Coba direnungkan:

 

FAKTA:

 

1.       Terlalu banyak motor/kendaraan

2.       Berapapun di buat jalan atau tol pastinya macet (Bukti Sunset Road dan 
juga proyek macet)

3.       Siapa bilang tidak ada angkutan umum? Sampai berebut penumpang karena 
banyaknya..

4.       Sistem transportasi tidak terkelola dengan baik – jalur tidak jelas – 
semerawut – 

5.       supir beralih jalur semaunya

6.       Tidak semua orang juga punya kendaraan; hanya orang kaya yang punya 
rumah kampong dan rumah kota yang bisa punya mobil 2 motor 5

7.       Tidak semua wilayah dapat mudah di akses

8.       Masih banyak orang Bali yang tidak bisa beli motor; tapi ingin beli 
karena ingin mudah kemana mana gampang;

9.       Cicilan motor lebih murah dibandingkan dengan angkutan umum; bonusnya 
juga ok dapat helm, jaket, jas ujan… kapan kapan McDonald atau KFC – hadiah 
undian keluar negeri lagi

 

Transportasi seperti apa yang kita perlu:

 

1.       Jalur jelas

2.       Sopir nggak seenaknya bisa muter di tengah jalan macet; nyalip 
semaunya; motor berebut jalan

3.       Tepat waktu sampai tujuan

4.       Bebas macet

5.       Harga terjangkau tidak lebih mahal dari cicilan motor

 

SAMA DENGAN = kereta api, monorail (rapid mass transport)

 

Kita semua bisa belajar jadi manusia kompeten dan menghargai; jadi soal 
maintenance semua pihak harus bertanggung jawab…. 

 

YES WE CAN….. CAN…..(KALAU MAU….)

 

JVieb

 

 

 

From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of donny 
harimurti
Sent: Saturday, April 16, 2011 7:29 AM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: BAli on Rails

 

Betul pak Nyoman,
Mungkin karena sistem kepegawaian kita ini tidak mengenal "reward & 
punishment". PNS tetap naik pangkat karena masa kerja tanpa melihat 
prestasinya. Alhasil tidak ada PNS yang takut kehilangan pekerjaan atau 
dikurangi gajinya karena tidak becus kerja. Asal ngisi absen dan mau loka karya 
pasti kantong terisi. Makanya orang berani menjual sawah asal bisa jadi PNS. Di 
mana lagi cari nasi hangat mengepul tanpa harus mencangkul?
Saya kira inilah yang membuat kita punya banyak wacana tanpa ada yang 
direalisasi. Nggak mungkin kan menteri atau dirjen turun langsung ke lapangan 
ngecek touch screen. Anak buah di lapangan yang jaka sembung semua. 
Besar kemungkinan menterinya sendiri juga tidak takut hukuman kalau programnya 
tidak jalan. Duduk di sana juga mungkin bukan karena banyak prestasi tetapi 
karena banyak setor pencoblos. 
Salam,
Donny

Sent from my BlackBerry®

  _____  

From: nyoman suwela <nsuw...@yahoo.com> 

Sender: bali-bou...@lp3b.or.id 

Date: Fri, 15 Apr 2011 16:11:55 -0700 (PDT)

To: <bali@lp3b.or.id>

ReplyTo: bali@lp3b.or.id 

Subject: [bali] Re: BAli on Rails

 

Pak Jro Wacik memang hebat sejak menjadi Menteri Budpar. Kebetulan saya mencari 
nafkah disektor pariwisata jadi perhatian saya lebih banyak fokus kepada sektor 
itu. Di Lovina, khususnya di Lovina beliau melancarkan proyek super canggih 
yaitu diera serba "sentuh" berupa bangunan yanag didalamnaya ada peranti 
komputer yang maksudnya wisatawan atau umum dapat memperoleh informasi dengan 
hanya menyentuh layar kaca komputer. Dibeberapa negara yang pernah saya 
kunjungi memang saya pernah alami. Hebat dan bravo Pan Menteri. Cuma sayang 
........sampai sekarang komputernya masih sepanjang wacana alias belum ada. 
Bangunan "sementara" jadi mubazir. Waste of money?
Saya hadir mewakili PHRI Buleleng di hotel Banyualit mendengar pemaparan 
Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kementerian Budpar tentang program Kementerian 
Budpar ingin membantu Daerah mengembangkan kepariwisataan di Daerah dengan 
mengadakan semacam festival budaya daerah dengan menampilkan kebudayaqn daerah 
khususnya keseniaan yang unik untuk menarik wisatawan. Dalam pemaparan ternyata 
program itu sudah dipaket secara mateng, tempatnya sudah ditentukan di Taman 
Kota Singaraja, apa yang akan ditampilkan, acaranya bahkan sampai 
penyelenggaranya. Mungkin semua ini atas hasil konsultasi dengan Pemda 
setempat. Dan......dalama pelaksanaannya program ini dikaitkan dengan HUT Kota 
Singaraja.
Pada waktu pemaparan saya selaku wakil PHRI sudah mengusulkan mengapa tidak 
diadakan di kawasan wisata? Mengapa PHRI tidak dilibatkan sejak awal dari 
perencanaaan?
Dalam pelaksaanaan tidak ada promosi ke hotel-hotel, brosur, leaflet atau 
bahan-bahan promosi lainnya. Hanya sepanduk yang amat sederhana.
Tapi dalam pelaksanaan saya dengar (karena saya tidak hadir) sukses besar. 
Didatangkan artis dari ibu kota. Lapangan dipenuhi oleh wisatawan domestik 
yaitu wisatawan yang datang dari kampung-kampung sekitar lapangan seperti 
Banjar Jawa, Kampung Bugis, Banjar Tegal dan lain-lainnya. 
Dulu ada proyek pelestaraian tempat-tempat bersejarah antara lain pelabuhan 
Buleleng, jembatan Kampuing Tinggi dsb. Menurut pendapat saya yang picik yang 
namanya pelestarian adalah mengembalikan kepada aslinya, bukan ditambah atau 
dikurangi. Tapi jembatan tua Kampung Tinggi ditambahi atap. Apa ini namanya 
pelestarian? Dan ada kabar justru bangunan lama di pelabuhan Buleleng akan 
dibongkar untuk tempat Festival Topeng Internasional.
Banyak yang kaget. Ya itulah "pembangunan" sebagai ciri "kemajuan", membongkar 
dan membangun. 
Pengalaman  menunjukan bahwa kita pintar membuat rencana, membangun tetapi 
kemudian tidak bisa memeliharanya. Lihat pintu gerbang di Lovina denganan 
tamannya, tempat lampu sepanjang jalan yang tidak pernah ada lampunya. Semuanya 
tidak ada kelanjutan dan tidak terpelihara. Berapa uang terbuang-buang? Kalau 
itu dipergunakan untuk kebersihan wisatawan akan acungkan jempol. Saya 
khawatirkan kalau rencana rel di Bali benar-benar terwujud lalu tidak 
terpelihara, apa jadinya? Only God knows. 
That is life mate?
Bravo pak Menteri. 

 

  _____  

From: donny harimurti <do...@babadbali.com>
To: bali@lp3b.or.id
Sent: Fri, April 15, 2011 11:37:15 PM
Subject: [bali] Re: BAli on Rails

Salam. 
Saya kurang / belum setuju dengan KA perkotaan dlm waktu dekat ini. Semrawutnya 
lalu lintas sekarang ini akibat tidak adanya angkutan umum yang memadai. 
Mestinya pemerintah menerbitkan plat nomor kuning (umum) sudah dengan ijin 
trayek yang mengikat. Untuk tiap daerah pengembangan baru pemerintah membuka 
jalur perintis dengan menggaji pengemudi alih-alih memungut ongkos dari 
penumpang. Sehingga tidak ada rebutan jalur gemuk dan penolakan jalur baru. 
Setiap jalur yang sudah tumbuh sendiri dicabut subsidinya dan diawasi 
volumenya. Stasiun estafet ditentukan sehingga trayek yang tumpang tindih 
dihindari.
Masyarakat Bali ingin memiliki kendaraan pribadi karena kendaraan umum sulit, 
ini masalah umum. Masalah khususnya, rata-rata penduduk kota besar punya 2 
domisili yang harus dihubungkan setiap waktu. Rumah tua dan rumah kota. 
Sehingga 1 jenis wahana saja tidak cukup untuk tiap rumah. Karena itu masalah 
jadi semakin rumit. Kalau masalah umumnya bisa teratasi dengan baik, yang 
khusus akan terakomodasi dengan kelebihan kuantitas kendaraan pribadi. 
Untuk angkutan jarak jauh, saya setuju kereta api. Karena kereta api bisa patas 
(cepat dan terbatas). Tidak berhenti di sembarang tempat & tidak mengusik jalur 
angkutan jarak dekat. Yang terutama adalah menghubungkan kota besar ke kota 
besar dengan sesedikit mungkin perhentian supaya cepat. Tepat untuk angkutan 
sembako, BBM, bahan mentah & cargo dalam volume besar serta penumpang pelintas 
pulau. Lintas pulau ini ada dan pertumbuhannya akan menjungkir balikkan Bali 
kalau kita hanya memikirkan Bali saja. Mereka harus segera dibuatkan urat nadi 
lintasan yang lancar agar tidak bersinggungan langsung & memperparah keruwetan 
lalulintas dalam pulau. Karena itu idealnya buatkan jalur utara dan selatan 
dari barat sampai ke timur. Otomatis melingkar. Agar kita tetap teratur di 
tengah pertumbuhan NTB & NTT ke timurnya lagi. 
Demikian jeritan orang awam. 
Salam,
Donny

Sent from my BlackBerry�2)b�8瑨�"x ⒅�?pAjX垵�'z葰>驽奆瑠m��鹈    
i莺+壭+�*a囤Zwn娾t�z董⒒&j)m《jz董⒒%璁'Az筞�潻鎗)m《藳笔鈓閕莺+壯逓貗jx jy殜[hm゜簕.n�+壏ェv璁'

Kirim email ke