Mungkin yg perlu diperhatikan juga adalah jangan sampai kita terjebak dalam spekulasi harga CPO yg bisa membuat pasar dunia oversupply dan efek ke belakangnya adalah jatuhnya harga. sedikit perbandingan harga komoditas di tahun 2008 yg meroket akibat spekulasi dan membuat gelembung yg akhirnya pecah di september-november 2008. Value-added bisa saja berarti inovasi menemukan manfaat baru dari CPO yang bisa mendorong terus tumbuhnya industri hilir yang baru. btw salam kenal buat smua anggota milis ( masih new bee dan mohon bimbingan dari senior-senior )
________________________________ From: dyahanggitasari <dyahanggitas...@yahoo.com> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Wed, January 27, 2010 12:41:16 PM Subject: Re: [Keuangan] AC-FTA Dongkrak Ekspor CPO RI ke China --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Agung Bayu Purwoko <agungpurwoko@ ...> wrote: > > gak perlu ACFTA untuk meningkatkan ekspor CPO ke China. > Yang dibutuhkan Indonesia adalah industri hilir CPO untuk menyerap tenaga > > kerja dan meningkatkan value added. Bagaimanapun, Indonesia masih pasar > terbesar.... . Pada tahun 2008, kapasitas produksi CPO di Indonesia sudah mencapai 19.2 juta ton yang berarti telah menjadikan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Pada tahun 2020 ditargetkan produksi CPO di Indonesia mencapai 40 juta ton atau dua kali dari sekarang dan tentu akan meninggalkan jauh Malaysia yang sudah mentok lahannya yang akan menjadikan Indonesia sebagai Arab Saudinya minyak kelapa sawit dunia. Target ini akan bisa tercapai tentu jika memperoleh pasar yang baik agar perkebunan dan pengolahannya bisa terus maju berkembang (riset, peningkatan produktivitas) dan China merupakan suatu kesempatan dengan jumlah penduduknya yang raksasa dan ekonominya yang melesat. Industri CPO adalah industri yang bersifat terbaharui jadi akan bisa dipanen terus menerus asalkan perawatannya baik dan berbeda dengan industri penambangan yang suatu saat akan habis. Tentunya industri hilir perlu pula didorong agar bisa bersaing dan ini mungkin karena industri hilir kelapa sawit bukanlah industri padat tenaga kerja. Pabrik yang efisien didukung iklim bisnis yang kondusif akan membuat industri hilir ini mampu bersaing. Meskipun demikian tentu industri hilir saja tidak akan muat menampung muntahan kapasitas produksi CPO kita yang terus melesat naik. Dua duanya perlu didukung dan bisa saling bersinergi. Apalagi negara negara Asia seperti China dan India tidak terlalu rewel dalam hal impor CPO dibanding negara negara barat. [Non-text portions of this message have been removed]