Dear all members, you right, but... Fakta dilapangan yang namanya petani pastilah mereka yang bergelut dengan tanah (hortikultura, tanaman keras, pertanian dalam arti luas, dll), kotor, kusam, sederhana dst. Bagi saudara kita yg educated tentu diluar konsep sperti pandangan kebnyakan orang. Petani hanya pemanis bibir calon pejabat/pejabat ketika ada pilkada/pileg, tetapi ketika sudah terpilih .. Sap ajak janji... Memuakan!!! Negeri pepesan KOSONG Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message----- From: wayan artika <batung...@yahoo.com> Sender: bali-bou...@lp3b.or.idDate: Thu, 24 Feb 2011 15:25:35 To: <bali@lp3b.or.id> Reply-To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] kita perlu cara pandang baru untuk memahami maslah pertanian Jika kita melihat soal pertanian dari pandangan tradisi dan budaya, maka kita akan sedih. Tapi yang sedih bukan petani yang berkubang tanah di desa-desa di bali atau di sisi-sisi kota yang sawah telah terjepit. Apakah petani jadi petani karena pilihan ekonomi atau karena tak ada pilihan lain? Saya yakin banyak yang bertahan jadi petani karena terpaksa. saya anak petani tapi tak jadi petani. Saya kerja jadi guru di Singaaja. tapi ada juga orang yang kembali jadi petani karena romantisme dan eksperimen hidup. Artinya mereka tak perlu susah hidup jadi petani karena sudah bercukup atau kaya. Bagi orang ini jadi petanio adalah kesenangan dan padi atau sawah adalah taman atau pemandangan dari kamar tidur di villanya. Jangan lupa: menurut teori Marxis, segala kebudayaan dan pandangan hidup manusia akan berubah oleh cara hidup kita atau cara-cara ekonomi kita. Inilah yang harus dipandang dan dipahami agar kita mengerti apa soalnya. Jangan berpikir tentang Bali dari segi ide ke bbenda. Bali dibentuk oleh benda-benda dan membentuklah ide-ide. Jika cara hidup kita berubah maka bali akan berubah. jika cara makan kita akan berubah maka bali akan berubah. Jika cara kerja kita berubah maka bali juga harus berubah. salam Artika --- On Thu, 2/24/11, suardika iwayan <dharmabaktipers...@yahoo.com> wrote: From: suardika iwayan <dharmabaktipers...@yahoo.com> Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? To: "Bali wismaya" <bali@lp3b.or.id> Date: Thursday, February 24, 2011, 8:47 AM Benar, jadi petani sungguh tidak menjanjika, setidak-tidaknya untuk saat ini. Saya pernah mencoba jadi peternak ayam broiler 2000 ekor bangkrut, kandang saya rubah jadi kandang babi, induk/penggemukan 60 ekor, ketika siap jual harga anjlok, lalu semua calon induk saya kawinkan dengan harapan anak babi lebih gampang dijual, ketika itu saya punya bibit lebih dari 400 ekor, ternya ketika ada produk siap jual harga dipermaikan, Disnak samasekali tidak pernah membela petani/ peternak, justru mengijinkan pengeiriman ternak dari luar bali. Ya .... Akhirnya semua bagkrut.... Inilah nasib petani kita. Powered by Telkomsel BlackBerry®From: "Asana Viebeke Lengkong" <asan...@indo.net.id> Sender: bali-bou...@lp3b.or.idDate: Thu, 24 Feb 2011 19:42:16 +0800To: <bali@lp3b.or.id>ReplyTo: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? Catatan: yang menyatakan adalah Ketua APINDO, Asosiasi Pengusaha Indonesia di Bali. From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of nyoman suwela Sent: Thursday, February 24, 2011 6:41 PM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? Kalau lahan pertanian tidak cukup lagi mengapa kita tidak latih masyarakat Bali untuk tidak hanya menggantungkan diri dari menanam padi? Saya dari keluarga petani, tetapi sejak kecil dengan saudara yang banyak, saya sudah menyadari bahwa nantinya tanah orang tua saya tidak akan cukup untuk hidup dari pertanian. Sekarang saya mencari nafkah di sektor pariwisata dan istri jualan kecil-kecilan, sehingga minimal bisa makan dan menyekolahkan anak-anak, tanpa perlu bertransmigrasi ke daerah lain. From: tlengkey <tleng...@web.de> To: bali@lp3b.or.id Sent: Thu, February 24, 2011 3:19:44 PM Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? Pemikiran yang berbahaya atau mengandung racun atau....apalah motivnya....., terimalah ini sebagai pernyataan, kritik ataupun provokasi! Jika kenyataannya dilapangan tidak sedemikian, berikanlah fakta yang nyata, atau mungkin ada kesalahan yang musti dirubah/diperbaiki. Yang pada akhirnya hanya untuk membantu Petani dan pelestarian lingkungan. Marilah kita koreksi lagi berapa lahan pertanian yang sudah diubah menjadi lahan pariwisata/perumahan? Sampai saat ini saya belum pernah mendengar, jika ada projek pariwisata/perumahan yang dibatalkan untuk melestarikan lahan pertanian. Masih banyak lagi yang kita harus perbaiki ...........Ormas peduli Bali musti lebih dimasyarakatkan. NATO ----- Original Message ----- From: Asana Viebeke Lengkong To: bali@lp3b.or.id Sent: Thursday, February 24, 2011 4:30 AM Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? Saya sudah berbicara dengan beberapa teman dan akan di sikapi secepat mungkin…. Pernyataan mengandung racun corporasi… ini To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: Perlu di sikapi????? Pemikiran yg berbahaya sekali, orang Bali disuruh transmigrasi, para pendatang membanjiri Bali, akhirnya budaya dan agama Hindu Bali lenyap.. Mimih dewa ratu.. From: bali-bou...@lp3b.or.id <bali-bou...@lp3b.or.id> To: bali@lp3b.or.id <bali@lp3b.or.id> Sent: Wed Feb 23 19:58:15 2011 Subject: [bali] Perlu di sikapi????? Industri Pertanian Tak Cocok di Bali Beritabali.com, Denpasar, Tingginya alih fungsi lahan menyebabkan semakin terbatasnya lahan pertanian di Bali. Kondisi ini yang menyebabkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menilai Bali sudah tidak cocok sebagai lokasi pengembangan industri pertanian. Ketua Apindo Bali Panundiana Khun pada keteranganya di Renon (14/2) menegaskan akibat semakin terbatasnya lahan pertanian maka sudah saatnya pemerintah untuk memberlakukan program trasmigrasi bagi para petani di Bali. Sebagai salah satu contoh program trasmigrasi petani ke Kalimantan. “Kalau hanya petani penggarap itu kenapa tidak dibawa trasmigrasi saja ke Kalimantan. Di Kalimantan itu satu hektar hutan hanya dua juta. Bisa minta gratis. Kaltim, kalteng, Kalbar kebanyakan penduduknya orang Jawa semua. Penduduk lokalnya hanya 30 persen,” ujar Panundiana Khun. Panundiana Khun menambahkan walaupun pertanian dapat tetap dikembangkan di Bali, namun pertanian tersebut hanya sebagai pelengkap pariwisata semata. Selain itu pertanian hanya akan menjadi bagian dari paket wisata di Bali. (mlt)