Hanya skedar info lagi masalah PLTsa ini,

kbetulan saya hadir disuatu rapat minggu lalu dengan pengusaha swasta Nasional 
asal 
makasar tapi lama di Papua, saat ini sedang tertarik masalah ini untuk 
dilaksanakan di 
Nabire. Hasil diskusi mengatakan bahwa PLTsa betul investasinya mahal, kalo 
enggak 
salah skitar 1,5 jt USD per MW listrik yang dihasilkan, karena selain 
sewajarnya 
komponen perlistrikan seperti boiler, turbin, alternator, dst.nya, PLTsa ini 
harus 
menambahkan semacam incinerator pembakar sampah yang ramah lingkungan (minimun 
double 
chamber) diluar boiler. Juga sebelum proses incinerator harus ada conveyor 
system yang 
dilengkapi perangkat pemisahan sampah organik, besi, dll karena di negara kira 
sampah 
bercampur baur tidak seperti Singapur ataupun Jerman misalnya yang sudah 
dipilah dari 
sejak rumah tangga. Juga negara yang banyak hujannya, sehingga kandungan air 
lebih 
banyak dan harus dipress dan dilewati semacam pengering sebelum dimasukkan ke 
Incinerator. Maka jadinya lebih mahal dari yang lain.

Suksma
Made W

--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


---------- Original Message -----------
From: "Asana Viebeke Lengkong" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <bali@lp3b.or.id>
Sent: Fri, 1 Aug 2008 10:15:03 +0800
Subject: [bali] Fw: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung

> FYI UNTUK P NENGAH SUDJA
> ----- Original Message ----- 
> From: Putra Semarapura 
> To: [EMAIL PROTECTED] 
> Cc: [EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, August 01, 2008 1:37 AM
> Subject: AW: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
> 
>       pak antonio,
> 
>       terimakasih atas email terusan dari ibu yuyun.
> 
>       saya sebenarnya termasuk kelompok orang awam masalah kelistrikan,
>  walaupun sesungguhnya dulu kuliah teknik elektro di ITB. saya pribadi 
> sebenarnya cukup antusiastik menyambut terwujudnya 'incenerator power plant' 
> di bali (kalau memang bisa di wujudkan di bali), cuman membaca ulasan dari 
> ibu 
> yuyun kok sepertinya beliau lebih condong skeptif  dibandingkan memberikan 
> ulasan yg informatif. pengalaman saya dulu berdomisili di singapore selama 3 
> tahun dekat dengan lokasi pembangkit listrik tenaga sampah, kondisi kesehatan 
> saya masih sehat-sehat saja kok. di singapore saat ini ada 3 incenerator 
> power 
> plant, dan konon akan membangun baru lagi.
> 
>       sepengetahuan saya, masih sedikitnya negara yang memiliki pembangkit 
> listrik berbahan bakar uap dari pembakaran sampah ini, bukanlah karena efek 
> samping dari uap karena pembakaran sampah yg tidak sempurna itu, melainkan 
> karena tidak sebandingnya nilai investasi untuk mewujudkan power plant yang 
> cukup mahal itu dengan energy output yang di hasilkannya yg termasuk sangat 
> kecil. (mungkin pendapat saya salah, karena saya bukan ahlinya)
> 
>       mungkin ada baiknya kita mendengarkan ulasan dari pak nengah sudja 
> (pakar kelistrikan kita), apa kelebihan dan kekurangan dari 'incenerator 
> power 
> plant' ini, untuk melengkapi pengetahuan kita semua.
> 
>       salam,
> 
>       =========
> 
>       --- antonio travel <[EMAIL PROTECTED]> schrieb am Do, 31.7.2008:
> 
>         Von: antonio travel <[EMAIL PROTECTED]>
>         Betreff: Fwd: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
>         An: [EMAIL PROTECTED], "EMMY" 
> <[EMAIL PROTECTED]>, "Vibeke Lengkong (Willy )" 
> <[EMAIL PROTECTED]>, "Marco Kusumawijaya" <[EMAIL PROTECTED]>, "popo 
> danes" <[EMAIL PROTECTED]>, "PPLH Bali" <[EMAIL PROTECTED]>, "anton 
> sujarwo (Dian Desa)" <[EMAIL PROTECTED]>, "Kompas - Ahmad Arif" 
<[EMAIL PROTECTED]>
>         CC: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>, "ia-itb_bali" <ia-
[EMAIL PROTECTED]>
>         Datum: Donnerstag, 31. Juli 2008, 13:08
> 
>         Teman teman,
> 
>         Ini  informasi  dari  Pakarnya:   Mbak Yuyun.  Pasti banyak  sudah 
> kenal.   ...dan untung  beliau  ada  di Bali.
> 
>         Saya  rasa  kita  perlu tahu    the truth  dalam  mengelola  
> Lingkungan kita.   Jangan  sampe  kita orang awam  di kibuli  dgn bahasa  "go 
> green".... tapi  error.
> 
>         Siapa perduli?
> 
>         Salam,
> 
>         Antonio
> 
>         ---------- Forwarded message ----------
>         From: yuyun ismawati <[EMAIL PROTECTED] id>
>         Date: 2008/7/31
>         Subject: RE: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
>         To: antonio travel <antoniodesk@ gmail.com>
>         Cc: [EMAIL PROTECTED] com, committee advocacy <[EMAIL PROTECTED] 
> com>, 
> tolak.PLTSa@ gmail.com, [EMAIL PROTECTED] net.id, aa sudirman <[EMAIL 
> PROTECTED] 
> com>, aa sudirman <[EMAIL PROTECTED] com>
> 
>         Terimakasih mas Anton...
> 
>         Kadang memang kita berpacu menyebarkan berita buruk yang dipoles jadi 
> berita baik. Kaum intelektual kita sudah terkooptasi sehingga tidak bisa 
> menunjukkan keberpihakannya pada hal yang baik, benar dan reasonable. Bahkan 
> ITB sendiri sekarang rasanya sudah tidak punya taring lagi karena sekarang 
> mereka harus merelakan diri DIBELI dan melacurkan diri pada yang punya uang 
> akibat tuntutan perguruan tinggi harus bisa self-financing.
> 
>         Saya tidak akan bosan-bosannya lagi dan lagi menyampaikan beberapa 
> hal 
> kritis tentang waste-to-energy plant di Indonesia, baik itu incinerator, 
> gasifikasi, pyrolisis, plasma arc dan sebangsanya:        -          Sampah 
> kita 70% organik [UTF-8?]– basah, sulit dibakar [UTF-8?]– nilai calorific 
valuenya rendah 
> (<rata-rata tahunan 6000 KJ/kal [UTF-8?]– standar WB untuk sampah yang 
> layak 
dibakar)
>         -          Pembakaran yang tidak sempurna (harus > 1200 C) akan 
> menghasilkan dioxins terutama kalau dalam sampah yang dibakar masih ada PVC.  
>  
>      -          Kalaupun terbakar pada temperatur tinggi, sebetulnya akan 
> muncul senyawa2 baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya dan tersebar 
> dalam 
> ukuran NANO particle (bukan micron lagi) dan akan dengan lebih mudah masuk ke 
> dalam rantai makanan, udara, air, tubuh manusia dst        -          
> W2Ehanya 
> memindahkan masalah sampah ke 3 medium: udara, tanah dan air. Semuanya ada 
> dalam bentuk yang lebih berbahaya daripada sampah awalnya sendiri. Abu 
> terbangnya (fly ash) tergolong B3 menurut Kepmen LH, tidak boleh sembarangan 
> saja dibuang atau diberikan kepada petani sebagai pupuk. Slag atau keraknya 
> juga terdiri dari toxics materials yang harus dikelola secara khusus. Air di 
> sekitar akan tercemar akibat abu terbang dan sebaran nano particle.        -  
>  
>        Dioxins berpotensi carcinogenic atau menyebabkan penyakit kanker       
>  
> -          Indonesia BELUM PUNYA BAKU MUTU DIOXINS DI UDARA DARI INSINERATOR/ 
> W2E plant dan BELUM ADA LABORATORIUM di Indonesia yang MAMPU mengukur kadar 
> dioxins. Jadi omong kosong kalau ada tim ahli yang bisa membuktikan bahwa 
> emisi dioxins dari PLTSa di Bandung atau dimanapun besok2 di Indonesia,
>  mengatakan bahwa dioxinsnya akan jauh di bahwa standar. Laboratorium 
> terdekat 
> yang bisa mengukur dioxins adalah Singapore atau New Zealand, harga periksa 
> USD 1500/sample. Kalau maumembuktikan tidak ada dioxins testnya juga harus 
> continous 24 jam, bukan hanya random sampling.        -          Ada banyak 
> laporan kasus-kasus penutupan W2E di luar negeri akibat complain dari 
> masyarakat di sekitarnya. Kalau penasaran, saya bisa kirimkan lampiran2nya 
> secara terpisah.        -          Seharusnya ORANG-ORANG YANG BERAKAL, bisa 
> mencegah bencana sebelum itu terjadi. Prinsip pembangunan berkelanjutan 
> adalah 
> Precautionary Principles, kehati-hatian dini. Kalau kira2 bakal mencelakakan 
> orang banyak, sebaiknya ditunda atau dibatalkan. Tim FS dari ITB dalam satu 
> kesempatan mengatakan: COBA BUKTIKAN DULU BAHWA ABUNYA ITU BERBAHAYA.. KALAU 
> YA, MAKA KITA AKAN HENTIKAN PROSES PLTSa.         -          Pemkot Bandung 
> nyeleneh, mangkir dari kesepakatan yang telah dibuat bersama dengan WB dan 
> Pemerintah Propinsi Jabar untuk membuat TPA regional. Komitmen kota Bandung 
> tiba2 dibatalkan sepihak oleh Walikota hanya karena yang bersangkutan 
> berambisi membuktikan solusi yang absurd ini. PT. BRIL TIDAK QUALIFIED 
> sebagai 
> investor W2E karena mereka hanya perusahaan real estate yang hampir bangkrut. 
> Beli barang dari China tentu ada komisi. Begitu juga studi banding dan jalan2 
> ke China dan Singapore cukup menyenangkan bagi para anggota dewan dan pakar 
> atau wakil masyarakat yang dirayu. Masalahnya situasi di China atau Singapore 
> jauh berbeda dengan sikon di Bandung atau di Bali. Incinerator Senoko 
> Singapore jaraknya sekitar 10 km dari permukiman terdekat. Yang di China,
>  pendekatan sosialis komunis yang represif yang dipakai. Indonesia negara 
> macam apa? Walikota berencana membangun PLTSa 200 meter saja dari permukiman 
> malah didukung hebat. Walikota merubah tata ruang kota sendiri tanpa 
> konsultasi dengan legislatif dan masyarakat dibiarkan saja karena kaum 
> intelektual yang seharusnya memberi opini berimbang sudah terbeli hanya 
> dengan 
> uang 600 juta. Maaf, barang dari China kelasnya kita tau semua...        -    
>  
>      Sayangnya kawan2 jurnalis juga kadang enggan mencari sumber berita 
> penyeimbang karena cenderung hanya jadi kuli tinta saja dan terima amplop 
> maka 
> beritanya hebat semua dan aman tentram dan damai.        -          GALFAD di 
> Bali, just another bullshit. Investor PT. NOEI yang awalnya mengklaim diri 
> sebagai PMA, sekarang sudah merendahkan diri menjadi perusahaan nasional. 
> Investor2 W2E yang masuk ke Indonesia 4 tahun terakhir tidak lebih hanya 
> BROKER. Tapi kita semua silau kalau ada BULE yang datang, menganggap mereka 
> lebih PINTAR, LEBIH KNOWLEDGABLE dari kita, padahal sama2 begonya. Tidak 
> pernah ada DUE DILIGENT UNTUK INVESTOR2 W2E ATAU CDM. Pemda hanya bisa 
> langsung tandatangan MoU tanpa tanya2 lagi sang bule yang datang ini 
> keturunan 
> raja mana atau punya duit di rekening berapa.         -          Kawan-2 di 
> Bandung sudah memasukkan gugatan class action ke Pengadilan karena walikota 
> merubah RTRW Gedebage menjadi peruntukan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah 
> secara tiba2 dan semena2. Kita sudah punya SNI tatacara memilih TPA. Apa Tim 
> FS-nya nggak bisa baca atau nggak ngerti??? Sekolah dimana???
> 
>         Sekian dulu... kalau mas Anton bisa menyampaikannya ke milis2 yang 
> lain, very much appreciated. ..
> 
>         Salam,
>         yuyun
> 
>         From: antonio travel [mailto:antoniodesk@ gmail.com] 
>         Sent: 30 Juli 2008 6:47
>         To: [EMAIL PROTECTED] id
>         Cc: [EMAIL PROTECTED] id
>         Subject: Fwd: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
> 
>         Dear Yuyun,
> 
>         Ini  baru  dapat  dari   Bali  Bali  .  Maybe  useful  for you to 
> know 
>  or to comment ....   Ahlinya.
> 
>            Milis  orang orang  peduli.  Ada  juga  milis  ITB Bali , jika 
> perlu  gerak, cari informasi.
> 
>         Salam,
> 
>         Antonio
>         ---------- Forwarded message ----------
>         From: Putra Semarapura <putra_semarapura@ yahoo.com>
>         Date: 2008/7/29
>         Subject: [bali-bali] Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
>         To: [EMAIL PROTECTED] ps.com
> 
>               seandainya sampah-sampah di bali bisa di daur ulang menjadi 
> energi listrik, akan sangat membantu menjaga kebersihan lingkungan di bali 
> untuk mendukung pariwisata di bali.
> 
>               http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 07/25/Iptek/ 
> ipt01.htm
>               Menanti Listrik Sampah Kota Bandung
>               kota Bandung, Jawa Barat memastikan segera membangun Pembangkit 
> Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dalam waktu dekat. Sosialisasi ke arah itu kini 
> masih digencarkan dan disosialisasikan oleh tim.
> 
>               Mereka beranggotakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 
> (Bappeda), Badan Perencanaan Lingkungan Hidup (BPLH), Perusahaan Daerah (PD) 
> Kebersihan, PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL), Tim Studi Kelayakan 
> (Feasibility Study/FS), dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) PLTSa 
> bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
> 
>               Model penanganan sampah akhir ini dipilih, karena keterbatasan 
> kapasitas lahan untuk pembuangan akhir (TPA) dan bisa menangani persoalan 
> sampah dalam jangka panjang. Model pengelolaan sampah yang ditimbun di tanah 
> lapang terbuka (open dumping) yang selama ini diterapkan dianggap tidak 
> layak, 
> karena sulitnya pengendalian jika volume sampah sudah menggunung, polusi 
> udara,
>  produksi gas methan yang membahayakan, serta ancaman bahaya longsor.
> 
>               Dengan model Waste to Energy/WTE atau PLTSa seperti ini, ada 
> beberapa manfaat yang didapatkan di antaranya bisa memperkecil volume sampah 
> dan teknik yang ramah lingkungan. Rencana pembangunan PLTSa ini telah melalui 
> proses studi kelayakan, termasuk di dalamnya Amdal yang melibatkan berbagai 
> pihak, termasuk LSM dan perguruan tinggi.
> 
>               Menurut salah seorang anggota Tim studi kelayakan (feasibility 
> study/FS), Mujiyanto dalam penjelasan yang disampaikan kepada SP melalui 
> milis 
> wartawan peduli Sanitasi dan Lingkungan di Jakarta, beberapa waktu lalu, 
> beberapa pertimbangan yang mendasari dibangunnya PLTSa di Bandung tersebut.
> 
>               Pertama, PLTSa berfungsi sebagai pabrik pemusnahan sampah 
> daripada pembangkit listrik. Listrik yang dihasilkan dan dijual ke PLN hanya 
> untuk menutupi sebagian biaya operasi," ujarnya.
> 
>               Kedua, di seluruh kota di dunia pabrik pengolahan sampah yang 
> dikelola swasta memungut biaya dari pihak yang sampahnya ingin 
> diolah/dimusnahkan. Besarnya biaya pengolahan bergantung pada teknologi yang 
> digunakan, semakin tinggi teknologi yang digunakan semakin mahal biaya 
> pengelolaan sampah.
> 
>               Ketiga, biaya pengelolaan PLTSa diharapkan lebih murah daripada 
> di PLTSa luar negeri. Sebagai gambaran, di Singapura pemerintah kotanya harus 
> membayar 80 dolar (Rp. 400.000) per ton kepada PLTSa swasta.
> 
>               Di Tiongkok biaya pengolahan sekitar 100-200 Yuan kepada PLTSa 
> milik pemerintah atau semipemerintah dan 250-300 Yuan pada PLTSa milik swasta 
> (1 Yuan = Rp 1.300).               Keempat, ketentuan mengenai kepemilikan 
> pembangkit listrik dan listrik yang dihasilkan diatur dalam UU 15/1985, PP 
> 10/1989, dan Permen ESDM 1 dan 2/2006, yang pada intinya menyatakan pihak 
> swasta boleh memiliki pembangkit listrik dan listrik dari PLTSa wajib dibeli 
> oleh PLN, karena dapat dianggap sebagai pembangkit listrik energi terbarukan 
> di bawah 10 MW.
> 
>               Perjanjian kerja sama dengan PLN yang berisi hal-hal tersebut 
> di 
> atas sedang berlangsung, dan beberapa pertemuan dengan pihak terkait telah 
> dilakukan. Kelima, Pemerintah Kota bersama pengembang akan sangat 
> berhati-hati 
> dalam melakukan pemilihan jenis teknologi, manufaktur, dan kualitas produk.
> 
>               Dengan nilai investasi ratusan miliar dan masa pengembalian 
> yang 
> lambat, tentunya kita tidak menginginkan terjadinya pencemaran yang mengancam 
> penduduk Bandung.
> 
>               Keenam, untuk menjamin kualitas pabrik yang dibangun, sebelum 
> kontrak berakhir pihak vendor berkewajiban untuk mengoperasikan selama satu 
> sampai dua tahun, dan melakukan pengujian yang diperlukan untuk memastikan 
> pabrik beroperasi dengan baik dan emisi yang dihasilkan di bawah baku mutu 
> yang disepakati.
> 
>               Dr Ari Darmawan Pasek dalam presentasinya tentang hasil studi 
> kelayakan beberapa waktu lalu mengakui, ide untuk membangun PLTSa di Kota 
> Bandung datang dari pemerintah Kota Bandung sendiri. Sebab, kota ini 
> dihadapkan pada permasalahan berupa tidak tersedianya lagi ruang di kota 
> tersebut untuk membuang sampah sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
> 
>               Untuk itu, salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan 
> mereduksi volume sampah yang dihasilkan oleh penduduk Bandung setiap harinya,
>  yang jumlahnya mencapai 2.785 m3 per hari. Reduksi itu dapat dilakukan 
> dengan 
> cara mengubah sampah itu, menjadi abu dengan membakarnya.
> 
>               Untuk melihat apakah PLTSa layak dibangun di wilayah Bandung 
> sebagai bentuk solusi terhadap permasalahan sampah Kota Bandung, dijalankan 
> sebuah studi kelayakan. Dan berdasarkan hasil studi kelayakan tersebut, dari 
> sekitar 2.785 m3 sampah yang dihasilkan penduduk Bandung setiap harinya, di 
> antaranya sekitar 25,22 persen adalah sampah yang masih bisa didaur ulang, 
> sedangkan 74,78 persen sisanya adalah sampah yang dapat digunakan sebagai 
> sumber energi, karena sebagian besar komposisi sampah di Bandung adalah 
> sampah 
> organik (42 persen berat atau 58 persen volume).
> 
>               Tak Merusak Lingkungan
> 
>               Tim sosialisasi PLTSa meyakinkan masyarakat bahwa pembakaran 
> yang akan dilakukan tidak merusak lingkungan. Teknologi yang diaplikasikan 
> mampu menekan kadar dioksin, sehingga tidak lagi mencemari udara.
> 
>               Soal kekhawatiran masalah kesehatan masyarakat dan keamanan 
> yang 
> sempat timbul dari masyarakat Bandung, utamanya daerah Gedebage, lokasi di 
> mana PLTSa tersebut akan dibangun, Tim FS memperlihatkan hasil studi 
> bandingnya ke beberapa negara, di antaranya Singapura, dan Tiongkok, di mana 
> WTE yang telah dibangun di sana, dan telah beroperasi selama beberapa tahun, 
> berada dekat permukiman dan tidak menimbulkan polusi.
> 
>               Pembakaran sampah pada pembangkit dilakukan di atas suhu 850 
> derajat Celcius sehingga kadar Dioksin dan gas beracun lainnya yang teremisi 
> ke udara lebih rendah dari PLTU Batubara. Sampah akan terbakar tanpa bantuan 
> bahan bakar tambahan.
> 
>               Tim sosialisasi juga meyakinkan bahwa teknologi ini telah 
> dipakai lebih dari 20 tahun di seluruh dunia belum ada korban pencemaran 
> dioksin dan gas beracun lainnya pada manusia dari PLTSa. Sistem PLTSa sama 
> persis dengan PLTU dan sampai saat ini belum ada kecelakan besar pada PLTU di 
> Indonesia.
> 
>               PLTSa Gedebage akan mengemisi dioksin kurang dari 1 ng/m3. 
> Dengan demikian, dalam sehari akan teremisi paling banyak 2,4 miliar gram, 
> atau selama 25 tahun umur operasi, PLTSa Gedebage hanya akan mengemisi 22 
> gram 
> dioksin tersebar di 2.340 km2 wilayah cekungan Bandung (apabila diasumsikan 
> pencemaran tidak keluar dari wilayah cekungan Bandung), atau 1,3 mikro 
> gram/km2/hari.
> 
>               Apabila diasumikan kepadatan di cekungan Bandung adalah 10.000 
> jiwa/km 2 (sama dengan kepadatan kota Bandung), maka nilai emisi dioksin 
> adalah 3.7 pico gram per orang per hari per kg berat badan. Nilai tersebut 
> masih berada di bawah batas paparan dioksin yang ditetapkan WHO, yaitu 4 pico 
> gram per hari per kg berat badan.
> 
>               Nilai paparan aktual tentunya akan lebih kecil, karena tidak 
> semua dioksin yang teremisi akan tertelan manusia. Hasil simulasi penyebaran 
> pencemaran udara yang dilakukan tim Amdal ITB menunjukkan bahwa pencemaran 
> udara dapat ditekan di bawah baku mutu dengan mengatur ketinggian cerobong. 
> [E-
> 5]
> 
> ------------------------------------------------------------------------
> 
>         Gesendet von Yahoo! Mail. 
>         Dem pfiffigeren Posteingang.
> 
>         -- 
>         (Antonio
> 
>         Cell Phone/ HP: +62 81 139 5140
>         Office : + (62) (361) 720-816
>         Email : antoniodesk@ gmail.com /
>         antoniodesk@ alum.mit. edu 
>         Web Blog: 
>         http://triaco. blogspot. com/
> 
>         -- 
>         Antonio [UTF-8?]
>         Cell Phone/ HP: +62 81 139 5140
>         Office : + (62) (361) 720-816
>         Email : antoniodesk@ gmail.com /
>         antoniodesk@ alum.mit. edu 
>         Web Blog: 
>         http://triaco. blogspot. com/
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> Gesendet von Yahoo! Mail. 
> Dem pfiffigeren Posteingang.
> 
> __._,_.___ 
> Messages in this topic (2) Reply (via web post) | Start a new topic 
> Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar
> 
> Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
> Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
> Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe 
> Recent 
> Activity
>   a..  1New Members
>   b..  1New Photos
>   c..  1New Links Visit Your Group Y! Messenger Want a quick chat?
> 
> Chat over IM with
> 
> group members.
> 
> New web site?
> Drive traffic now.
> 
> Get your business
> 
> on Yahoo! search.
> 
> Learn to live
> a full life with these
> 
> healthy living
> 
> groups on Yahoo!
> . 
> __,_._,___
------- End of Original Message -------


--
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id
Moderators    : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Berlangganan  : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Henti Langgan : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke