Saya forwardkan tulisan sdr. Rovicky Dwi Putrohari salah satu value member 
millis
ini. Semoga bermanfaat.

Oka Widana
Moderator

-------------------------------- Original Message 
---------------------------------
Subject: Is the oil BOOM over ? (3) - The workforce challenge
From:    "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
Date:    Sat, October 28, 2006 12:22 pm
To:      "oka_widana" <[EMAIL PROTECTED]>
-----------------------------------------------------------------------------------

Is the oil BOOM over ? (3) - The workforce

Ditulis oleh Rovicky <http://rovicky.wordpress.com/> on October 26th, 2006

[image: pekerja]
<https://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/pekerja.gif>Setiap
ada BOOM minyak, maka kebutuhan pekerja juga akan meningkat. Ya mesti, lah, 
kalau
akan menjalankan ekplorasi-eksploitasi selalu membutuhkan tenaga manusia. 
Walaupun
begitu teknologi selalu akan menggantikan atau mengurangi jumlahnya. Tetapi 
setiap
kenaikan kebutuhan mendadak maka dipastikan teknologi tertinggal beberapa 
langkah
sehingga kebutuhan tenaga manusia akan dipergunakan untuk mengisinya.

BOOM minyak ditahun 2000-an kali ini merupakan akibat perubahan kompleks tidak
hanya politik atau perang dan embargo saja. Seperti sudah saya sebutkan 
sebelumnya
disini
<http://rovicky.wordpress.com/2006/10/18/is-the-oil-boom-over-1/>bahwa kenaikan
kali ini disebabkan oleh diawali dengan harga yang
*anjlok-njlok*setelah OPEC meningkatkan produksi 10%. Namun kemudian 'disulut 
dengan
perang' dan diberi "*bahan-bakar*" dengan krisis ekonomi dan bencana alam 
Katrina.
*Wis kumplit ta *… persis seperti segitiga api, semua ada ada dan *"BOOM
!"*

Apa saja yg menjadi kekhawatiran serta perhatian para punggawa-punggawa di 
industri
perminyakan ? Coba kita tengok hasil survey dari Grant
Thornton LLP<http://www.grantthornton.com/portal/site/gtcom/>yang
dilansir February 2006 cukup menarik :

Survey of 75 executives from U.S. independent oil and gas companies

   - 89 % respondent mengantisipasi peningkatan pembelanjaan dalam negri ( 
domestic
capital expenditures) di tahun 2006.
   - 89 % mengharapkan kapital lebih (bandingkan 83 % tahun 2005). - 88 %
melaporkan kesulitan mencari service drilling - Rig dll (hanya 70 % tahun 2005).
   - 79 % memperkirakan kesulitan mengamankan kontrak pengeboran di tahun 2006.
   - [image: rekruit]<https://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/job.gif>95 %
mengharapkan peningkatan kepegawaian di perusahaannya di tahun 2006 (hanya 70 %
thn 2005 dan hanya 62.5 di tahun 2004), jelas ada peningkatan kebutuhan pegawai.
   - *84 % memperkirakan adanya kebutuhan peningkatan kompensasi (gaji)
pegawaiannya (tahun 2005 hanya 63 %, dan hanya 35 % pada tahun 2004).* - *65 %
memperkirakan kesulitan mencari pegawai baru (hiring) (naik 20 % dari 2 tahun
sebelumnya).
   **– dua item terakhir yang di bold ini nih yang menarik –**
   *

 Kesulitan mencari pegawai masih dialami banyak perusahaan di sektor migas.
Seorang manager HR di industri MIGAS di Indonesia menyatakan kebutuhan *GGE
(Geologist-Geophysicist-Engineer)* saat ini diperkirakan masih kurang 10-15%.
Bahkan dua bulan lalu, Aramco (Saudi Aramco) mengaku kekurangan 15-20% GGE dalam
seminar HR di KL, Malaysia.

*Mengapa Aramco
<http://www.saudiaramco.com/bvsm/JSP/content/articleDetail.jsp?BV_SessionID=@@@@2107362000.1161874968@@@@&BV_EngineID=ccchaddjdmehlggcefeceefdfnkdfhn.0&datetime=10%2F26%2F06+18%3A03%3A01&SA.channelID=-11770&SA.programID=19298&SA.contentOID=1073765272>(TimTeng)
kekurangan GGE begitu banyak ?*

Aramco beroperasi di Saudi yang tentusaja kita tahu banyak *westerner *(* bule*)
yang akhir-akhir ini enggan bekerja di Timur Tengah. Hal ini tentunya berkaitan
dengan kekawatiran keselamatan bule-bule yang bekerja di TimTeng akibat ancaman
teroris. *Lah iya mesti wae, mosok mau kerjo cari makan buat hidup kok hidupnya 
aja
terancam. Mending kerja dirumah sendiri gitu kali mikirnya.* Disisi lain
Aramco<http://www.arabnews.com/?page=6&section=0&article=74723&d=15&m=12&y=2005>juga
telah mentargetkan menambah jumlah sumur produksi minyaknya hingga 61 %
ditahun 2006 ! Aramco memang memiliki *ambitious
plan*<http://www.saudiaramco.com/bvsm/JSP/content/articleDetail.jsp?BV_SessionID=@@@@2107362000.1161874968@@@@&BV_EngineID=ccchaddjdmehlggcefeceefdfnkdfhn.0&datetime=10%2F26%2F06+18%3A02%3A49&SA.channelID=-1073750274&SA.programID=1073762939&SA.contentOID=1073766687>.
Jelas akan ada kekurangan GGE cukup besar.* *

*"Lah kalau kurang orang trus siapa yang megisi lowongan, Pak Dhe ?" "Sik ta, 
nanti
dijelasin dibelakang, sabar dulu ya, …. udah kepingin, mau ke Arab sana, ya?"*

[image: lulusan
perminyakan]<https://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/lulusan-perminyakan.gif>Kekurangan
geoscientist ini juga dikhawatirkan oleh AAPG (American Assoc of Petroleum
Geologist) dengan kenyataan bahwa ditahun 2005 lebih dari *60% anggotanya 
berumur
diatas 55 tahun <http://dpa.aapg.org/testimonies/2006/02_06rose.cfm> *. Hal ini
disebabkan menurunnya jumlah mahasiswa baru yg mendaftar di bidang geoscience 
pada
waktu krisis tahun 80-an. Ya wajar lah, tahun 1987-an harga migas *anjlok 
*dibawah
20 US$/bbl, semua mahasiswa baru tentunya banyak yang enggan menjadi geologist
maupun menjadi insinyur perminyakan. Grafik di sebalah ini menjelaskan mengapa 
saat
ini dominasi pekerja perminyakan anggota AAPG adalah mereka yang sudah mendekati
tua atau bahkan sudah memasuki usia pensiun.
[image:
trendlinespeakoildepletionscenariosgraph60726.gif]<https://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/trendlinespeakoildepletionscenariosgraph60726.gif>Sementara
itu hampir semua perusahaan minyak dan gas bumi memperkirakan produksi yang
meningkat dalam kurun 2-5 tahun mendatang. Gambar
<http://trendlines.ca/economic.htm#Scenarios>disebelah menunjukkan bagaimana
skenario produksi minyak dunia versi dari beberapa perusahaan minyak dunia ini.

Dengan demikian bisa dipastikan kebutuhan GGE di dunia perminyakan akan 
mengalami
defisit, kalau tidak diantisiapasi sejak dini.



*- "Lantas mesti gimana, Pak Dhe ?"
+ "Ya tergantung kamu sebagai pegawai atau sebagai manager HR atau sebagai
pengusaha migas… psss kalau mau bikin perusahaan minyak ajak Pak Dhe, ya ?" -
"Haiyak Pakdhe niku kan udah melanglang kesana-kemari, bikin** prusahaan aja**
sendiri nape, dhe ?"
+ "bikin sendiri ?… gundulmu amoh … Emangnya bikin usaha itu modalnya pakai 
dengkul
thok apa ? Apalagi prusahaan minyak yng sekali ngebor jutaan dolar" - "Belum 
lagi
kalau yg keluar malah lumpur ya, Dhe"
+" Hust !"
*

Pegawe perminyakan pada umumnya akan menyambut oil BOOM dengan suka cita. *Tapi
kalau BOOMnya berenti gimana ? *
Seperti yg ditulis diatas bahwa BOOM kali ini bukan sekedar akibat embargo 
seperti
tahun 1980-an. Saat ini kebutuhan pekerja GGE yang masuk dalam *"core 
bussiness"*
(bisanis inti) dari perusahaan masih tergolong langka. Bahkan tercatat secara
global masih kekurangan 10,% dari kondisi "wajar", masih cukup lumayan besar. 
Harus
disadari juga bahwa nantinya teknologi seringkali mengejar pada akhirnya. Untuk
kali ini saya kira mungkin kesulitan ini masih akan bertahan selama 2 tahun 
lagi.

Setelah itu … wah apa saja mungkin terjadi. Bisa jadi nantinya *workforce *di
perminyakan tambah langka, namun bisa jadi terpenuhi oleh teknologi. Kalau 
dahulu
membuat peta memerlukan 3 orang, saat menggunakan *tekno *mungkin cukup seorang
saja yang dilengkapi peralatan (*high tech computing etc*).

*- "**Kalau untuk seorang manager mestinya gimana, Pakdhe ?"
+ " Haiyak, kamu emang dah manajer ?"*

Bagi manajer HR maupun manajer technical, perlu berhati-hati dalam *ngangon 
bebek*
"memelihara" anak buahnya. Saat ini *trend *di dunia minyak sudah banyak 
bergeser
dari *permanent employee* (ini *maksudte *pegawai tetap) menjadi "*onboard
employee*", yaitu pegawai yang bekerja di lingkungan kumpeni ini tetapi mereka
bukan permanen employee. Ada yang *direct contract * ada juga yang bahkan 
memilih
lewat "*third party body shop*" - perusahaan penyuplay tenaga kerja. Mereka
(pekerja) ini bekerja di kantor kita tetapi mereka menginginkan kebebasannya
sendiri, sehingga opsi-opsi kepegawaian harus dibuka dalam beberapa ragam.

Di Majalah World Energy awal tahun ini, Bruce Crager, CEO (Inteq
Engineering) menuliskan adanya trend pergerakan kepegawaian dari permanen staff
atau contract <http://www.worldenergysource.com/>. Bahkan Bruce menjelaskan mana
yang menguntungkan perusahaan dan bagaimana sebaiknya bagi si pegawai. *Pssst ….
ini bocoran bagi pekerja nih …* Bruce memberikan angka yang mungkin perlu
diketahui.

*… A contract employee also assumes acquisition of his or her own benefits and 
may
have to make 1.5 to 2 times an annual base salary to make up for the cost of
benefits, lack of bonus and coverage of nonworking periods.*

*+"ini maksudnya kalau ada rekan kamu bekerja dengan term kontrak, dan gajinya
1.5-2 kali lipat darimu yg permanen staff jangan ngiri, sakjane itu podo wae
[image: ;)] " *

Tetapi bagi HR perusahaan yang seringkali terpenting adalah "*employee related
cost*" (biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kepegawaian) seharusnya tidak
banyak berubah, komponen serta komposisi bisa diatur-atur lah, asalkan total 
biaya
perusahaan tidak berubah. Walaupun begitu, harus diingat bahwa survey Grant
Torhthon diatas mengindikasikan akan adanya kenaikan kompensasi pegawai seperti
yang aku sitir diatas itu. Hal kenaikan remunerasi (kompensasi) ini sangat 
mungkin
disebabkan kelangkaan pekerja di sektor perminyakan. *Pegawai perminyakan ini
sedang jadi belalang, sedang naik daun [image: :)] *. Kalau ngga hati-hati
*nangkep*nya *
belalang-belalang* ini akan loncat mencari daun yang hijau, apalagi mereka
kebanyakan masih berfilosofi "daun rumput tetangga lebih hijau".

Kekhawatiran secara global akan kekurangan pegawai ini tentunya ditambah dengan
kesulitan mobilitas (akses) dari pegawai-pegawai barat (*bule*). Lokasi bekerja
menjadi satu hal yg penting. Apalagi seperti adanya kekhawatiran tentang 
keamanan
di lokasi geografi tertentu.
Perusahaan-perusahaan besar dunia mungkin agak sedikit mudah karena memilki
"*global resources management*", dimana pengaturan pekerjanya diatur secara 
global.
Pekerjaan interpretasi daerah di Nigeria dapat dilakukan di Houston, pekerjaan 
data
entry dilakukan di India dsb. Namun bagi perusahaan kecil (lokal) harus
bermain-main dengan komponen remunerasi, employement type, sistem bonus 
produksi,
*retention* bonus dll.

*Pekerja perminyakan Indonesia ini sangat tangguh ! *

Pekerja Indonesia biasanya lebih "*berani*", karena sering membaca berita 
tentang
pandangan dunia pada negaranya, bagaimana Indonesia juga
disebut-sebut sebagai daerah yg berisiko tinggi. Toh mereka masih hidup juga di
Indonesia [image: :)] . Kekhawatiran itu memang kadang dibesar-besarkan.
Kekhawatiran bekerje di Indonesia bukan trus konsen soal Aceh yg dulu rawan GAM,
toh juga bukan bekerja di Ambon, juga bukan bekerja di Papua. Tetapi di Jakarta 
jga
memilki risiko sendiri (*risk* hidup di kota besar) dan mereka sudah terbiasa
dengan hidup seperti itu. Akhirnya saat ini banyak
pekerja-pekerja Indonesia yang berani dan tersebar di segala penjuru dunia 
dengan
segala "*daya tarik*"nya.

Pekerja-pekerja Indonesia ini pada umumnya "*well trained*", mereka sudah cukup
tinggi skill-nya. Sehingga para "*employer*" (perusahaan yang mempekerjakan) ini
sudah tidak perlu lagi men-training mereka. Persis pasukan *para-commando*, bisa
terjun payung dan langsung bisa nembak di daerah lawan … *dor *!.

Ada hal lain mengapa Indonesia menjadi pensuplay tenaga Geoscientist secara 
umum.
Pada tahun 1980-an krisis ini membuat jurusan geologi terutama perminyakan tidak
laku. Bahkan tercatat beberapa fakultas geologi yang tutup karena kurang 
peminat.
Namun tidak untuk Indonesia. Bahkan jurusan geoscience bertambah dengan 
munculnya
program studi Geologi (kelautan) di Undip, ITS dan juga jurusan geologi yang ada
(UGM ITB, UPN, UNPAD dll) masih menerima mahasiswa baru.

Tidak ada yang menyangka bahwa saat ini lulusan geologi banyak diminati. Dan 
saat
ini Indonesia menjadi sumber tenaga kerja geoscience dari Asia Tenggara (bahkan
mungkin seluruh Asia). Apakah ini akan berkelanjutan ? *No one knows * ! , *lah
kalau kayak aku dulu malah susah, masuk tahun 1981 pas harga tinggi, lulus tahun
1987 pas harga anjlok … blaik !*
*Apa saja daya tarik-nya*

*Gaji*
[image: range.jpg]
<http://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/range.jpg>Wah ini sudah jelas. 
Karena
krisis ekonomi di Indonesia yang menyebabkan
nilai rupiah anjlok, peristiwa yang sangat menohok. Pekerja-pekerja perminyakan 
ini
tentusaja akan mencari kerja di luar Indonesia karena mengejar mata uang yang
kokoh, Gaji US$. Bahkan mereka yang bekerja di Saudi Aramco mensetarakan gajinya
dengan rate Poundsterling ! weleh-weleh [image: ;)]

*- "Salah satunya juga dengan ringgit Malaysia ya Pakdhe, wah pantes Pak Dhe 
kesana
ga mau balik"
+ "Wah, nyindir terus deh" ;(*

Disebelah ini range salary GGE yang bekerja di KualaLumpur yang saya lakukan
pertengahan hingga akhir 2005 hingga . Survey ini diambil secara acak, dan 
karena
bukan merupakan survey sistematis maka kemungkinan eror sekitar 20%. Artinya ada
yangg perkiraan *salary*-nya meleset 20%.

Yang cukup menarik dari survey itu adalah mereka yang ke KL dapat dibagi dua
kelompok, rata-rata yg sudah diatas 15 tahun dan dibawah 10 tahun. Mungkin bisa
ditarik kesimpulan mereka yang berpengalaman disekitar 10-15 tahun saat ini 
sedang
menduduki jabatan managerial yang biasanya sulit atau enggan berpindah dari
Indonesia. Mereka yang berpengalaman 5-10 tahun ini biasanya yang "merasa" sudah
mandiri dan mereka adalah pekerja keras yang "berani" mengadu nasib. Sedangkan 
yg
berpengalaman diatas sekitar 20 tahun adalah mereka-mereka yang sudah 
mendapatkan
pensiun dini, atau mendapat pesangon dari perusahaan sebelumnya. Sehingga mereka
yang pengalaman diatas 20 tahun ini akan merasa nyaman hidup santai di Kuala
Lumpur.

*Lifestyle*
Mencari hidup yang mudah. Semua berada di Jakarta, ya hampir semua perusahaan
minyak di Indonesia ini berlokasi kantor di Jakarta yg rasanya penataannya 
semakin
ruwet saja. Hidup di Jakarta ini jelas tidak mudah. Bagi mereka (GGE) yang
sebelumnya hidup di Balikpapan maupun Duri (Riau) jelas tidak mudah. 
Mereka-mereka
ini akan lebih nyaman hidup di Kualalumpur, bahkan beberapa orang GGE Indonesia
sudah mulai merasa nyaman hidup di Eropa (Itali, Perancis, Spanyol, Belanda 
dll),
bahkan sudah ada yg dengan senang hati bekerja di Afrika (Nigeria, Sudan, 
Lybia).
Mereka bekerja disana bukan karena *"on-asignment*", mereka melamar pekerjaan
disana dan dipekerjakan disana atas inisiatipnya sendiri.

*Braindrain ?
*Ah apa iya mereka ndak kepingin pulang. Apa mereka *ngga *inget lagunya Ebiet
"*aku ingin pulang*" atau lagu Koesploes "*ke Jakarta aku, kan kembali iii …*".
Jangan banyak berharap mereka akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat lah. 
Trus
apa indikasi kenyamanan mereka ini ?. Salah satunya beberapa GGE ini ada yg 
mulai
membeli property di negara-negara tempat kerjanya, bahkan sudah banyak yg
memeprsiapkan anak-anaknya untuk sekolah dan nantinya bekerja dan hidup 
dirantau.
Kewarganegaraan itu urusan kedua, bahkan terkesan hanya urusan administrasi 
saja.
Asalkan setiap tahun masih bisa balik kampung, dan memiliki passport beres, dah 
!.

Bagi negara (pemerintahan) memang fenomena "braindrain" sudah terjadi sejak 
dahulu.
Hilangnya pemikir-pemikir ini pernah menjadi konsen berat di Malaysia tiga tahun
lalu. Waktu itu menteri tenaga kerjanya sempat membuat kebijakan untuk mengambil
kembali pekerja-pekerja profesional Malaysian di LN untuk kembali ke Malaysia.
Namun usaha ini sepertinya gagal. Dari kawan-kawan di malaysia menyatakan bahwa
ternyata mereka dahulunya dijanjikan untuk memperoleh gaji/remunerasi sama 
seperti
saat di LM (luar malaysia) tidak terpenuhi. Kecemburuan sosial malah menjadi 
issue
tiga tahun lalu.

Malaysia tahun lalu sangat terpukul dengan braindrain ini. Lebih dari seratus
pegawai Petronas GGE (Geologist-geophysicist-engineer) hengkang ke Middle East 
dan
sekitarnya dalam waktu satu tahun saja !. Siapa yang mengisi lowongan ini, siapa
lagi kalau bukan GGE Indonesia. Hingga tahun ini, di KL sudah tercatat sekitar 
200
orang GGE Indonesia dengan pengalaman kerja rata-rata 10-15 tahun. Artinya 
mereka
sudah tidak memerlukan training lagi untuk mampu bekerja. Siapa yang membiayai
training mereka dulu di Indonesia ?* (hupst ! … dulu kan pakai term "cost
recovery", artinya yg mendidik kan Indonesia).*

[image:
by-profession.jpg]<http://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/by-profession.jpg>Grafik
disebelah merupakan statistik anggota IATMI-KL awal tahun ini. dengan jumlah 
lebih
dari 120 orang. Untuk saat ini jelas sudah sekitar 200 orang GGE Indonesian yang
bekerja di Malaysia. Harap diingat yang masuk survey GGE oleh IAMI KL ini 
hanyalah
mereka yang setingkat sarjana. Sedangkan yg setingkat operator, waddduh akan
mengagetkan anda pasti. Mereka yang di Malaysia ini juga banyak yang bekerja di
Kertih, Trengganu, Miri. Bahkan banyak yang bekerja di Johor untuk konstruksi
anjungan serta pembuatan fasilitas produksi.

Panjang ceriteranya kalau ngomongin soal *brain-drain* ini. Karena disatu sisi
Indonesia juga masih belum menjanjikan pekerjaan. Ungkapan Wapres Jusuf Kalla
(Republika, 21 Oktober 2006) sangat jelas menunjukkan pengangguran masih
tinggi<http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=269384&kat_id=3>. Jadi ya 
ada
sedikit bersyukur mereka mendapat pekerjaan di LN.
Apakah iya begitu ?
Ah, tapi mereka ini justru yang berpotensi dan pekerja keras …
Silahkan saja berdebat untung ruginya dengan *braindrain *ini ntah bagi pekerja,
bagi perusahaan, bagi negara … silahkan dengan tolok ukur masing-masing.

Tetapi saya rasa masalah tenaga kerja ini semestinya menjadi konsen setiap
pemerintahan. Lah iya, kalau enggak ngapain setiap negara memiliki menteri 
tenaga
kerja yang lengkap dengan jajaran departemennya.

*Mencari pengalaman*.
Saat ini dunia global sudah bukan hal aneh. Apalagi bagi para pekerja 
perminyakan
ini. Mereka kebanyakan sebelumnya (pernah) bekerja dibawah bendera perusahaan 
asing
yg beroperasi di Indonesia. Sehingga mata mereka sangat melek terhadap dunia 
luar.
Keinginan mencicipi menjadi "*expatriate*" sangat kental sekali. Pada umumnya,
orang Indonesia ini sangat bangga apabila bisa bekerja di luarnegeri. Bekerja di
luarnegeri merupakan prestasi, sehingga merupakan sebuah simbol kesuksesan yang
harus dikejar.

Perusahaan yg memilki "*cabang*" operasi di LN tentunya dapat memanfaatkan 
bisnis
unitnya untuk tetap mempertahankan pekerjanya supaya betah bekerja dengan
perusahaannya. Orang-orang Indonesia yg berprestasi ditahan dengan sesekali 
dikirim
ke LN. Bagi perusahaan lokal tentunya tidak mudah, merka harus jeli menahan
pegawainya. Term kontrak kerja barangkali akan menjadi minat pekerja-pekerja 
ini.
Sesekali perlu mengirim mereka ke LN untuk mengikuti training atau seminar 
mungkin
akan sedikit membantu "menahan" kepergiannya.

Sepertinya tantangan fluktuasi tenaga kerja di dunia perminyakan ini bukan hanya
untuk pegawai, tetapi juga buat HR manager, pengusaha dan bahkan mungkin negara.

[image: dream.gif] <http://rovicky.wordpress.com/files/2006/10/dream.gif>*- "Lah
Pakdhe juga ngapain, kok konsen soal tenaga kerja ini ?"
+ "Lah pakdhe sekarang masih pegawe, sebentar lagi jadi manajer, trus siapa tahu
nanti aku diangkat jadi penasehat negara ..?"*

*-"Walah Pakdhe, … bangun Pakdhe … mbok jangan ngimpi terusss"
*

Sumber ilustrasi : AAPG <http://www.aapg.org/>,
Trendline<http://www.trendlines.ca/>,



[Non-text portions of this message have been removed]



=========================
Moto: Email Kritik atau dikritiki?!? Hari gini, siapa Takut! 
-------------------------
FYI: Join Milis AKI di www.Friendster.com, caranya tinggal add email address 
[EMAIL PROTECTED] di bagian User Search. Anda bisa melihat profile Members, 
biodata dan komentar2 dari teman2 mereka.
-------------------------
Setting Milis AKI :

Digest: [EMAIL PROTECTED]
Normal: [EMAIL PROTECTED]

Untuk meminta bantuan, pertanyaan, perkenalan email kirim ke:
[EMAIL PROTECTED]

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke