Alhamdulillah, senang membaca bagaimana Pak MN dan keluarga besar mendapatkan 
kelimpahan hidup yang mungkin hanya mimpi bagi sebagian besar orang Minang.

Dalam konteks kontribusi keilmuan, selain riset Pak MN tentang merantau, adakah 
bentuk aplikatif dari hasil studi bapak itu yang pernah (sudah) diterapkan 
untuk meningkatkan taraf hidup rang Minang? Nilai dasar apa yang bisa 
dilekatkan pada rang Minang semisal "American Dream", "Japanese Bushido" atau 
kalau pada kategori sosial yang horisontal konsep "Protestant Ethic" yang 
pernah diteliti Max Weber, dan dikaitkan dengan kebangkitan kapitalisme 
(Protestant Ethic and The Spirit Capitalism).

Jika merantau adalah aktivitas fisik, apa sebenarnya value urang Minang itu, 
Pak MN? 
Kemandirian? Survival? Atau apa?

Kita ingat menyusul huru-hara 1998 di mana banyak pemodal dan industrialis 
besar, terutama di sektor keuangan, masuk "karantina" dan menjadi pasien BPPN, 
ekonomi di level mid dan grass root yang banyak diisi rang Minang praktis 
bertahan tak tergoyah oleh imbas gonjang-ganjing. Apakah ini salah satu "value" 
yang bisa diduplikasi dan diterapkan bagi sektor lain dalam kehidupan etnis 
Minangkabau? 

Mohon pencerahan Pak MN.

Salam,

Akmal N. Basral 
44+, Cibubur 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Mochtar Naim <mochtarn...@yahoo.com>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Tue, 15 Jan 2013 22:35:15 
To: rantaunet rantaunet rantaunet<RantauNet@googlegroups.com>; 
su...@yahoogroups.com<su...@yahoogroups.com>; 
ba...@yahoogroups.com<ba...@yahoogroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: Meuthia Naim<meuthia_suy...@yahoo.com>; Elvira Naim<elviran...@yahoo.com>; 
Emil Pk<emi...@yahoo.com>; Amelia Indrajaya<amelian...@yahoo.com>
Subject: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU
 DITINJAU KEMBALI

 
 
 
Kawan2 di Dunia Maya,
 
Naskah berikut yang semula saya persiapkan untuk dibacakam sebagai Orasi pada 
upacara 80 Tahun
Mochtar Naim di Aula Gubernuran, hari Kamis tgl 10 Januari 2013 yl, ternyata 
tidak jadi dibacakan. 
Saya jadinya menyampaikan Orasi saya secara lisan-spontan seperti diharapkan 
oleh Panitia. 
 
Silahkan baca bagi yang berminat...
 
 
 
MERANTAU SEPANJANG MASA,
MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Mochtar Naim
 
Orasi yang disampaikan pada Acara
80 Tahun Mochtar Naim,
Kamis, 10 Januari 2013,
Di Aula Gubernuran Pemda Sumatera Barat, Padang.
 
I
E MPAT PULUH TAHUN sudah sejak
saya menyampaikan Disertasi mengenai “Merantau: Minangkabau Voluntary
Migration” di University of Singapore Dept of Sociology (1973). Terjemahannya
ke dalam Bahasa Indonesia oleh sahabat saya: Ansari dan Rustam St Rumah Tinggi
(alm): Merantau: Pola Migrasi Suku
Minangkabau diterbitkan oleh Gadjah Mada Univ Press, tahun 1979, dan Edisi
ke II nya tahun 1984. Sementara Edisi ke III nya dengan Penerbit Rajawali, 
terbit baru kemarin ini, bertepatan dengan hari maulid-natal ke 80 penulis 
sendiri, 25
Desember 2012 yl, yang juga dirayakan oleh seluruh dunia Masehi.         
            Kuliah-kuliah
di bidang Sosiologi untuk tingkat PhD sudah saya selesaikan sebelumnya di New
York University, New York, sambil mengajar Bahasa Indonesia di universitas yang
sama dan bekerja di Perwakilan Indonesia ke PBB, dsb, di mana saya sempat
bermukim selama 8 tahun, dan isteri, Asma, 6 tahun, di kota metropolitan NY itu,
ketika Indonesia sedang bergolak karena pemberontakan PRRI dan Permesta. 
            Sebelum
ke New York, selama dua tahun, saya merantau ke Kanada, ke kota Montreal yang
berbahasa dobel, Inggeris dan Perancis, melanjutkan studi tentang Islam untuk
Master di Institute of Islamic Studies, McGill Univ. Dan itupun langsung tancap
dari Yogya dengan mutar-mutar dulu di Baghdad, Kairo dan beberapa kota di
Eropa. Dengan hanya sebuah surat rekomendasi dari Buya Hamka yang waktu itu
adalah profesor Tasawuf dan Sejarah Islam di PTAIN saya berangkat ke Kanada 
tanpa
mengepit gelar Drsnya dalam bidang Studi Islam di PTAIN ataupun bidang studi 
ekonomi
di UII, di Yogya. Saya begitu tamat dari SMA Negeri Birugo di Bukittinggi th
1951, langsung tancap ke Yogya memasuki Univ Gadjah Mada Fakultas HESP (Hukum,
Ekonomi, Sosial dan Politik), dan dapat beasiswa dari Kemdikbud. Di PTAIN pun
sesudah itu saya juga dapat beasiswa, semua karena nilai baik yang saya bawa
dari SMA Negeri Birugo Bukittinggi. Namun UGM kemudian saya tinggalkan dan saya
konsentrasi ke studi Islam dan Ekonomi. Saya memerlukan setahun lagi di tingkat
doktoral untuk mendapatkan gelar Drs di kedua sekolah tinggi tersebut. 
           
         Selama
8 tahun di negeri Paman Sam itu, sayapun sempat menete ke sana ke mari. Saya
sempat setahun, sebelum ke New York, jadi asisten peneliti di Yale University,
di bawah Prof Karl Pelzer yang ahli ekonomi geografi perkebunan di Sumatera
Timur, dan Prof Isidore Dyen, ahli bahasa-bahasa Malayo-Polinesia. Lalu jadi
pengajar Bahasa Indonesia sebagai instruktur dan native speaker di Cornell 
Univ, dan di SUNY Oswego College, NY
State, di tepi danau Ontario, sebagai profesor tamu. 
            Sebagai
oleh-oleh untuk dibawa pulang dari rantau Amerika itu, kami mendapatkan dua
anak belahan jiwa: Amelia Indrayeni (1965) dan Emil Hasan (1966), yang sekarang
juga sudah jadi orang, dengan masing-masing punya 4 anak. Yang tertua dari anak
Amelia, cucu pertama kami, Affan Rizki, 23 tahun, bahkan sudah menamatkan studi
Ekonomi Internasionalnya di Univ Tilburg, Negeri Belanda. Anak kami yang
ketiga, Elvira Endajelita, hasil satu-satunya dari ranah kampung halaman
sendiri, setelah pulang kembali ke sarang, lahir di Padang, ketika sedang 
kasak-kusuknya
menyiapkan Seminar Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, tahun 1970. Sebagai
oleh-oleh anak terakhir, bungsu, untuk dibawa pulang dari rantau Singapura, 
Meuthia
Alvernia, lahir di rumah sakit Mount Alvernia, Singapura tahun 1972, ketika
juga bersihening menyiapkan disertasi Merantau itu. Kemana orang tua ke sana
juga anak-anak, sehingga merekapun menjadi pengembara dunia ke berbagai penjuru
benua. Ke empat-empatnya lulusan ITB yang dua di antaranya sekarang juga
mengikuti jejak Dad-nya mengambil gelar Dr, satu yang tua di UI dan satu lagi
yang bungsu, sudah hampir selesai, di Griffith U, Brisbane, negara ‘Kang Guru,’
Australia. Sedang Masternya, Amelia dapatkan di  Univ of Colorado, Boulder, AS; 
Elvira di
National Univ of Singapore dan Meuthia di Univ of Leeds, England. Meuthia
ditemani oleh anak satu-satunya, sibiran tulang, Ismail Halim Suyudi, 10 tahun,
lahir di Leeds, England, bersekolah di Brisbane, Australia. Emil, anak
laki-laki kami satu-satunya, walau tidak melanjutkan tapi punya kedudukan cukup
mantap di perusahaan minyak Chevron di Balik Papan, dan aktif sebagai ustadz
menyuarakan gerakan Khilafah ke masa depan, di bawah bendera Hizbut Tahrir. 
            Belum
pula dengan suami-suami dan isteri dari anak-anak kami yang adalah
menantu-menantu kami. Mereka tanpa kecuali juga punya pendidikan yang baik.
Suami Amelia, Indrajaya Putera Januar –kami besanan dengan Pak Ir Yanuar Muin--,
lulusan ITB, PhD di Univ of Colorado di Boulder, USA; isteri Emil, Nina Rosalina
Rusli Dahlan, sarjana Bahasa Jepang – kami besanan dengan Rusli Dahlan SH, kawan
sekuliah Asma di UII Yogya, orang Banuhampu juga; Ir. Eri Rusli, suami Elvira,
insinyur metalurgi dari UI, orang Kubang Putiah, Banuhampu; dan Yudi Suyudi,
satu2nya menantu non-Minang dari Sunda, lulusan ITB dan Master di bidang 
Environment
dari Leeds Univ, England, bersama dengan Meuthia. Semua, juga tanpa kecuali,
suka berlanglang-buana manca-negara dan merantau ke mana-mana. Dan perangai ini
juga menurun ke cucu-cucu yang juga sudah ikut merayap di dunia ini ke
mana-mana ke mancanegara.
 
LIHAT SELANJUTNYA DI ATTACHMENT!
II

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/




-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke