Yth. P Wayan Artika , Semeton Sareng Sami,
 
Pertama kali ketika baca Cerita Pendek  Ilalang saya terkesima ,
bingung. Watak yang kritis bertanya , apa  memang 
begitu makna asas adat nyentana  itu? 
 
Setelah saya baca ada posting yang memuji CerPen Ilalang ini,  kubaca
ulang Ilalang, tapi karena tetap bingung dan penasaran,
kutulis posting ini dengan permintaan  diberi pencerahan mengenai apa
konsep Nyentana, yang menjadi dasar topik CerPen P Artika?
 
Terutama saya terganggu dengan kalimat ini:
 
" Kelak aku mengerti, ketika cinta adalah tanah, bahwa pilihanku,
nyentana, tidak sepenuhnya tepat. Selaku laki-laki Bali, cara pernikahan
ini sangat hina di mata masyarakat. Memang keluarga istriku sayang
kepadaku namun itu semua tidak pernah mengembalikan kehormatanku 
yang direnggut di sini." ( Apa benar pernikahan  nyentana itu sangat
hina?, kehormatan mana direnggut?, tidak sepenuhnya tepat, mungkin).
 
Perlu saya jelaskan  yang membuat saya bingung karena: 
(1). apa makna, tujuan nyentana ( sesuai adat umumnya ) tidak
dijelaskan; 
(2). konsep  nyentana  yang dijadikan topik, latar belakang budayanya
tidak diberi penjelasan memadai.
 
Setahuku  Nyentana yang patriarki  itu dilakukan  atas permintaan  Orang
Tua Yang Meminta Calon Pengantin Laki-laki Untuk
Nyentana ( OTYMCPLUN),  misalnya  karena mereka ini tidak mau  generasi
keluarga mereka  terputus (njampud). Kehilangan soroh,
tidak  ada, dapat  lagi meneruskan tugas kewajiban ke banjar,  desa, ke
sanggah , pemujaan pura leluhur oleh keturunan mereka.
 
Seperti unggapan   kalimat awal  penulis sendiri yang  dimulai dengan  :

" Bali, kini aku lebih mengerti sebagai pulau patriarki". (mengerti ke-
patriarki-an !?).
 
Sesuai dengan Asas Patriarki  Agama Hindu, oleh  OTYMCPL UN  Si Nyentana
akan dijadikan Kepala Keluarga 
( laki-laki)   dirumahnya untuk meneruskan tugas keluarga generasi
OTYMCPLUN. Tentunya sebagai  Kepala Keluarga
si Nyentana diharapkan akan menjalankan tugas baktinya sebagai
laki-laki/kepala keluaga dengan sungguh-sungguh 
menjalankankan tugas kewajiban,dharmanya sesuai dengan ajaran Hindu.
Karena itu tentunya  ia tidak diharapkan
akan kehilangan ke laki-lakiannya.
 
Begitulah pengertian saya mengenai menyentana itu. Karena itu mohon
diberi pencerahaan apa saya salah?
 
Kembali ke CerPen, karena latar belakang nyentana itu tidak dijelaskan,
saya lalu tak mengerti mengapa Bapak,
Ibu,bahkan  Ilalang  (bahkan sesudah jadi isterinya) dan si nyentana
sendiri berpendapat : 
"Keputusan kamu salah. Kamu akan menjadi laki-laki hina di keluarga
istrimu. Jangan lakukan itu. Bapak bisa 
menanggung hidup keluargamu. Pilih pernikahan biasa, sebagai adat umum,
bawa saja Ilalang ke rumah ini." (Bapak).
 
"Jangankan laki-laki Bali seperti bapakmu, ibu selaku perempuan pun,
akan kehilangan ketika kamu memilih nyentana. 
Pernikahan ini akan merenggut kamu dari ibu. Jangan. Di rumah istrimu
kamu tidak akan dihormati sebagai laki-laki Bali,"  
 
(Ibu).
"Komang, ternyata tidak ada gunanya aku membahagiakan dan menyelamatkan
harkat orang tuaku, sementara aku

tidur dengan laki-laki tanpa kehormatan. Biar saja aku menangisi malam
ini, Komang."                                     ( Illalang).

"Ilalang, pernikahan ini menjadikan aku laki-laki hanya pada segi
biologis, pada sperma, demi keturanan yang bisa didapat untuk kehormatan
dan penerus keluarga ini. Secara kultural aku tak lagi seorang
laki-laki."
( Komang).

 
Seakan -akan ke -empat  tak mengerti makna, tujuan , makna nyentana,
.......apa ya?
Padahal si  nyentana itu akan diangkat  ke posisi terhormat sebagai
kepala keluarga. Megapa orang  tua, istrinya 
dan dia  sendiri berpendapat  jelas bertentangan dengan pengertian  asas
nyentana  yang saya diuraikan diatas? 
 
Saya menduga karena nyentana itu  seperti yang dinyatakan penulis
dilakukan atas dasar tawar menawar (tanpa prinsip) :
 " Inilah aku, yang mencoba ada di tanah dewata, dengan tawar-menawar
itu." ?? 
 Atau memang Komang ini tidak punya prinsip, tak tahu arti nyentana ,
cinta biologis, tak punya etos kerja,
 hanya mau hidup gampang di rumah mertua indah , megah ? ( jadi gigolo,
seperti  tanggapan yang disampaikan?).
 
Saya khawatir, CerPen yang  dibaca khalayak luas ( kususnya orang luar)
yang tidak mengerti konsep Hindu , 
akan mengira.............. oh begitu ya ....  konsep nyentana  yang
patriarki itu, adat   dan agama yang dianut? 
 
 
Maaf  P Astawa, kritik saya ini bukan dimaksud untuk mematikan
kreativitas Sdr. Saya rasa,  Sdr. punya bakat dan 
kesenangan  menulis. Tapi pendalaman  latar belakang budaya  asas
nyentana  perlu diperjelas.  
 
Saya berpendapat CerPen, novel baik perlu  dilandasi akar masalah
budaya padat yang  dalam. Karena itu anggaplah
posting saya ini sekedar  sebagai masukan, sumbangan pemikiran. Sebagai
peserta milis ini , karena CerPen ini telah 
menjadi ranah publik saya terpanggil untuk menyampaikan tanggapan ini.
 
Mudah-mudahan  saya salah menafsirkan  CerPen P Artika. Karena banyak
juga yang bisa/dapat  menikmati serta  memujinya.
 
Inggih sapunika dumun, nunas ampura , matur suksama.
 
SALAM.
Nengah Sudja.
 
 
 
 

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of wayan artika
Sent: Monday, January 07, 2008 10:44 AM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Terima kasih atas penyebaran cerpen saya


Saya panggil Pak atau Nyoman saja?

Saya senang sekali atas tanggapan ini. Memang sejak lama saya nulis
cerpen, selalu soal Bali. Satu novel saya juga telah terbit berjudul
Incest tentang kembar buncing di suatu desa tua di Bali. Saat ini sedang
menunggu terbit novel Rumah Kepompong, tentang Bali yang jadi surga gay
internasional. Saya akan kirim karya terbaru saya. Semoga kiranya
berkenaan.

Salam
 Artika


  _____  

Looking for last minute shopping deals? Find
<http://us.rd.yahoo.com/evt=51734/*http://tools.search.yahoo.com/newsear
ch/category.php?category=shopping> them fast with Yahoo! Search.

__________ NOD32 2759 (20080101) Information __________

This message was checked by NOD32 antivirus system.
http://www.eset.com


Kirim email ke