Seperti apa yang saya tuliskan terdahulu bahwa mengelola keuangan keluarga juga 
banyak ragamnya. Ada keluarga yang sederhana hanya mengandalkan gaji bulanan, 
ada juga keluarga  yang tidak lagi bekerja untuk uang tapi bagaimana uang 
bekerja untuk dirinya.

Pun demikian semua tidak bisa menghilangkan sifat dasar dari pengelolaan uang 
itu sendiri yakni harus ada income untuk keluarga dan ini sama saja untuk 
negara.... harus ada income untuk negara sebagai kekayaan kita bersama sebagai 
anak bangsa.

Jika anggota keluarga  giat bertransaksi layanan barang dan jasa secara 
internal dan kita memberinya tanda dengan rupiah atau kupon ini sama saja. Jika 
kemuadian salah seorang anak  (sia A) bertransaksi dengan anggota keluarga lain 
atau dengan negara lain maka anak itu akan mendapatkan uang. Uang ini bisa 
disimpen kepala keluarga untuk ditukarkan dengan kupon untuk memenuhi kebutuhan 
si A dalam keluarga. Bisa juga disimpan di bank atas nama anak  (sia A) itu 
sendiri.

Ketika ada anak lain (si B) yang mencoba menukarkan kuponnya pada orang tuanya 
untuk membeli bahan baku yang harus dibeli dari luar dengan 'uang', si orang 
tua tidak tersedia  'uang' karena sia A  menyimpannya di bank atau diluar 
keluarga.

Kejadian ini tentunya berbeda kalau si A menyimpannya pada ayah. Ayah tidak 
perlu berhutang untuk memenuhi kebutuhan si B akan 'uang' yang berlaku di 
luaran. Kupon ini akan digunakan lagi oleh A manakala ia berhasil menjual lagi 
hasil produknya keluar keluarga. Demikian seterusnya.

Model dasar ini tidak akan berubah, bagaimanapun juga bentuk derivative 
transaksi yang mungkin bisa direkayasa manusia. Dan ini bisa menjelaskan uang 
parkir diluar negeri itu masalah bagi bangsa ini.

Salam

RM





Kirim email ke