauNet di http://lapau.rantaunet.web.id Isi Database ke anggotaan RantauNet: http://www.egroups.com/database/rantaunet?method=addRecord&tbl=1 ================================================= WEB-EMAIL GRATIS ... @rantaunet.web.id ---> http://mail.rantaunet.web.id ================================================= Subscribe - Mendaftar RantauNet Mailing List, kirimkan email Ke / To: [EMAIL PROTECTED] Isi email / Messages: subscribe rantau-net email_anda Unsubscribe - Berhenti menerima RantauNet Mailing List, kirimkan email Ke / To: [EMAIL PROTECTED] Isi emai / Messages: unsubscribe rantau-net email_anda ================================================= WebPage RantauNet http://www.rantaunet.web.id dan Mailing List RantauNet adalah servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA =================================================