Apakah yg diceritakan ini adalah real case di btel?

Rgds, dani
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Muluk Wijaya <muluk_wij...@yahoo.co.id>
Date: Mon, 28 Sep 2009 22:00:12 
To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
Subject: Bls: [Keuangan] OOT: Penganggur Bergelar

Kepada rekan milis,
 
Memang dilematis dan ada benarnya juga sih hampir 99 % lowongan pekerjaan 
perusahaan besar baik lokal swasta maupun negeri mensyaratkan pendidikan 
minimal bergelar S1 dan sekurangnya D3, apalagi untuk perusahaan asing lebih 
mengutamakan ada sarjana plus MBA dari universitas terkemuka disamping tentu 
saja potensi, kemampuan, pengalaman, dsbnya.
 
Sekedar salah satu contoh kebetulan saat ini saya bekerja sebagai staf disalah 
satu perusahaan konglomerat besar yang bergerak hampir disegala bidang di 
Indonesia. Terus terang saya sangat salut sekali ketika saya membaca profil 
jajaran dewan direksi dan komisarisnya, ada salah seorang yang menjabat sebagai 
dewan direksi (direktur/presdir) plus merangkap komisaris diberbagai perusahaan 
induk maupun anak perusahaannya " dengan hanya bergelar S1 " dari Perguruan 
Tinggi Swasta tanpa embel-embel lainnya jika dibandingkan dengan para direksi 
lainnya yang lulusan universitas negeri terkemuka di Indonesia, plus dengan 
gelar magister lokal dan master luar negeri (usa, inggris, australia, jerman) 
apalagi dengan direksi asing lainnya yang sudah pasti lulusan universitas 
terbaik dinegerinya (harvard, oxford, dsbnya). Justru karena potensi  dan 
segudang plus-plus lain yang dimiliki dirinya hingga beliau berhasil menduduki 
berbagai level
 tertinggi eksekutif tersebut.
 
Dengan demikian potensi seseorang tidak bisa diukur dengan gelar tetapi 
Kemauan, Kemampuan, Keuangan dan Kesempatan plus Keberuntungan. Maka 
bersyukurlah orang-orang yang dikarunia 5K itu semua tinggal memanfaatkan dan 
mengelolanya dengan baik. Dan bagi yang masih belum mencapai itu semua tetap 
berusaha dan berdoa ..Semoga Tuhan selalu menyertai usaha dan doa 
anda....(termasuk saya juga ^_^)
 
Salam,
 
MWI

--- Pada Ming, 27/9/09, Reza P <rezap...@yahoo.com.sg> menulis:


Dari: Reza P <rezap...@yahoo.com.sg>
Judul: Bls: [Keuangan] OOT: Penganggur Bergelar
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 27 September, 2009, 1:22 PM


  



Ketika membaca tulisan dibawah saya juga tersentil, karena saat ini sedang 
menyiapkan aplikasi MBA untuk meningkatkan karir. Saya pikir memang beberapa 
pekerjaan membutuhkan gelar sebagai persyaratan yang harus dipenuhi dan tidak 
ada yang salah jika memang berusaha meningkatkan kemampuan lalu mendapatkan 
gelar sebagai bonus. 

Yang cukup menyedihkan adalah ketika sedang dalam tugas merekrut karyawan baru, 
saya menemui beberapa kandidat mengirimkan ijazah palsu. Kalau yang gelarnya 
banyak tapi gagal membuktikan kualifikasinya sih sudah biasa.Celakanya jika 
yang demikian direkrut, berapapun investasi yang dibuat untuk mengembangkannya, 
bisa dipastikan ROI-nya negatif dan mempersulit justifikasi pengembangan 
karyawan lain karena dianggap tidak layak secara keuangan.

Salam,
Reza

________________________________
Dari: anton ms wardhana <ari.am...@gmail. com>
Kepada: ahlikeuangan- indonesia <AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com>
Terkirim: Sabtu, 26 September, 2009 14:46:24
Judul: [Keuangan] OOT: Penganggur Bergelar

entah kenapa tapi menurut saya tulisan di bawah ini benar

bukan jarang kita dengar dari orang tua kita (atau orang tuanya orang tua
kita deeh kalo ente merasa masih muda ;p) bahwa jaman dulu orang sangat
menghargai titel yang disandang: apakah dia Kanjeng Raden Mas Tumenggung,
Gusti Pangeran Bendoro Haryo, atau mungkin gelar keningratan atau kesukuan
lain (maaf saya ngga berani ambil contoh lain --takut salah) atau mungkin
Doktorandus, Diploma Ingenieur, Master Ingenieur dll dll

Hampir sama saja, sekarang pun kita "berjuang" keras untuk mendapatkan titel
akademis S.E, S.H, S.T.. atau lebih lebih M.M, M.B.A atau yang ingin
mendapatkan titel profesional seperti Ak., BAP atau CPA, CMA, BKP, ChFC
untuk dunia keuangan.. engga tau kalo dunia yang lain.. Dk.P (dukun pijat),
Dk.By (dukun bayi), Th.P (Thay Pak = Dukun Alam Gaib) ah udah ah.. takut
salah.. ;p

*BR,*
*Sdr (Saudara) Ari AMS, J.Ng (Juara Ngecap), M.P (Master of Puppet), C.Alm
(Calon Almarhum)*

http://cetak. kompas..com/ read/xml/ %202009/09/ 24/02422099/ penganggur. 
bergelar

*Penganggur Bergelar*Kamis, 24 September 2009 | 02:42 WIBSatryo Soemantri
Brodjonegoro Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, penganggur yang sarjana
telah mencapai lebih dari 600.000. Keadaan ini jauh lebih berbahaya daripada
penganggur yang bukan sarjana karena dapat menimbulkan masalah sosial.
Berbagai
upaya telah ditempuh guna mengatasi hal ini, tetapi tiap tahun angka
pengangguran meningkat. Beberapa pihak lalu mencari kambing hitam penyebab
pengangguran massal tersebut. Tanggalkan gelar Masyarakat kita sudah
terbius dengan kehausan akan gelar. Setiap orang ingin mempunyai gelar
sebanyak mungkin, ada yang melalui pendidikan, ada yang membeli gelar.
Seolah seseorang menjadi tidak berharga jika tidak mempunyai gelar. Hanya
masyarakat miskin yang tidak mempunyai gelar karena tidak mampu membayar
pendidikan dan tidak mampu membeli gelar. Perguruan tinggi menangkap gejala
ini dengan menyediakan berbagai layanan untuk mendapatkan gelar, baik
melalui pendidikan sebenarnya maupun seadanya, bahkan dengan menjual gelar.
Perguruan tinggi membutuhkan uang, sedangkan masyarakat yang mampu akan rela
membayar untuk mendapatkan gelar. Maka, terjadilah perpaduan yang
menyesatkan. Mudahnya memperoleh gelar membuat masyarakat berduyun- duyun
”lulus” dari perguruan tinggi dengan menyandang gelar tanpa dibarengi
keahlian atau kompetensi. Ketika mencari peluang kerja, mereka tidak
memenuhi syarat sehingga terjadilah penganggur bergelar. Seharusnya mereka
segera menanggalkan gelarnya karena tidak bermanfaat sama sekali.
Penjenjangan Perusahaan swasta dan industri menerapkan pola rekrutmen
pegawai berdasarkan kemampuan/kompetens i, tidak semata- mata berdasarkan
gelar. Para calon pegawai ketat diseleksi secara ketat melalui uji
kemampuan/kompetens i disesuaikan jenis pekerjaan yang akan ditangani. Adapun
untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS), seleksi hanya dilakukan terhadap
gelar yang dimiliki calon pegawai, tanpa ada uji kemampuan/kompetens i.
Karena sebagian besar masyarakat masih amat ingin menjadi PNS, mereka semua
memburu gelar dengan berbagai cara, termasuk dengan memalsukan ijazah.
Penjenjangan
karier di PNS juga hanya memerhatikan masa kerja dan gelar. Bagi mereka yang
sudah bergelar S-2 atau magister akan dapat dipromosi ke golongan lebih
tinggi, bahkan bagi mereka yang sudah bergelar S-3 atau doktor dapat
dipromosi ke golongan tertinggi. Badan Kepegawaian Negara dan Kantor Menneg
PAN menganggap para penyandang gelar itu mempunyai kemampuan memadai.
Padahal, kenyataannya mereka hanya memburu gelar melalui berbagai cara,
termasuk cara tidak wajar, yaitu membeli gelar atau mengikuti kelas jauh,
kelas eksekutif, kelas Sabtu-Minggu, kelas paralel, kelas ekstensi, dan
berbagai macam nama lain. Lengkap sudah kekalutan yang ada di Indonesia ini
tentang gelar. Masyarakat amat terbius dengan gelar, pendidikan hanya
sebatas formalitas untuk memberi gelar para ”lulusan” dan sistem kepegawaian
kita terjebak gelar. Berikan contoh Bagaimana mengatasi hal ini? Mudah
sekali. Mulai hari ini kita semua menanggalkan semua gelar yang tercantum di
kartu nama, papan nama, foto, surat menyurat, undangan, panggilan pada acara
resmi, dan lainnya. Mulai hari ini kita semua hanya menggunakan nama
masing- masing yang sudah diberikan oleh orangtua sebagai suatu amanah. Nama
sudah amat membanggakan seandainya kita memiliki keahlian, sedangkan gelar
sama sekali tidak memberi nilai tambah terhadap keahlian. Jika semua orang
tidak menggunakan gelar, termasuk para pemimpin, masyarakat akan menjadi
lebih realistis dan tidak lagi terbius oleh gelar. Mudah-mudahan, setelah
itu mereka semua mencari keahlian dan perguruan tinggi akan memberi keahlian
kepada lulusan, dan akhirnya penganggur bergelar akan berubah menjadi
pekerja ataupun pemberdaya yang andal. *Satryo Soemantri Brodjonegoro *
*Guru Besar Toyohashi University of Technology; Mantan Dirjen Dikti* --

-----
save a tree.. please don't print this email unless you really need to

[Non-text portions of this message have been removed]


. 
















      Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke