Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh,

Afwan akhi, di norway itu sudah abnormal. Lha wong di paris saja kalau musim
dingin itu subuhnya jam 8 dan isya'nya jam 1 malam (ada yg jam 11.30 dan ada
yg 12, beda2 madzhab dan metode kalkuklasi)

Kalau sudah musim dingin, mulai subuh sampai maghrib, bayangan itu selalu
lebih panjang ketimbang bendanya. Ini di paris, apalagi di norway. Bahkan di
swedia sampai malam terus dalam satu hari. (Lihat buku postgrad prospectus
univ. of chalmers, sweden)

Mengenai, waktu solat, kan sudah ada www.islamicfinder.com.
Atau software yg banyak online di internet seperti www.salattime.com. Dan
jangan bingung mengenai perbedaan waktu antara pendapat si A dan si B.
Bedanya sampai 1 jam, lho (kalau di paris). Ini krn perbedaan metode
perhitungan sudut sinar matahari. Di indonesia atau di negeri arab nggak
akan ada perbedaan yg extreme kayak gini. Cuma terjadi di neger 4 musim atau
kutub.

Kalau jadwalnya sudah abnormal, ada dua pendapat
1. ikut negeri terdekat ygmasih normal
2. ikut makkah
Maaf saya lupa dalilnya. Semoga ada yg bisa melengkapi. Jngan lupa bawa
kompas. Agar nggak ada alasan gak tahu arah kiblat. Lha wong sekarang sudah
hi-tech world, kok.

Kalau kepingin gampang, donlod saja di islamicfinder.com dan ikuti jadwal
solat di norway.

salam,

hanif
yg bi idznillah pernah studi di paris




On 22/02/07, Muhammad Padli <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh,

Dari artikel di bawah bisa diambil faedah bahwasanya untuk waktu shalat di
daerah kutub adalah diperkirakan mengikuti waktu normal.

Ada yang berpendapat mengikuti waktu hijaz dan ada pula yg berpendapat
mengikuti daerah terdekat. Ana tidak jelas dalilnya apa. Mudah2-an ikhwan
lain bisa memberikannya.

Setahu ana waktu di norwegia masih normal, jadi antum tetap mengikuti
sunnah
yaitu waktu shubuh sejak terbit fajar shadiq sampai terbit matahari,
dhuhur
sejak matahari condong ke arah terbenamnya, ashar sejak bayangan benda
karena matahari lebih panjang dari ukuran benda sebenarnya, maghrib ketika
matahari telah terbenam sampai hilangnya cahaya merah di langit, dan isya
setelah hilangnya cahaya merah sampai pretengahan malam.

Wassalaam,
Padli

===

BATAS WAKTU TINGGALNYA DAJJAL DI BUMI

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Berapa lama batas waktu
tinggalnya Dajjal di muka bumi ?

Jawaban.
Lamanya Dajjal tinggal di muka bumi hanya empat puluh hari. Akan tetapi
sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan dan sehari seperti
seminggu.
Seluruh hari-hari yang dilaluinya seperti hari-hari yang kita lalui
sekarang. Demikianlah yang dituturkan oleh Nabi Shallallahu ?alaihi wa
sallam. Para sahabat pernah bertanya kepada Nabi, ?Ya Rasulullah, hari
yang
seperti setahun ini, apakah cukup shalat sehari saja ?? Beliau menjawab,
?Tidak! Kira-kirakanlah saja !?

Perhatikanlah contoh seperti ini agar kita bisa mengambil pelajaran
bagaimana para sahabat senantiasa membenarkan Rasulullah Shallallahu
?alaihi

wa sallam. Mereka tidak mau mentahrif (merubah atau menyelewengkan makna)
atau menta?wil atau mengatakan bahwa hari tidak mungkin molor, karena
matahari itu senantiasa beredar pada porosnya dan tidak berubah, akan
tetapi

memanjang lantaran banyak kesulitan yang terjadi pada hari itu atau karena
hari itu sungguh melelahkan. Mereka tidak mengatakan demikian sebagaimana
yang dikatakan oleh orang-orang sok pintar, akan tetapi membenarkan bahwa
hari itu setahunnya juga dua belas bulan secara hakiki tanpa perlu
ditahrif
ataupun di ta?wil.

Demikianlah mestinya seorang mukmin yang hakiki senantiasa tunduk terhadap
apa yang diberikan oleh Allah dan RasulNya berupa masalah-masalah ghaib
meskipun akalnya tidak sampai. Mereka tahu bahwa apa yang diberitakan oleh
Allah dan RasulNya tidak mungkin sesuatu yang mustahil secara akal akan
tetapi akal yang tidak sampai karena tak mampu mengetahuinya. Rasulullah
Shallallahu ?alaihi wa sallam memberitahukan bahwa hari pertama dari
hari-hari yang dilalui oleh Dajjal adalah seperti setahun. Sekiranya
hadits
ini dibaca oleh roang-orang ?belakangan? (muta?akhirin) yang mengaku
sebagai

kaum intelektual, mereka akan mengatakan, bahwa panjangnya hari itu
merupakan majaz dari keletihan dan kesulitan yang ada pada hari itu,
karena
hari-hari bahagia adalah pendek sedangkan hari-hari sial adalah panjang.

Berbeda dengan para sahabat Radhiyallahu ?anhum yang karena kejernihan
hati
dan ketundukan mereka menerima apa adanya dan mengatakan dengan polos
bahwa
Dzat yang telah menciptakan matahari menjadikannya berputar selama dua
puluh

empat jam sehari semalam kuasa untuk menjadikannya berputar selama dua
belas

bulan, karena Pencipta itu hanya satu dan Dia Maha Kuasa. Karena itulah
mereka menerima dan pasrah, sedangkan yang ditanyakan adalah, ?Bagaimana
kami melakukan shalat !? Mereka menanyakan tentang masalah syar?i yang
dibebankan kepada mereka, yaitu shalat.

Demi Allah, ini merupakan hakikat ketundukan dan kepasrahan. Mereka
mengatakan, ?Ya Rasulullah! Hari yang seperti setahun itu, cukupkah bagi
kita shalat sehari saja ?? Beliau menjawab, ?Tidak, namun kira-kirakanlah
saja !? Subhanallah ?. Jika anda mau merenungkan, pasti jelas sekali bawah
dien ini benar-benar sempurna dan menyeluruh, karena tidak mungkin ada
satu
masalahpun yang dibutuhkan oleh manusia sampai hari kiamat melainkan akan
dia dapatkan pangkalnya dien ini.

Bagaimana Allah membuat para sahabat itu menanyakan yang demikian ? Ini
dimaksudkan agar dien ini menjadi sempurna dan tidak lagi butuh
penyempurnaan. Manusia yang hidup di daerah-daerah kutub sekarang ini
membutuhkan penjelasan semacam ini, karena disana bisa terjadi malam hari
selama enam bulan dan siang hari selama enam bulan pula. Oleh karena itu,
mereka membutuhkan hadits ini. Perhatikanlah bagaimana Rasul Shallallahu
?alaihi wa sallam telah menyampaikan fatwa seperti ini sebelum problema
seperti ini terjadi, karena Allah telah berfirman.

?Artinya : Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian din kalian dan
telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian? [Al-Ma?idah : 3]

Demi Allah, kalau kita renungkan ?Telah Aku sempurnakan din kalian atas
kalian?, pastilah kita tahu bahwa selamanya tidak akan terdapat satu
kekuranganpun. Ia sempurna dari segala sisi. Sedangkan kekurangan ada pada
diri kita, entah karena sempitnya akal dan pemahaman kita atau karena
adanya

kehendak-kehendak yang tidak terarah dan tidak terkendali dari manusia
yang
hanya ingin memenangkan pendapatnya sehingga ia buta dari kebenaran. Namun
kalau saja kita mau perhatikan berdasarkan ilmu dan pengetahuan serta niat
baik, pasti akan kita dapatkan bahwa dien ini tidak memerlukan penyempurna
dan tidak mungkin muncul satu masalah yang kecil ataupun yang besar
melainkan terdapat pemecahannya dalam Al-Qur?an dan As-Sunnah.

Akan tetapi ketika hawa nafsu telah mendominasi manusia, jadilah sebagian
manusia buta dari kebenaran dan kebenaran itu tidak tampak olehnya. Anda
akan dapati mereka itu jika muncul suatu peristiwa atau masalah yang belum
pernah dikenal sebelumnya secara persis, meskipun jenisnya sama, mereka
saling berselisih pendapat lebih dari jumlah jari-jari mereka. Jika hal
itu
mengandung dua pendapat, ada dapati mereka terdapat sepuluh pendapat. Ini
semua karena hawa nafsu telah mendominasi manusia dewasa ini. Seandainya
tidak dan niat yang ada adalah lurus, pemahamannya bersih, serta ilmunya
luas, tentu kebenaran itu akan jelas.

Pokoknya, bahwa Rasul Shallallahu ?alaihi wa sallam telah memberitahukan
bahwa Dajjal itu akan tinggal selama empat puluh hari, dan setelah empat
puluh hari itu turunlah Al-Masih Isa putra Maryam yang dahulu telah
dianggkat oleh Allah kepadaNya. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan :
?Dia

(Nabi Isa) akan turun di Menara Putih timur kota Damaskus dengan
meletakkan
kedua telapaknya pada sayap dua malaikat. Jika kepalanya menunduk keluar
aroma dan jika diangkat keluar permata seperti mutiara. Tiada seorang
kafirpun yang mendapatkan baunya kecauali ia pasti mati?. Ini merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah. Selanjutnya Nabi Isa terus memburu Dajjal
sehingga terpojok di Pintu Ludd di Palestina lalu dibunuh di sana. Saat
itulah akhir riwayatnya.

Nabi Isa selanjutnya tidak mau menerima agama lain selain Islam dan dia
tidak mau menerima jizyah. Dia juga akan menghancurkan salib dan membunuh
babi sehingga tiada yang diibadahi dan disembah selain Allah. Bertolak
dari
sini, jizyah yang diwajibkan oleh umat Islam berakhir sampai di sini,
ketika

turunnya Isa. Namun tidak bisa dikatakan bahwa ini syari?at Nabi Isa
?alaihis salam, karena Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam telah
memberitahukan hal itu serta menetapkannya. Tidak diberitahukan hal itu
serta menetapkannya. Tidak diberlakukannya lagi jizyah setelah turunnya
Nabi

Isa merupakan Sunnah atau ketetapan Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa
sallam, karena sunnah Rasul itu meliputi perkataan, perbuatan serta iqrar
(pengakuan). Beliau berbicara tentang Nabi Isa putra Maryam serta
memberikan

pengakuan, maka ini termasuk sunnahnya. Isa tidaklah membawa syari?at baru
dan tidak ada seorangpun yang akan membawa syari?at baru kecuali dengan
syari?at Muhammad Shallallahu ?alaihi wa sallam hingga hari kiamat.

Inilah beberapa hal yang berkaitan dengan Dajjal yang bisa kami terangkan.
Kita memohon kepada Allah agar melindungi kita semua dari fitnahnya.

[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu
Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman
dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan]

On 2/21/07, U c h a , - <[EMAIL PROTECTED] <ucha15%40gmail.com>> wrote:
>
> Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuhu,
>
> Saya akan berangkat dalam waktu dekat ini ke Norwegia. Bagaimana saya
> menentukan waktu shalat fardhu? sementara di sana waktu siang dan malam
> tidak sama seperti di Indonesia, siang hari lebih dominan sementara
malam
> hari hanya sesaat (mungkin karena geografisnya yang dekat dengan kutub
> utara).
>
> Mohon informasinya.
>
> --
> Ucha


Kirim email ke