Rekans CORPS sekalian , Terus terang saya paling bingung dengan sikap seorang seperti KKG tersebut . Antara yang dibicarakan , dengan yang dijalankan dan dengan yang dihayati dalam kehidupan , nampaknya bisa berbeda2 . Apakah dia tidak merasa terganggu dengan sikap2 yang berbeda2 tersebut , ataukah memang dia juga tidak punya budaya mundur , daripada omongannya nggak ada yang dengerin dan oleh rekan2nya di PDIP dianggap sebagai "hiburan lepas senja" bagi rakyat Indonesia yang sedang bingung ?? Wassalam , PriyoPS
-----Original Message----- From: Rio Andreas <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 20 Feb 2004 01:49:53 -0800 (PST) Subject: [yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air.. (Fenomena Seorang Kwik Kian Gie) > Saya sudah membaca berita ini yang dimuat Harian KOMPAS beberapa hari > yang lalu. > Ditulis oleh Kwik Kian Gie => Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional > / Kepala Bappenas). > Isinya seperti biasa sangat pedas dan membuat merah para pejabat negara > dan kaum konglomerat > khususnya yang bermasalah dan terkait kasus-2 KKN. > Tapi sepertinya apa yang dilemparkan Pak Kwik hanya sebagai sentilan > saja dan tidak ada > pengaruhnya buat para pejabat dan kaum elitis lainnya. > Pak Kwik adalah salah satu Menteri di kabinet sekarang dan salah satu > Ketua DPD PDI Perjuangan > yang sering sekali berbeda pendapat dengan tidak saja menteri lainnya > tapi malah kadang agak > "melawan" kebijakan pemerintahan yang notabene dia ada didalamnya... > Kalo dijaman pemerintahan dahulu, pasti saja dia udah direcall dari > kabinet maupun dari partainya. > Tapi sepertinya Mbak Mega tidak melakukan hal tersebut.. > Ada yang bisa kasi komentar kenapa seorang Kwik berperilaku demikian > dan sikap Mbak Mega > selaku atasannya langsung yang masih sayang dan tidak rela kehilangan > seorang Kwik.. ?? > > Masalah Kolusi + Korupsi di Indonesia memang tiada habis-2nya... > Kita mungkin akan menunggu kehebohan lainnya setelah kasus penjebolan > BNI dan BRI yang lebih > fantastis lagi.. > Oh ya.. bagaimana dengan kasus Edi Tansil yang telah melarikan uang > negara 1,3 triliun rupiah > (maaf kalo saya salah), apakah masih ada yang peduli atau kita hapus > saja dari ingatan negara > Indonesia ini... padahal uang yang ditilep nilainya luar biasa > besarnya... > Entahlah........ negaraku........ selamat PEMILU 2004. > > > - Rio Andreas - > (ekek XXXI) > > > > > --- DanYON <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lebih sakit mana? > > - dijajah bangsa asing > > atau > > - dijajah bangsa sendiri > > > > -- > > Agung (33) > > > > > > -------------------------------------------------- > > > > AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR > > > > AKHIR-akhir ini media massa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk > > show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita > > dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR > > diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK > > akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam. > > > > Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam > > tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). > > Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak > > karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan > > bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah > > tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK. > > > > Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya > > tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya > > menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor > > sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. > > Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar > > kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan > > uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, > > saya berkata, "I am the Lord, I am the law, and I am the richest man > > in Indonesia." > > > > MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi > > penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, > > terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang > > mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi. > > > > Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada. Yang > > paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada > > pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya > > membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah > > kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli > > barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah > > yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya > > saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya > > berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini. > > > > Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak > > melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat > > tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para > > pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat > > habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai > > mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka > > sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat. > > > > Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental > > budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi > > sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya > > berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan > > inovasi konsep-konsep yang lebih canggih. > > > > Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak > > tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya > > lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi > > konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai > > artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi > > Jadi Konglomerat. > > > > DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang > > saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). > > Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun > > asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga > > deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan > > kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility > > study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. > > Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa > > Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan > > keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah > > diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia. > > > > Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. > > Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, > > kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian > > jadi. Barang-barang ini diekspor kepada perusahaan saya sendiri di > > Singapura. Setibanya, barang-barang itu langsung dibuang. Jadi tidak > > ada penggunaan uang dari kredit ekspor untuk ekspor beneran. Namun, > > saya dapat memperlihatkan semua dokumen ekspor. Kredit dengan bunga > > 12 persen saya depositokan dengan bunga 22 persen. Kredit yang saya > > peroleh Rp 500 miliar. Dalam setahun saya mendapatkan pendapatan > > bersih (setelah dipotong pajak) sebesar Rp 93,5 miliar, yaitu 22 > > persen dari Rp 500 miliar dipotong pajak sebesar 15 persen. Bunga > > yang harus saya bayarkan kepada bank BUMN sebesar 12 persen dari Rp > > 500 miliar atau Rp 60 miliar. Saya untung Rp 33,5 miliar for doing > > nothing. > > > > Yang paling hebat adalah ketika ketahuan dan diberitakan di media > > massa. BI menyatakan tidak ada yang dirugikan karena saya membayar > > utang pokoknya tepat waktu. Demikian juga dengan bunga sebesar 12 > > persen setahun yang mereka tentukan. Hi-hi, mereka tidak peduli > > bahwa tujuan meningkatkan ekspor tidak tercapai. Jelas mereka > > membodohkan diri sendiri, menjadikan dirinya sendiri "teh botol" > > (teknokrat bodoh dan tolol) karena saya sogok. Sambil melakukan ini > > terus, melalui asosiasi perusahaan, dengan kawan-kawan saya kampanye > > antisuap. Media massa memberitakannya besar-besar tanpa kritik > > karena penyuapan cara halus yang dinamakan public relations saya > > cukup canggih. > > > > DALAM bidang transportasi darat Indonesia sangat ketinggalan. > > Praktis tidak ada jalan-jalan raya yang bebas hambatan (highway atau > > free way). Bayangkan, jalan raya sepanjang Pulau Jawa yang membangun > > adalah Daendels. Dalam kemerdekaan yang 58 tahun itu kita tidak > > mampu membangun jalan raya dari pulau yang paling padat. Sekarang > > keuangan negara bangkrut-krut. Pemerintah dalam arti APBN tidak > > mempunyai uang. Namun, bank-bank BUMN banyak duitnya. > > > > Saya usulkan supaya saya diberi izin membangun jalan tol swasta yang > > milik saya. Modal yang dibutuhkan tentu sangat besar. Dengan > > menyogok seperlunya, saya memperoleh 100 persen dari dana yang > > dibutuhkan untuk membangun jalan tol tersebut. Biayanya Rp 800 > > miliar. Dengan kredit Rp 800 miliar jadilah jalan tol. Begitu > > dipakai, pemakainya membayar tol fee secara tunai. Pemasukan uang > > ini dibagi 40 persen untuk saya dan 60 persen untuk membayar cicilan > > utang serta bunganya. Jadi begitu jalan tol selesai, arus uang tunai > > serta-merta masuk ke kantong saya tanpa modal sama sekali. > > > > Utang saya beserta bunganya juga serta-merta dicicil dari pemasukan > > tol fee yang tunai. Saya membuat proyeksi tentang berapa tahun sejak > > dimulainya utang akan lunas, misalnya 15 tahun. Lantas saya umumkan > > bahwa setelah 15 tahun, jalan tol saya hibahkan kepada pemerintah. > > Bukankah luar biasa cemerlangnya saya? > > > > Tidak. Seperti saya katakan, tidak semua birokrat tingkat > > tinggi "teh botol". Mereka tahu bahwa semuanya dapat dilakukan oleh > > pemerintah sendiri. Namun, saya sogok plus saya berikan segala > > argumentasinya, seperti jalan tol itu perlu, pemerintah tak punya > > uang, dan yang terpenting ideologinya bahwa pemerintah sebaiknya > > tidak ikut campur memiliki barang, seperti jalan tol sekalipun. Saya > > jelaskan bahwa ini aliran pikiran yang modern yang menyerahkan > > semuanya kepada mekanisme pasar. Mereka dan publik memakan teori ini. > > > > Saya tertawa geli lagi karena ini bukan teori baru. Adam Smith yang > > mengenali berlakunya mekanisme pasar, adanya invisible hands yang > > mengaturnya. Namun, hal itu sudah lama ketinggalan zaman karena > > ditulisnya pada tahun 1776. Intinya masih berlaku, tetapi tidak > > untuk barang publik, melainkan untuk barang-barang kelontong yang > > bisa dipersaingkan dan tidak vital sifatnya. Jalan tol mengandung > > monopoli natural karena ruangnya untuk jalan tol untuk ruas tertentu > > hanya satu. Mengapa harus diberikan kepada saya? Karena saya sogok! > > Namun, justifikasinya berbagai argumen yang ternyata ditelan dengan > > fanatik karena yang berkuasa ketika itu "teh botol". > > > > > > PARALEL dengan ide tentang jalan tol ini, berbagai gedung pencakar > > langit saya beli. Gedung bank BUMN saya beli dengan uang yang 100 > > persen milik bank itu sendiri. Saya memperoleh pinjaman dari bank > > BUMN yang bersangkutan. Gedungnya saya beli. Karena gedung sudah > > milik saya, bank harus membayar sewa kepada saya. Perolehan > > pembayaran sewa ini saya pakai untuk mencicil utang pokok beserta > > bunganya dalam bentuk anuitas. Jumlah anuitasnya saya samakan dengan > > uang sewa yang saya terima. Dengan demikian, setelah sekian tahun > > gedung yang segitu besarnya milik saya. Mulai saat itu hasil sewa > > sepenuhnya saya nikmati karena utang sudah lunas sama sekali. > > > > Bayangkan, berapa besar pendapatan saya karena yang saya begitukan > > bukan hanya satu gedung. Masa pimpinan bank begitu bodoh? Tidak, > > tetapi menjadi bodoh karena cemerlangnya pikiran saya ditambah > > dengan perolehan uang banyak dari persekongkolan dengan saya. > > > > INDONESIA sudah maju, mempunyai banyak perusahaan asuransi, antara > > lain asuransi jiwa. Kalau tertanggung mati, ahli warisnya mendapat > > santunan besar. Saya menciptakan orang-orang yang tidak ada. Jadi, > > saya menciptakan tertanggung fiktif yang tempat tinggalnya di daerah- > > daerah yang sangat terpencil. Setelah membayar premi beberapa kali > > saja, saya menciptakan dokumen aspal tentang kematian tertanggung > > yang memang tidak ada. Ahli warisnya orang-orang saya semua. > > > > Masih banyak lagi cara-cara membobol perusahaan asuransi. Tentu > > orang dalam perusahaan asuransi harus ikut di dalam komplotan ini > > supaya tidak meneliti lagi. Maka, hampir semua perusahaan asuransi > > modal ekuitinya negatif. > > > > Ketika ramai dibicarakan tentang adanya kemungkinan pemalsuan uang, > > bukan hanya satu pihak saja yang terlibat, seperti yang bahkan > > disebut namanya di surat kabar. Saya melakukannya juga. Uang palsu > > saya tidak pernah ketahuan karena tidak pernah beredar. Uang yang > > saya palsu senantiasa mengendap di kas sebagai iron stock atau > > persediaan minimum untuk menjaga keamanan likuiditas. Jadi, saya > > mencetak uang palsu. > > > > Uang ini saya tukar dengan uang yang harus selalu ada, tetapi > > nyatanya tidak pernah beredar karena setiap bank harus mempunyai > > persediaan minimal. Dengan demikian tidak akan pernah diketahui > > kecuali kalau akuntan publik mengauditnya dengan mencatat nomor seri > > uang dan selanjutnya mengamati apakah uang dengan nomor seri > > tertentu itu terus-menerus mengendap di kas. Akuntan publik tidak > > sampai ke sana pikirannya. > > > > > === message truncated === > > > __________________________________ > Do you Yahoo!? > Yahoo! Mail SpamGuard - Read only the mail you want. > http://antispam.yahoo.com/tools > > > --[YONSATU - ITB]--------------------------------------------- > Arsip : <http://yonsatu.mahawarman.net> atau > <http://news.mahawarman.net> > News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman > Other Info : <http://www.mahawarman.net> > --[YONSATU - ITB]--------------------------------------------- Arsip : <http://yonsatu.mahawarman.net> atau <http://news.mahawarman.net> News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : <http://www.mahawarman.net>