Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
 
Segala puji bagi Allah Ta'ala yang memberi kita nikmat Iman, Islam, sehat, menuntut ilmu dan segala nikmat - nikmat lainnya.  Juga shalawat dan salam kepada Rasulullah ShallallaHu 'alaiHi wa sallam.
 
Mungkin boleh bagi - bagi pengalaman sedikit dengan antum, ana sudah cukup lama mengikuti tarbiyah atau dikenal manhaj haraki, yang pada mafhumnya mereka dikenal dengan nama PKS pada saat ini.
 
Perkenalan ana dengan mereka dan kemudian aktif semenjak tahun 1992 yang pada saat ana masuk ke bangku kuliah di salah satu Universitas Swasta di Jakarta hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2005 Allah Ta'ala memberikan hidayah kepada ana untuk mengenal manhaj salaf melalui seorang teman ana yang baik akhlaknya.
 
Salah satu diskusi ana yang terakhir dengan Ustadz Rahmat Abdullah, semoga Allah Ta'ala mengampuni dan merahmatinya (sampai hari ini ana tetap memanggil mantan murobbi dan ustadz - ustadz mereka dengan sebutan 'ustadz', sebagaimana ana teringat kisah yang diceritakan oleh Ustadz Abdul Hakim bahwa Ibnul 'Arabi tetap memanggil gurunya, Imam Al Ghazali, dengan panggilan 'Syaikhunaa' walaupun Imam Al Ghazali banyak dipengaruhi oleh sufisme dan filsafat) adalah tentang aksi unjuk rasa, yang secara tak sengaja ana temukan dalilnya di bukunya Ustadz Andy Bangkit.  Dari diskusi itu ana memutuskan untuk konsisten di manhaj salaf hingga akhir hidup ana, insya Allah.
 
Berikut penjelasan tentang dilarangnya menasehati pemerintah muslim secara terang - terangan di depan umum (demonstrasi) dan mencela para penguasa muslim,
 
...
Dan kepada kaum muslimin yang ingin menasehati pemerintah muslim yang zhalim maka hendaknya dilakukan secara diam – diam atau berdua saja.  Janganlah menasehatinya secara terang – terangan atau dengan cara berdemonstrasi seperti yang marak dilakukan akhir – akhir ini karena Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam bersabda dari riwayat sahabat Iyadh bin Ghunaim ra.,
 
”Barang siapa hendak menasehati penguasa maka janganlah secara terang – terangan, melainkan ambil tangannya dan berdua dengannya.  Apabila ia menerimanya maka itu adalah untukmu, kecuali apabila ia enggan maka apa yang ada padanya adalah baginya sendiri” (HR Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Kitab Adz Dzilal)
 
Maka dari itu Usamah bin Zaid ra. ketika menasehati Khalifah Islam Utsman bin Affan ra. dilakukannya dengan secara diam – diam sebagaimana atsar sahabat berikut ini :
 
Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata, “Aku mendatangi Usamah bin Zaid ra. dan aku katakan kepadanya, ‘Mengapa engkau tidak menasehati Utsman bin Affan ra. untuk menegakan hukum had atas Al Walid ?’.  Maka Usamah bin Zaid ra. menjawab, ‘Apakah kamu mengira aku tidak menasehatinya kecuali harus dihadapanmu ? demi Allah, sungguh aku telah menasehatinya secara sembunyi – sembunyi antara aku dan ia saja.  Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah orang yang pertama kali membukanya” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
 
Menasehati Umara’ secara diam – diam memang merupakan suatu amal shalih yang berat namun demikian pahala yang didapatkannya pun sangatlah besar karena hal tersebut adalah salah satu bentuk jihad sebagaimana keterangan hadits – hadits yang diambil dari Kitab Riyadhus Shalihin berikut ini :
 
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., dari Nabi ShalallaHu alaiHi wa sallam, beliau bersabda,”Afdhalul jihaadi kalimatu ‘adlin sulthaanin jaair” yang artinya “Seutama – utamanya jihad adalah mengatakan keadilan di depan penguasa yang menyeleweng”  (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dia berkata, “Hadits hasan”, hadits no. 199 pada Kitab Riyadush Shalihin oleh Imam An Nawawi)
 
Pada hadits lain Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam berkata pada seseorang yang bertanya tentang jihad apa yang paling utama, maka Rasulullah ShalallaHu alaiHi wa sallam menjawab,”Kalimatun haqqin ‘inda sulthaanin jaair” yang artinya “Mengatakan kalimat yang benar di depan penguasa yang menyeleweng” (HR. An Nasa’i dengan sanad shahih, hadits no. 200 pada Kitab Riyadush Shalihin, dari sahabat Abu Abdullah Al Ahmasi ra.)
 
Ada suatu ucapan indah dari seorang salafush Shalih, Fudhail bin Iyyad rahimahullah, "Jika aku memiliki doa yang baik yang akan dikabulkan, maka doa itu tidak akan aku tunjukkan kepada diriku, namun akan aku tunjukkan kepada pemimpin".  Lalu ada orang yang bertanya, "Mengapa kau lakukan seperti itu?", lalu beliau menjawab, "Kalau doa itu kutunjukkan untuk diriku maka yang mendapatkan kebaikan hanya diriku, tetapi jika doa itu kutunjukan untuk pemimpin maka maka yang mendapat kebaikan adalah pemimpin, masyarakat dan negeri"
 
 
Maraji’
  1. Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim, Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Pustaka Al Atsari, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Tsaniyah 1424 H/Agustus 2003 M.
  2. Mengapa Memilih Manhaj Salaf ?, Syaikh Salam bin Ied Al Hilaly, Pustaka Imam Bukhari, Solo, Cetakan Ketiga, Muharram 1426 H/Maret 2005 M.
  3. Tarjamah Riyadush Shalihin, Penulis : Imam An Nawawi, Takhrij : Syaikh Al Albani, Duta Ilmu, Surabaya, Cetakan Kedua, Oktober 2004 (Edisi Revisi).
 
Semoga Bermanfaat
 


Dodi Masykur <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Seorang aktivis haroki dalam sebuah email menulis dengan mengutip beberapa hadits dan atsar sebagai bagian pembenaran/ hujjah mereka untuk melakukan unjuk rasa sebagaimana kutipan di bawah ini.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah:
1. Bagaimanakah derajat hadits dan atsar dibawakan oleh aktivis haroki tersebut?
2. Bagaimanakah syarah atas hadits-hadits tersebut?

Mohon penjelasan/ bantahan dari ikhwan sekalian, yang barang kali pernah membaca, mendengar kajian, memiliki pengetahuan  dan malah sudah mendakwahkan hal ini.

Jazzakallahu Khairan
Wasssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Abu Ibrahim
L.1974

---------------------------------------
Mashirah (unjuk rasa): Menyampaikan aspirasi, tuntutan, bantahan terhadap opini yang menyimpang atau kebijakan dzalim yang dijalankan penguasa. Metode ini tidak disertai dengan pengrusakan dan penghancuran fasilitas umum/pribadi. Ini bagian dari aktifitas da'wah dan koreksi (muhasabah) terhadap penguasa.

Rasulullah saw pernah melakukan Mashirah saat di Makkah. Beliau  membentuk dua shaf barisan, satu dipimpin oleh Umar bin Khaththab dan yang lain dipimpin oleh Hamzah ibn Abdul Muthalib, berjalan mengelilingi Ka'bah disertai dengan takbir. Tetapi Beliau tidak menjadikan hal ini sebagai thariqah tetapi hanya uslub saja.

Pemimpin para Syuhada adalah Hamzah, dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang dzalim kemudian (ia) menasehatinya, lalu penguasa tadi membunuhnya (HR Hakim).

Seutama-utamanya jihad adalah ucapan/menyampaikan (kata-kata) yang haq di hadapan penguasa yang zalim (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Nasa'i).

Kelak akan ada para penguasa, lalu kalian melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Siapa saja yang melakukan amar ma'ruf maka dia telah bebas (dari pertanggungjawaban di hadapan Allah swt). Siapa saja yang  melakukan nahi mungkar maka dia selamat. Akan tetapi, siapa saja yang ridha dan mengikutinya (maka dia tidak akan bebas dan tidak selamat) (HR Muslim).

Salah satu kasus kritikan yang dilakukan secara terang-terangan ketika seorang nenek secara terbuka menentang kebijakan Khalifah Umar bin Khaththab dalam hal mahar bagi para wanita.
Sang nenek dengan lantang menyatakan: "Hukum macam apa yang engkau kehendaki, wahai Umar?"
Umar menanggapi: "Memangnya mengapa?" Kemudian sang nenek membacakan firman Allah swt:

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? (An-Nisa' 20).

Lantas Umar berkata: "Ucapan wanita itu benar, Umar yang salah!" Ketaqwaan Umar mengalahkan egonya sebagai penguasa, Umar lebih takut adzab Allah swt daripada rasa malu dikritik oleh rakyatnya.


Maraji':
1. 36 soal jawab tentang ekonomi, politik dan dakwah Islam, Abu Fuad, Pustaka Thariqul Izzah, cet. I
2. Dakwah Islam, Ahmad Mahmud, Pustaka Thariqul Izzah, cet. I
3. Bencana lisan, Sa'id Ibnu Ali Al-Qahthani, Penerbit Islam Tadabbur, cet. I
4. Meraih nikmatnya iman, Abdullah Nasih 'Ulwan, Pustaka Mantiq, cet. IV
5. Al-Wa'ie, edisi 54





 


New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.


--------------------------------------------
Website Anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------




SPONSORED LINKS
Islam Beliefs Religion


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke