Fiksi dan Semiotika Umberto Eco
-------------------------------
---Anwar Holid


UMBERTO ECO merupakan salah seorang novelis kontemporer paling terkemuka di 
dunia. Novelnya The Name of the Rose legendaris dan mengukuhkan dirinya sebagai 
penulis utama sastra posmodern. Sebagai bestseller terbitan 1983 di Italia, 
buku itu masih mudah dijumpai dan jadi salah satu standar fiksi jenis thriller. 
Hampir semua kritik mengakui bahwa The Name of the Rose merupakan karya dia 
yang paling terkenal sekaligus enak dinikmati, sebab novel itu bisa tampil 
sebagai karya yang bermanfaat dan menghibur pembaca.

Namun bagi sebagian pihak lain, Eco merupakan filosof ahli semiotika---sains 
tentang tanda dan simbol. Di kedua ranah tersebut dia sama-sama terkemuka, 
hingga sulit menentukan apa dia lebih terkenal sebagai novelis atau 
cendekiawan. Sebenarnya di luar itu dia juga ahli sastra dan Abad Pertengahan, 
kritikus budaya populer yang produktif dan tajam. Namun lebih dari itu, 
sejumlah karyanya memberi sumbangan amat penting dan karena itu berpengaruh 
kuat di ranah masing-masing.

The Name of the Rose juga sukses diadaptasi sebagai film pada 1986, arahan 
Jean-Jacques Annaud, dibintangi Sean Connery sebagai William of Baskerville dan 
Christian Slater sebagai Adso of Melk. William dan Adso ini dua tokoh utama 
upaya pembongkaran misteri rangkaian pembunuhan brutal yang terjadi di biara di 
Abad Pertengahan, persisnya tahun 1327. Di zaman yang begitu lama berselang 
itu, Eco bisa mengubahnya jadi pertunjukan kisah yang mencekam, misterius, 
sekaligus merupakan petualangan detektif memecahkan persoalan pelik melibatkan 
masalah iman (ketuhanan), bidah, dan logika. Eco memadukan unsur sejarah, 
agama, dan sastra sebagai teka-teki berisiko tinggi. 

UMBERTO ECO lahir pada 5 Januari 1932 dari keluarga besar di Alessandria, kota 
kecil di wilayah Piedmont, yang beribu kota di Turin---markas klub sepakbola 
Italia legendaris Juventus. Ayahnya punya tiga belas saudara. Menurut situs 
themodernword.com, nama keluarga Umberto, yaitu Eco, merupakan akronim dari ex 
caelis oblatus, bahasa Latin yang artinya "bingkisan dari surga." Nama itu 
berasal dari kakeknya yang lahir tanpa diketahui orang tuanya, dirawat di panti 
asuhan, dan oleh petugas kependudukan diberi nama demikian. Ayahnya, Guilio, 
sebenarnya ingin Umberto jadi pengacara, tapi dia rupanya lebih tertarik pada 
filsafat dan sastra.

Waktu Perang Dunia II berkecamuk, dia dan ibunya, Giovanna, pindah ke desa di 
kaki pegunungan Piedmontese, sementara ayahnya dipanggil ikut wajib militer. Di 
desa itu Umberto mendapat pendidikan dasar dari ordo Salesian (didirikan oleh 
Santo Francis de Sales pada 1845), yang mengabdikan diri di bidang pendidikan. 
Dari sanalah Umberto mula-mula tertarik pada segala yang terkait dengan Abad 
Pertengahan. Komentarnya tentang zaman antara akhir Kekaisaran Romawi di abad 
ke-5 hingga awal 15 itu: "Di sana ada skema/bagan rasional sederhana tentang 
bagaimana mestinya suatu keindahan hadir, di sisi lain ada kehidupan seni 
inspiratif dan intuitif dengan bentuk dan kedalaman dialektikanya---seolah-olah 
kedua-duanya merupakan irisan dari permukaan kaca satu sama lain." Maka di 
Universitas Turin dia kuliah jurusan filsafat Abad Pertengahan dan sastra 
sampai menjadi doktor pada 1954. Namun suatu krisis iman yang terjadi padanya 
selama masa itu menyebabkan dirinya
 keluar dari Gereja Katolik Roma. 

Umberto, yang dahulu pernah menggunakan nama alias Dedalus, sebentar bekerja di 
radio pemerintah, RAI (Radiotelevisione Italiana) sebagai editor program 
budaya, bareng nyambi sebagai dosen di alma maternya. Selama kerja di RAI dia 
berkawan dengan Gruppo 63 yang berisi seniman, perupa, pemusik, dan penulis 
avant-garde. Gruppo 63 berpengaruh penting dalam karir kepenulisan Umberto, 
karena di sini dia memantapkan pendalaman terhadap studi Abad Pertengahan, 
terlebih-lebih ketika dia menerbitkan buku pertamanya Il problema estetico di 
San Tommaso (1956), risalah tentang estetika menurut Thomas Aquinas, yang kelak 
dia kembangkan sebagai tesis. Begitu lulus jadi doktor, dia memulai karir 
sebagai dosen, mengembangkan riset serta studi kajian sastra dan penulis.

Dia mengukuhkan diri sebagai ahli Abad Pertengahan tiada banding berkat 
Sviluppo dell'estetica medievale (1959). Dua buku ini membuatnya malang 
melintang sebagai dosen estetika dan semiotika di berbagai universitas Italia, 
dan hingga kini kerap diundang jadi dosen tamu di sejumlah universitas Amerika 
Serikat. Setelah kira-kira 15 tahun mengabdi, dia dilantik jadi profesor 
semiotika pada 1971 di Universitas Bologna. Menerima lebih dari 30 gelar doktor 
honoris causa dari berbagai universitas di dunia, kini Umberto Eco jadi 
Presiden Scuola Superiore di Studi Umanistici, Universita Bologna. Prestasi 
Umberto membuktikan pada sang ayah bahwa ia tepat memilih sastra. 

**

DI AKADEMIK, lelaki yang biasa tampil berewok ini mengasah ketajaman pemikiran 
sebagai eksponen utama semiotika. Buku-bukunya mengalir deras. Boleh jadi 
nonfiksi dia yang paling terkenal ialah A Theory of Semiotics (1976), Travels 
in Hyperreality (1986), dan Semiotics and the Philosophy of Language (1984). 
Meski sebenarnya kira-kira sudah 25 judul dia tulis, mencakup semiotika, 
linguistik (kajian bahasa), estetika, filsafat, dan moralitas. Misal In cosa 
crede chi non crede? (1996), sebuah buku berisi dialog antara dirinya dengan 
kardinal Carlo Maria Martini mengenai orang beriman dan murtad. Nonfiksi 
terakhirnya terbit tahun lalu, Storia della bruttezza, sebuah kajian estetika 
mengenai keburukan.

Umberto memberi sumbangan pemikiran orisinal pada semiotika; secara bergurau 
dia memelesetkan semiotika sebagai "ilmu berbohong." Tulis dia: "Semiotika 
ialah studi tentang segala yang bisa diambil secara signifikan sebagai 
pengganti (tanda) untuk sesuatu yang lain. Yang lain ini tidak perlu ada atau 
benar-benar di suatu tempat persis ketika sebuah tanda menggantinya. Maka pada 
prinsipnya semiotika merupakan disiplin untuk mempelajari segala sesuatu yang 
bisa digunakan untuk berbohong. Jika sesuatu gagal digunakan untuk menceritakan 
kebohongan, sebaliknya ia gagal digunakan untuk menceritakan kebenaran---bahkan 
tentu mustahil ia bisa digunakan untuk bercerita apa pun. Saya pikir definisi 
sebagai teori untuk berbohong harusnya ditempuh sebagai program yang cukup 
komprehensif bagi semiotika secara umum."

Tanda (sign) dan simbol (symbol) merupakan sesuatu yang kompleks dan sulit. Di 
satu sisi semiotika bukan berarti bisa menyangkut segala-galanya, tanda dan 
simbol ternyata tidak melulu berupa teks (tertulis), melainkan bisa mulai dari 
proses alamiah komunikasi spontan hingga ke sistem budaya yang kompleks, kode, 
komunikasi visual, dan komunikasi massa. Di sinilah karyanya Opera aperta 
(1962) menjadi landasan yang mengundang pembaca (pemirsa) agar terlibat lebih 
aktif menafsirkan dan kreatif.

DI FIKSI pun demikian, dia kini telah menulis lima novel yang semua merupakan 
pergulatan mental dan pemikiran yang disampaikan dalam dunia fiktif dan 
imajinatif, namun dengan telak mempertanyakan agama, sejarah, analisis teks 
alkitab, dan penafsiran tentang kebenaran. Novel keduanya Foucault's Pendulum 
(1988), disebut Jane Sullivan sebagai "Da Vinci Code milik orang cerdas", 
membahas adanya konspirasi kelompok jahat rahasia berkedok agama yang hendak 
menguasai dunia dan terkait sisa-sisa peninggalan bersejarah Knights 
Templar---sebuah ordo militer Kristen di zaman Perang Salib I. Fiksi 
terakhirnya ialah La misteriosa fiamma della regina Loana (2004). Umberto 
bahkan masih sempat menulis cerita anak, bekerja sama dengan ilustrator Eugenio 
Carmi, antara lain I tre cosmonauti (Tiga Astronot) dan Gli gnomi di Gnu.

Pergumulan Umberto yang begitu intens dengan berbagai macam teks dengan baik 
menggambarkan konsep intertektualitas, yakni keterkaitan segala jenis karya 
sastra sekaligus menerapkan bangunan gagasan bernama Opera aperta (karya 
terbuka), dipadankan dengan konsep teks terbuka dan tertutup (open and closed 
texts.) Dia mengkaji teks dari zaman pertengahan hingga zaman internet, 
sementara di rumah dia mengoleksi lebih dari 50.000 judul---yang disimpan di 
rumah keluarga dan rumah liburan. Keterkaitan teks dalam semua karyanya bisa 
sangat imajinatif sekaligus kreatif, melibatkan tokoh faktual, tokoh fiktif, 
termasuk menghadirkan tokoh fiktif dengan karakter berdasar tokoh sejarah.[]


Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Blogger @ 
http://halamanganjil.blogspot.com

KONTAK: [EMAIL PROTECTED] | (022) 2037348 - 08156140621 | Panorama II No. 26 B, 
Bandung 40141

Awalnya esai ini dipublikasi Pikiran Rakyat, 19 Juli 08 dan 
http://www.digibookgallery.com.

/*/

Anwar Holid, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: [EMAIL PROTECTED] | (022) 2037348 | 08156140621 | Panorama II No. 26 B 
Bandung 40141

Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana:

http://www.goethe.de/forum-buku
http://www.digibookgallery.com
http://www.rukukineruku.com
http://ultimusbandung.info
http://www.republika.co.id/koran.asp?kat_id=319
http://halamanganjil.blogspot.com 

Come away with me and I will write you
---© Norah Jones


      

Kirim email ke