Putting Tourism to Rights

-----Original Message-----
From: bali-bounces+asanasw=indo.net...@lp3b.or.id 
[mailto:bali-bounces+asanasw=indo.net...@lp3b.or.id] On Behalf Of nyoman suwela
Sent: Saturday, September 24, 2011 8:09 AM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: Re: [Bali] [bali] Pariwisata Bali di fabrikasi

In short, you can do it with do-it.

--- On Fri, 9/23/11, Asana Viebeke Lengkong <asan...@indo.net.id> wrote:

From: Asana Viebeke Lengkong <asan...@indo.net.id>
Subject: [bali] Pariwisata Bali di fabrikasi
To: bali@lp3b.or.id, bali-b...@yahoogroups.com
Date: Friday, September 23, 2011, 9:04 PM




 
 







Pariwisata Bali Difabrikasi untuk Pasar Global 

Posted on admin
on September 11, 2011 // Leave Your
Comment  

 

Dr. Jean Couteau menjadi narasumber dalam Dialog
Budaya Sudamala bersama Prof.Dr.Nyoman Darma Putra. Diskusi dipandu oleh Warih
Wisatsana yang didampingi Ben Subrata, pemilik Sudamala Suites & Villas.
(foto:haska/JB) 

“YOU got the spirit?” demikian pertanyaan seorang
wisatawan  asal New York kepada rekan-rekannya seusai  berlatih yoga
di sebuah villa di Payogan, Ubud. Sekitar belasan turis kulit putih baru saja
mempraktekan yoga yang diampu seorang Master Yoga dari California, Amerika.
Para turis itu mengetahui informasi  tentang pelatihan yoga untuk tingkat
pemula itu dari sebuah situs internet. Mereka tanpa ragu mengeluarkan kocek
 ratusan Dollar US untuk sekali pertemuan. 

Ubud yang dikenal di seantero dunia sebagai desa seni
 kini juga sohor  menjadi destinasi bagi wisatawan yang mencari
ketenangan jiwa dengan mempratekan yoga atau  meditasi. Sudah lazim bila
sore hari melihat wisatawan separuh baya yang membawa matras yoga, mengenakan
kostum  dan asesoris yang mengingatkan kita pada trend para “Hippies”
pada tahun 1960-an.Toko yang menjual peralatan yoga, buku-buku spiritual dan
tempat pelatihan meditasi pun mulai menjamur di Ubud. 

Fenomena di atas dan perkembangan pariwisata Bali mutakhir
 lainnya mendapat sorotan tajam pengamat kebudayaan Bali, Dr.Jean Couteau
dan Prof. Dr.Nyoman Darma Putra, pada gelaran Dialog Budaya Sudamala yang
mengangkat tema “Menata Bali ke Depan: Prospektif Pariwisata dan
Budaya” pada Jumat (9/9)  lalu di Sudamala Suites & Villas,
 Sanur. 

Jean Couteau melihat Bali sebagai destinasi pariwisata di
Asia akhir-akhir ini didesain untuk memenuhi pasar global pariwisata.Para
pelaku pariwisata berusaha memuaskan keinginan wisatawan sehingga Bali
difabrikasi. 

Di beberapa destinasi wisata di Bali, masih menurut Jean
Couteau, sengaja dibangun lokasi yoga untuk memenuhi keinginan wisatawan yoga
dari California. “Padahal yoga sendiri bukan berasal dari Bali, melainkan
dari India. Yang saya tahu, Bali memiliki cara meditasinya tersendiri,”
tukas Couteau. 

Dampak negatif yang terjadi akibat globalisasi yang semakin
cepat adalah akan terjadi perubahan dalam sistem pencitraan Bali.Masyarakat
Indonesia masih berupaya mencitrakan Bali sebagai tujuan pariwisata budaya. 

” Bali
is not paradise created, but paradise which is fabricated.Artinya
ada suatu hal di Bali yang difabrikasi, seolah-olah menjadi lebih penting dari
pada Bali yang sejati. Jadi, pencitraan dari pariwisata dalam hal ini bertumpu
pada kepuasan turis yang datang ke Bali,” tandasnya. 

Sedangkan Dr. Nyoman Darma Putra menyoal lemahnya media massa
memberi porsi pemberitaan tentang masyarakat yang tinggal di daerah tujuan
wisata di Bali. 

“Liputan pariwisata di media lebih pro-turis, bukan
pro-rakyat.Kebanyakan berita pariwisata tidak coba mengangkat wawancara kepada
masyarakat setempat mengenai apa yang bisa masyarakat dapatkan dari destinasi
pariwisata,” ujar dosen Faklultas Sastra Universitas udayana yang juga
dikenal sebagai kritikus sastra itu. 

Darma Putra menekankan pentingnya media massa berperan dalam
pendidikan untuk mencerdaskan masyarakat.Saatnya pers lebih peka melihat
perkembangan kehidupan masyarakat di Bali. Pers selama ini, masih menurut Darma
Putra, cenderung hanya memberi porsi berita yang besar untuk wilayah Bali
selatan. 

“Apa yang dinikmati masyarakat di Bali bagian selatan
dalam industri pariwisata belum tentu dirasakan di Bali bagian timur. Pers
harus peka melihat persoalan masyarakat. Masalah kekeringan di daerah Seraya,
Bali timur, saya kira bisa diatasi dengan cepat bila ada pemberitaan media
massa. Pihak swasta akan memberikan bantuan segera,” ujar Darma Puta yang
masygul melihat perkembangan media massa di Bali sekarang yang cenderung
semakin komersial. 

“Saatnya mengembalikan media massa untuk menyuarakan
kepentingan masyarakat,” tandas Darma Putra. 

Pariwisata Bali yang dimulai semenjak zaman kolonial
Belanda, dalam 20 tahun terakhir ini menimbulkan masalah serius.Dalam
penelitian Putu Suasta, seorang intelektual Bali, terungkap bahwa produksi air
di Bali sebetulnya cukup untuk mendukung kehidupan tiga juta penduduk pulau ini.
Tapi dikarenakan pariwisata dengan 35.000 lebih kamar hotel, ribuan kolam
renang, lapangan golf dan lansdcap yang menghabiskan tiga juta liter per hari,
semenjak tahun 2000 Bali memasuki ancaman krisis air. Suplai air beberapa
sumber air terkuras oleh kepentingan pariwisata dan bukan kebutuhan harian
penduduknya. (Helmi
Haska/JB) 

   



 

_______________________________________________
Bali mailing list
Bali@lp3b.or.id
http://lp3b.or.id/mailman/listinfo/bali


--
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id
Moderators    : <mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id>
Berlangganan  : <mailto: bali-subscr...@lp3b.or.id>
Henti Langgan : <mailto: bali-unsubscr...@lp3b.or.id>

Kirim email ke