Yth. Peserta Diskusi ZOA-BIOTEK-2001

Hari Ahad ini, kita mulai diskusi tentang Biologi Lingkungan. Silakan 
Anda simak topik-topik menarik yg kami sajikan untuk Anda.

Untuk kesempatan pertama, silakan simak paper rekan kita Suhendrayatna, 
Institute for Science and Technology Studies
(ISTECS)-Chapter Japan, yang sekarang juga sedang menyelesaikan studi 
doktornya di Department of Applied Chemistry and Chemical Engineering
Faculty of Engineering, Kagoshima University

http://sinergy-forum.net/zoa/paper/html/papersuhendrayatna.html

Di bawah ini saya postingkan bagian pertama dari tulisan beliau.

Selamat berdiskusi!

Moderator ZOA-Biotek Sesi Lingkungan
SinergY-PPI-Tokodai

Son Kuswadi
=============================================================

Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Microorganisme: 
Suatu Kajian Kepustakaan
(Heavy Metal Bioremoval by Microorganisms: A Literature Study)
Suhendrayatna
Institute for Science and Technology Studies
(ISTECS)-Chapter Japan
Department of Applied Chemistry and Chemical Engineering
Faculty of Engineering, Kagoshima University
1-21-40 Korimoto, Kagoshima 890-0065, Japan

Abstract

Tulisan ini memberikan kajian luas menyangkut bioremoval yang melibatkan 
berbagai jenis mikroorganisme. Bioremoval didefinisikan sebagai terakumulasi 
dan terkonsentrasinya zat polusi (pollutant) dari suatu cairan oleh 
material biologi, selanjutnya melalui proses rekoveri material ini 
dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Berbagai jenis mikroorganisme 
yang kapasitasnya sebagai material biologi diketahui dapat mengakumulasi 
logam berat dalam jumlah besar. Phenomena ini dapat digunakan sebagai 
dasar pengembangan proses bioremoval sehingga berpotensial dan layak 
secara ekonomis diaplikasikan pada teknologi removal dan proses rekoveri 
ion logam berat dari suatu cairan tercemar. Pemilihan yang terbaik 
dari beberapa variable dan parameter fundamental dasar desain dan 
operasi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan aplikasi terbaik bagi 
proses bioremoval dalam merekoveri logam berat. Dalam hal ini penggunaan 
proses immobilisasi mikroorganisme sangat layak dan menjanjikan beberapa 
kelebihan-kelebihan. Teknologi yang melibatkan mikroorganisme dalam 
mengatasi permasalahan lingkungan masih dalam pengembangan dan masih 
banyak pekerjaan yang dibutuhkan ke arah itu. Hanya penelitian-penelitian 
dan kajian-kajian yang berkesinambungan dapat menentukan proses terbaik 
untuk menjawab permasalahan ion logam berat di lingkungan.

Introduksi

Sejak kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang tahun 1953 yang 
secara intensive dilaporkan, issue pencemaran logam berat meningkat 
sejalan dengan pengembangan berbagai penelitian yang mulai diarahkan 
pada berbagai aplikasi teknologi untuk menangani polusi lingkungan 
yang disebabkan oleh logam berat. Kecemasan yang berlebihan terhadap 
hadirnya logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya 
yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. [1-
3] USEPA (U.S. Environmental Agency) mendata ada 13 elemen logam 
berat yang merupakan elemen utama polusi yang berbahaya seperti dirangkumkan 
pada Tabel 1. [3] Beberapa ion logam berat, seperti arsenik, timbal,
kadmium dan merkuri pada kenyataannya berbahaya bagi kesehatan manusia 
dan kelangsungan kehidupan di lingkungan. Walaupun pada konsentrasi 
yang sedemikian rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung 
hingga terakumulasi pada rantai makanan. Seperti halnya sumber-sumber 
polusi lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer 
dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi 
mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap 
kesehatan manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh 
dari sumber polusi utamanya.

Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan elemen yang berbahaya 
di permukaan bumi. Table 1 menampilkan sumber utama logam berat yang 
ditemukan di lingkungan. Proses alam seperti perubahan siklus alamiah 
mengakibatkan batuan-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi 
yang sangat besar ke lingkungan. Disamping itu pula masuknya logam 
berat ke lingkungan berasal dari sumber-sumber lainnya yang meliputi;
pertambangan minyak, emas, dan batubara,pembangkit tenaga listrik,
peptisida, keramik, peleburan logam, pabrik-pabrik pupuk 
dan kegiatan-kegiatan industri lainnya. Di beberapa negara Asia, 
kontaminasi logam berat telah tersebar secara meluas seperti yang 
dilaporkan oleh team survey dari Asia Arsenic Network (AAN)[5]. Kontaminasi 
ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha eksplotasi 
berbagai sumber alam di mana logam berat terkandung di dalamnya. 


Table 1 Daftar elemen pencemar utama dari logam berat dan sumbernya 
di alama

Elemen Sumber logam di alam 
Antimony Stibnite (Sb2S3), geothermal springs, mine drainage. 
Arsenic Metal arsenides and arsenates, sulfide ores (arsenopyrite),
arsenite (HAsO2), vulcanic gases, geothermal springs. 
Beryllium Beryl (Be3Al2Si6O16), Phenacite (Be2SiO4). 
Cadmium Zinc carbonate and sulfide ores, copper carbonate and sulfide 
ores. 
Chromium Chromite (FeCr2O), chromic oxide (Cr2O3). 
Copper Free metal (Cu0), copper sulfide (CuS2), Chalcopyrite (CuFeS2),
mine drainage. 
Lead Galena (PbS) 
Mercury Free mercury (Hg0), Cinnabar (HgS). 
Nickel Ferromagnesian minerals, ferrous sulfide ores, nickel oxide 
(NiO2), Pentladite [(Ni,Fe) 9S8], nickel hydroxide [Ni(OH)3]. 
Selenium Free element (Se0), Ferroselite (FeSe2), uranium deposits,
black shales, Chalcopyrite-Pantladite-Pyrrhotite deposits. 
Silver Free metal (Ag0), silver chloride (AgCl2), Argentide (AgS2),
copper, lead, zinc ores. 
Thallium Copper, lead, silver residues. 
Zinc Zinc blende (ZnS), Willemite (ZnSiO4), Calamite (ZnCO3), mine 
drainage 

a modifikasi dari ref. [3]

Berbasis pada wawasan kita terhadap resiko polusi lingkungan oleh 
ion logam berat, hal ini menyebabkan kita mau tidak mau harus memperbaiki 
kembali perhatian kita terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam 
berat tersebut. Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan 
mikroorganisme dengan tujuan mengurangi tingkat keracunan elemen 
polusi terhadap lingkungan, pendekatan ini dapat mengacu pada proses 
bioremediasi. Saat ini, pengolahan secara biologis untuk mengurangi 
ion logam berat dari air tercemar muncul sebagai teknologi alternatif 
yang berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan proses kimia,
seperti menambahkan zat kimia tertentu untuk proses pemisahan ion 
logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), dan 
beberapa methode lainnya seperti penyerapan dengan menggunakan karbon 
aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Saat ini banyak hasil 
studi laboratorium dilaporkan secara detail pada berbagai tulisan 
ilmiah khususnya berkaitan dengan evaluasi proses berbasis bioteknologi 
dalam cakupan tujuan bioremoval logam berat. Bioremoval didefinisikan 
sebagai terakumulasi dan terkonsentrasinya zat polusi (pollutant) 
dari suatu cairan oleh material biologi, selanjutnya melalui proses 
rekoveri material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan.
Berbagai jenis mikroba biomassa dapat digunakan untuk tujuan ini.
[3,4] Proses bioremoval berpotensi tinggi dalam kontribusinya untuk 
mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi yang sangat rendah.
Bioremoval lebih efektif dibanding dengan ion exchange dan reverse 
osmosis dalam kaitannya dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut 
(suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya, serta lebih 
baik dari proses pengendapan (presipitation) bila dikaitkan dengan 
kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya.
[5] Beranjak dari bahasan di atas, terlihat sangat diperlukan suatu 
kajian teknologi alternatif dalam menangani permasalahan kontaminasi 
logam berat di lingkungan. Dalam review singkat ini penulis akan 
membahas bioremoval ion logam berat dengan menggunakan mikroorganisme,
sebagai salah satu alternatif proses yang dapat dikembangkan.

 

2. Toksisitas logam berat dan standar kesehatannya

Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia 
saat ini. Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena 
akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam,
serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan 
terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi 
memegang peranan penting terhadap peningkatan kontaminasi tersebut.
[6] Suatu organisme akan kronis apabila produk yang dikonsumsikan 
mengandung logam berat. Berikut ini penjelasan singkat menganai logam 
berat dan standar kesehatannya.

Antimony (Sb). Antimony dapat dijumpai secara alamiah di lingkungan 
dalam jumlah yang kecil, tetapi dengan adanya kegiatan industri elemen 
ini dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar. [7] Kuantitasnya di 
lingkungan adalah sebagai berikut; sebagai endapan rata-rata sebesar 
0.03-0.31 ppb, endapan lumpur (Thames, UK) sebesar 1.3-12.7 ppm, 
pada air sungai (Thames, UK) levelnya berkisar 0.09-0.86 ppb, lima 
air sungai Jepang Sb dijumpai sebesar 0.07-0.29 ppb, air danau (Biwa,
Jepang) berkisar 0.09-0.46 ppb, air laut (di perairan China) sebesar 
0.8-0.9 ppb, perairan Jepang sebasar 0.18 ppb, tanah sebesar 4.3-
7.9 ppm, rambut manusia berkisar 0.03-1.63 ppm, ambient partikel 
(didaerah industri Jepang) berkisar 58-1170 ppm. [8] Sifat racun 
antimony setara dengan arsenik dan bismut. Seperti halnya arsenik,
antimony bervalensi tiga lebih beracun dibandingkan dengan antimony 
bervalensi lima.

Arsenik (As). Arsenik diakui sebagai komponen essensial bagi sebagian 
hewan dan tumbuh-tumbuhan, namun demikian arsenik lebih populer dikenal 
sebagai raja racun dibandingkan kapasitasnya sebagai komponen essensial.
Pada permukaan bumi, arsenik berada pada urutan ke-20 sebagai element 
yang berbahaya, ke-14 di lautan, dan unsur ke-12 berbahaya bagi manusia.
Senyawa ini labil dalam bentuk oksida dan tingkat racunnya sama 
seperti yang dimiliki oleh beberapa elemen lainnya, sangat tergantung 
pada bentuk struktur kimianya. Tingkat toksisiti senyawa ini adalah 
arsines > arsenites (inorganik, trivalen) > arsenoxides (organik,
trivalen) > arsenates (inorganik, pentavalen) > methylated arsenik.
Senyawa methylated arsenik memiliki tingkat racun yang sangat rendah 
dibanding dengan senyawa arsenik lainnya. Tingkat racunnya adalah 
monomethylated arsenik (MMA) > dimethylated arsenik (DMA) > trimethylated 
arsenik (TMA) » 0. Arsenik dapat berikatan kuat dengan gugus thiol 
dan protein, menyebabkan penurunan kemampuan koordinasi penggerak,
gangguan pada urat saraf, pernafasan, serta ginjal. Namun demikian,
arsenik tidak menghambat system enzim. Proses alam seperti berbagai 
fluktuasi cuaca mengakibatkan batu-batuan dan gunung berapi memberikan 
kontribusi yang besar ke lingkungan. Disamping itu masuknya arsenik 
ke lingkungan berasal dari sumber-sumber lainnya yang meliputi; pertambangan 
minyak, emas, dan batubara, pembangkit tenaga listrik, pestisida,
keramik, peleburan logam dan pabrik-pabrik pupuk. Di beberapa negara 
Asia, kontaminasi arsenik telah tersebar secara luas seperti yang 
dilaporkan oleh team survey dari Asia Arsenic Network (AAN). Kontaminasi 
ini terus akan berkembang sejalan dengan meningkatnya usaha pengeksplorasian 
berbagai sumber alam di mana arsenik terdapat di dalamnya. Oleh karenanya 
beberapa negara, seperti Jepang dan Jerman pada tahun 1993 telah 
mengubah batas maksimum yang diizinkan untuk kandungan arsenic di 
perairan dari 0,05 menjadi 0.01 ppm, sedangkan bagi Indonesia dan 
negara Asia lainnya angka tersebut masih 0.05 ppm.

Kadmium (Cd). Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang 
berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah.
Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang 
dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara 
prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada 
paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Jumlah 
normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi 
(1700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat 
pertambangan biji seng (Zn). [11] Kadmium lebih mudah diakumulasi 
oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti 
timbal. [12] Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri 
sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi 
pada kesehatan manusia. [5] Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi 
per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μ
g per orang atau 7 μg per kg berat badan. [12]

Kromium (Cr). Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi 
dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi 
hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya.
Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai 
di alam, dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga 
valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah satu material 
organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki sifat racun 
yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan 
tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah, [11,12] dan diperkirakan 
konsumsi harian komponen ini pada manusia di bawah 100 μg, kebanyakan 
berasal dari makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam 
level yang rendah. [12]

Kobal (Co). Logam berat ini memiki tingkat racun yang tinggi terhadap 
tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan memerlukan cairan elemen ini dalam 
konsentrasi tidak lebih dari 1 ppm. Biasanya kobal yang terkandung 
di tanah diperkirakan sebesar 10 ppm, sebagai komponen esensial. 
Dosis kematian (LD50) bagi tikus sebesar 1.3x10-3 mol/kg. [14]

Tembaga (Cu). Tembaga bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada 
konsentrasi larutan di atas 0.1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air 
minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat racun bagi domba pada 
konsentrasi di atas 20 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah 
berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan 
yang sangat kuat dengan material organik dan mineral tanah liat. 
Kehadiran tembaga pada limbah industri biasanya dalam bentuk ion 
bivalen Cu(II) sebagai hydrolytic product. Beberapa industri seperti 
pewarnaan, kertas, minyak, industri pelapisan melepaskan sejumlah 
tembaga yang tidak diharapkan. Tembaga dalam konsentrasi tinggi (22-
750 mg/kg tanah kering) dijumpai pada sedimen di laut Hongkong dan 
jumlah yang sama juga ditemui pada sejumlah pelabuhan-pelabuhan di 
Inggris. [6]

Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat 
dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan 
seluruh sistem biologis. Sumber utama timbal adalah bersal dari komponen 
gugus alkyl timbal yang digunakan sebagai bahan additive bensin. 
Sumber utama timbal adalah makanan dan minuman. [5] Komponen ini 
beracun terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal menunjukkan beracun 
pada sistem saraf, hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi kerja 
ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan oleh WHO 
toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 μg/kg berat badan dan 
untuk bayi atau anak-anak 25 μg/kg berat badan. [12] Mobilitas 
timbal di tanah dan tumbuhan cendrung lambat dengan kadar normalnya 
pada tumbuhan berkisar 0.5-3 ppm. [11]

Merkuri (Hg). Keracunan merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi 
di Minamata, Japan pada tahun 1953. [11] Kontaminasi serius juga 
pernah diukur di sungai Surabaya, Indonesia tahun 1996. [15] Sebagai 
hasil dari kuatnya interaksi antara merkuri dan komponen tanah lainnya,
penggantian bentuk merkuri dari satu bentuk ke bentuk lainnya selain 
gas biasanya sangat lambat. Proses methylisasi merkuri biasanya terjadi 
di alam di bawah kondisi terbatas, membentuk satu dari sekian banyak 
elemen berbahaya, karena dalam bentuk ini merkuri sangat mudah terakumulasi 
pada rantai makanan. Karena berbahaya, penggunaan fungisida alkylmerkuri 
dalam pembenihan tidak diizinkan di banyak negara.

Nikel (Ni). Elemen ini cendrung lebih beracun pada tumbuhan. Selama 
masih mudah di ambil oleh tanaman dari tanah, pembuangan limbah yang 
mengandung nikel masih sangat perlu perhatian kita. Total nikel yang 
terkandung dalam tanah berkisar 5-500 ppm. Konsentrasi pada air tanah 
biasanya berkisar 0.005-0.05 ppm, dan kandungan pada tumbuhan yang 
biasanya tidak lebih dari 1 ppm (kering). [11]

Seng (Zn). Penggunaan elemen ini pada proses galvinasi besi sangat 
luas. Seng biasanya dijumpai pada tanah dengan level 10-300 ppm dengan 
perkiraan kasar rata-rata 30-50 ppm. Lumpur pembuangan biasanya mengandung 
seng dengan kadar tinggi Elemen ini lebih bersifat aktif di tanah.
[11]

Stronsium (Sr). Stronsium bersifat isomorphously menggantikan peranan 
calsium pada tulang dan bahkan lebih aktif dibandingkan dengan kalsium,
serta dapat menyebabkan penyakit Urov (Osteoarthritis Deformans 
Endemica). [12]

Selenium (Se). Selenium merupakan elemen essensial bagi hewan dan 
juga merupakan prioritas utama elemen pencemar yang dapat didegradasi 
pada sistem akuatik. Selenium masuk ke lingkungan secara alami sejalan 
dengan proses kegiatan manusia. Secara normal, selenium timbul pada 
organisme perairan melalui proses perubahan cuaca secara alami. Selenium 
juga masuk ke perairan lingkungan melalui leaching fly-ash serta 
dari limbah produksi pembakaran batubara pada pembangkit-pembangkit 
tenaga listrik di mana selenium terkandung dalam level yang tinggi.
Sebagai contoh, bak penampungan buangan debu batubara yang masuk 
ke danau Belews, NC, mengandung selenium di atas 200 μg Se/L.
[16]

<Bersambung ke bagian 2......>








Reply via email to