*Nasihat Buat Para Dai yang Sedang Berselisih *

Syaikh Ibnu Baz

*Pertanyaan: *
*Berikut nasihat panjang Syaikh bin Baz terhadap para dai yang sedang
berselisih.*

*Jawaban:*

*Alhamdulillahi rabbil alamin*, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad,
nabi yang terpercaya, juga kepada keluarga, para sahabat dan mereka yang
mengikuti sunnahnya hingga hari berbangkit.
Amma ba'd,

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan untuk berbuat
adil dan kebajikan serta melarang berbuat zhalim, melampaui batas dan
bermusuhan. Allah telah mengutus nabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam
sebagai-mana pula para rasul lainnya untuk menyerukan dakwah tauhid dan
ikhlas beribadah hanya untuk Allah semata. Allah memerin-tahkannya untuk
menegakkan keadilan, dan Allah pun melarang kebalikannya, yaitu yang berupa
penghambaan kepada selain Allah, berpecah belah, berbuat sewenang-wenang
terhadap hak-hak para hamba.

Telah tersebar berita akhir-akhir ini, bahwa banyak di antara para ahli ilmu
dan para praktisi dakwah yang melakukan cercaan terhadap saudara-saudara
mereka sendiri, para dai terkemuka, mereka berbicara tentang kepribadian
para ahli ilmu, para dai dan para guru besar. Mereka lakukan itu dengan
sembunyi-sembu-nyi di majlis-majlis mereka. Adakalanya itu direkam lalu
disebarkan ke masyarakat. Ada juga yang melakukan dengan terang-terangan
pada saat kajian-kajian umum di masjid.

Cara ini bertolak belakang dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya dilihat dari beberapa segi, di antaranya:
*Pertama*, ini merupakan pelanggaran terhadap hak prifasi sesama muslim,
bahkan ini terhadap golongan khusus, yaitu para penuntut ilmu dan para dai
yang telah mengerahkan daya upaya mereka untuk membimbing dan membina
masyarakat, melurus-kan aqidah dan manhaj mereka, bersungguh-sungguh dalam
mengisi berbagai kajian dan ceramah, serta menulis buku-buku yang
bermanfaat.

*Kedua*, bahwa ini bisa memecah belah kaum muslimin dan memporakporandakan
barisan mereka, padahal mereka sangat membutuhkan kesatuan dan harus
dijauhkan dari perpecahan dan saling menggunjing antar mereka. Lebih-lebih
bahwa para dai dimaksud termasuk golongan ahlus sunnah wal jama'ah yang
dikenal memerangi bid'ah dan khurafat serta menghadapi lang-sung para
penyerunya, membongkar trik-trik dan reka perdaya-nya. Karena itu, perbuatan
ini tidak ada maslahatnya kecuali bagi para musuh yang senantiasa mengintai,
yaitu kaum kuffar dan para munafiq atau para ahli bid'ah dan kesesatan.

*Ketiga*, Bahwa perbuatan ini mengandung propaganda dan dukungan terhadap
tujuan-tujuan yang diusung oleh para sekuler, para westernis dan para
penentang lainnya yang dikenal agresif menjatuhkan kredibilitas para dai,
mendustakan mereka dan mengekspos kebalikan dari apa-apa yang mereka tulis
dan mereka rekam. Sikap yang dilakukan oleh mereka yang tergesa-gesa
melaku-kan ini, yang ternyata malah membantu musuh untuk menyerang
saudara-saudaranya sendiri, yaitu para thalib 'ilm dan para dai, adalah
perbuatan yang tidak termasuk hak persaudaraan Islam.

*Keempat*, Bahwa perbuatan ini bisa merusak hati masyarakat awam dan
golongan khusus, bisa menyebarkan dan menyuburkan kebohongan dan isu-isu
sesat, bisa menjadi penyebab banyaknya menggunjing dan menghasud serta
membukakan pintu-pintu ke-burukan bagi jiwa-jiwa yang cenderung menebar
keraguan dan bencana serta berambisi mencelakakan kaum mukminin secara tidak
langsung.

*Kelima*, Bahwa banyak pernyataan dalam hal ini yang ter-nyata tidak ada
hakikatnya, tapi hanya merupakan asumsi-asumsi yang dibisikkan setan kepada
para pengungkapnya. Sementara itu Allah q telah berfirman,
*"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari pra-sangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain."* (Al-Hujurat: 12)

Seorang mukmin hendaknya bisa menyikapi perkataan saudaranya sesama muslim
dengan sikap yang lebih baik. Seorang alim dahulu mengatakan, "Jangan kau
berburuk sangka dengan kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu walaupun
engkau tidak me-nemukan yang baiknya."

*Keenam*, hasil ijtihad sebagian ulama dan penuntut ilmu dalam
perkara-perkara yang menuntut ijtihad, maka pencetusnya tidak dihukum dengan
pendapatnya jika ia memang berkompeten untuk berijtihad. Jika ternyata itu
bertentangan dengan yang lain-nya, maka seharusnya dibantah dengan cara yang
lebih baik, demi mencapai kebenaran dengan cara yang paling cepat dan demi
menjaga diri dari godaan setan dan reka perdayanya dihembus-kan di antara
sesama mukmin. Jika itu tidak bisa dilakukan, lalu seseorang merasa perlu
untuk menjelaskan perbedaan tersebut, maka hendaknya disampaikan dengan
ungkapan yang paling baik dan isyarat yang sangat halus. Tidak perlu
menghujat atau menje-lek-jelekkan, karena hal ini bisa menyebabkan ditolak
atau dihin-darinya kebenaran. Di samping itu, tidak perlu menghujat
pribadi-pribadi tertentu atau melontarkan tuduhan-tuduhan dengan
maksud-maksud tertentu, atau dengan menambah-nambah perka-taan yang tidak
terkait.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan contoh dalam
menghadapi kondisi semacam ini dengan ungkapan,



مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا.

* *

*"Kenapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demi-kian." *(HR.
Muslim dalam an-Nikah (1401))

Saya sarankan kepada saudara-saudara yang telah menge-cam para dai,
hendaknya bertaubat kepada Allah q dari per-buatan yang telah mereka
lakukan, atau meralat dengan lisan mereka seputar masalah yang bisa
menyebabkan rusaknya hati sebagian pemuda dan bisa menimbulkan kedengkian
serta mema-lingkan mereka dari menuntut ilmu yang bermanfaat dan aktifitas
dakwah, karena santernya isu-isu tentang si fulan dan si fulan, lalu mencari
hal-hal yang dianggapnya sebagai kesalahan orang lain kemudian
mempublikasikannya.

Saya sarankan juga agar mereka meralat apa yang telah me-reka lakukan, baik
melalui tulisan ataupun lainnya yang dapat membebaskan diri mereka dari
perbuatan semacam ini dan meng-hilangkan kesan yang terekam di benak
orang-orang yang telah mendengar ucapan mereka, dan hendaknya pula mereka
mengi-ringi dengan amalan-amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dan
berguna bagi manusia, serta senantiasa waspada agar tidak terburu-buru
melontarkan tuduhan kafir, fasik atau pelaku bid'ah terhadap orang lain
tanpa bukti, karena nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan,



أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لأَخِيْهِ يَا كَافِرٌ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا.

* *

*"Orang mana pun yang mengatakan, 'wahai kafir' kepada sauda-ranya, maka
pernyataan ini berlaku pada salah seorang dari keduanya." *(HR. Al-Bukhari
dalam Al-Adab (6104), Muslim dalam Al-Iman (60))

Di antara yang disyari'atkan bagi para penyeru kebenaran dan para penuntut
ilmu, apabila menghadapi suatu perkara karena ucapan para ahli ilmu atau
lainnya, hendaknya mereka berkonsul-tasi kepada para ulama yang mu'tabar
(yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya) dan menanyakan kepada mereka
tentang per-kara tersebut sehingga para ulama itu bisa menjelaskan
perkaranya dan memposisikan mereka pada hakikatnya serta menghilangkan
keraguan mereka. Tindakan ini sebagai pelaksanaan firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang disebutkan dalam surat An-Nisa',
*"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang kea-manan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenaran-nya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di
antaramu)."*(An-Nisa': 83)

Hanya Allah-lah tempat meminta, semoga Allah memper-baiki kondisi semua kaum
muslimin, mempersatukan hati dan amal mereka dalam ketakwaan, mempersatukan
semua ulama kaum muslimin dan semua penyeru kebenaran dengan segala sesuatu
yang dapat melahirkan keridhaanNya dan bermanfaat bagi para hambaNya,
mempersatukan kalimat mereka pada petunjuk dan menyelamatkan mereka dari
faktor-faktor perpecahan dan perselisihan, serta semoga Allah memenangkan
kebenaran melalui mereka dan mengalahkan kebatilan. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas itu. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya serta mereka yang menigkuti
petunjuknya hingga hari berbangkit.

*Rujukan:*
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syaikh Ibnu Baz (7/311-314). Disalin
dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.


-- 
www.adanipermana.co.cc
www.computer-knowledge.biz

Kirim email ke