Hmmm, anemia pada anak kecil sebagian besar karena defisiensi zat besi. Kalo udah begini, mesti dikasih supplement zat besi. Tapi test dulu kadar Hb darahnya, kalo rendah ya anemia. Kekurangan zat besi bahaya lho, perkembangan otak jadi terhambat, tingkat kecerdasan berkurang.
Supplemen zat besi murah koq, beli aja bangsa ferril atau ferrogoblin atau ferrilin gitu. Setahu saya satu botol itu tidak sampai 30 ribu hargaya, dan bisa dipakai selama 45 hari berturut2, sehari satu sendok. Berikut sedikit artikel yang saya dapet. Intinya sih lagi2....MAKANAN BERGIZI....capek deh muter kalo udah ngomongin gini, karena kembali lagi ke pendapatan per kapita bangsa kita rendah, why? tingkat penganguran rendah? why? muter2222 nanti jadi panjaaaaang dan lebaaaar, sementara baca dulu artikel ini ya, jeng. Atasi Anemia, Selamatkan Anak-anak ** Jangan remehkan anemia, terutama pada anak-anak. Pengabaian penyakit yang lebih dikenal sebagai kurang darah ini bisa membawa bencana pada generasi mendatang. Anemia mengancam kecerdasan anak, menurunkan prestasi belajar, dan melahirkan generasi ber-IQ `jongkok'. Bila hal itu tak diatasi, jangan bermimpi anak-anak negeri ini mampu bersaing di era globalisasi, 10 - 20 tahun mendatang. Tanda-tanda ancaman itu sudah tampak. Pemeriksanaan kadar *hemoglobin* (Hb) siswa di 17 Sekolah Dasar (SD) di Jakarta yang dilakukan Yayasan Kusuma Buana dari November 2006 - Februari 2007 membuktikan prevalensi anemia sebesar 23,2 persen dengan kisaran 11,1 - 50,9 persen di tiap sekolah. Anemia adalah kondisi di mana kadar Hb seseorang di bawah normal. Hb berfungsi mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Bila kadar Hb berkurang, maka pasokan oksigen ke semua organ tubuh pun berkurang hingga mengganggu kerja organ tersebut. Bila yang terganggu pasokan oksigen untuk otak, maka kemampuan berpikir atau konsentrasi bakal terganggu. Ternyata, indikasi itu tak hanya terjadi di Jakarta tapi juga wilayah lain di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT) 2004 menunjukkan tingginya kejadian anemia pada anak usia sekolah. Survei itu menunjukkan, Anemia Defisiensi Besi (ADB) - kadar Hb di bawah normal karena kurang zat besi -- ditemukan 39 persen pada balita dan 24 persen pada usia 5 - 11 tahun. Padahal, ADB pada anak usia sekolah dan prasekolah bisa mengganggu proses tumbuh kembangnya. Kenyataan itulah yang mendorong Departemen Kesehatan meluncurkan kampanye Indonesia bebas anemia dalam kurun waktu 2006-2008 dengan didukung PT Merck Tbk. Kampanye itu bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai anemia, pencegahan, dan pengobatannya. Untuk operasional, Merck menggandeng DEG, suatu institusi Keuangan di Jerman dan SEAMEO-TROPMED UI untuk training materi penyuluhan anemia bagi para trainer dan Yayasan Kusuma Buana sebagai pelaksana program "Atasi anemia, tingkatkan semangat belajar!" *Gejala 5 'L'* Anak didiagnosa menderita anemia, menurut *Word Health Organization* (WHO), jika kadar Hb kurang dari 12 g/dL untuk usia lebih dari 6 tahun dan kurang dari 11 g/dL usia di bawah 6 tahun. Anak-anak yang terkena anemia dapat dikenali dengan 5 L (lemah, letih, lesu, lelah, dan lunglai). Ciri lain, wajah tampak pucat, mata berkunang-kunang, sampai nafsu makan berkurang. Anemia, sejatinya, tak hanya disebabkan kekurangan zat besi, tapi juga kurangnya vitamin B12, asam folat, dan senyawa lainnya yang merupakan komponen pembentukan sel darah merah. Anemia juga dapat disebabkan oleh pendarahan dan penyakit kronis. Data Departemen Kesehatan 2000 menunjukkan, penyebab anemia adalah malnutrisi balita yang terbagi menjadi gizi kurang sebanyak 5.2 juta orang (26,4 persen), gizi buruk sebanyak 1,7 juta (8,9 persen), dan marasmik kwasiorkor sebanyak 170.000 (0,9 persen). Kecacingan pun menyebabkan siswa SD menderita anemia. Kondisi ini, tentu tidak bisa dibiarkan. Sebab, menurut dr Djajadiman Gatot, SpA (K) dari Divisi Hematologi Onkologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, ADB mengganggu belajar, juga menurunkan fungsi otot dan daya tahan tubuh pada anak. ''Bila daya tahan tubuh menurun maka risiko infeksi pun akan meningkat,'' tuturnya dalam sebuah seminar di Jakarta, beberapa waktu lalu. Djajadiman mengatakan, anemia saat anak masih bayi akan bedampak pada prestasi di masa sekolah. Konsentrasi dan daya ingat anak rendah dan bisa berujung pada rendahnya kecerdasan intelektual (IQ) dan gangguan perilaku. Toh, 'dunia belum kiamat' bagi penderita anemia. ADB bisa ditangani dengan pemberian preparat zat besi dan mengatasi penyebabnya. Anak-anak - juga ibu hamil - dianjurkan memperbanyak mengkonsumsi daging, hati, kuning telur, tepung, roti, dan gandum yang diperkaya zat besi. Konsumsi zat besi sebaiknya diikuti dengan vitamin C karena dapat meningkatkan penyerapan zat besi. *Generasi Cerdas* Sebetulnya, tambahan zat besi di usia sekolah, menurut dr Soedjatmiko, SpA (K), MSi, spesialis anak dan megister perkembangan anak FKUI/RSCM, tidak banyak manfaatnya. ''Oleh karena itu, pencegahan dan pengobatan sebaiknya mulai umur enam bulan sampai 2-3 tahun,'' tuturnya dalam seminar yang sama. Soedjamiko mengatakan, untuk menjamin perkembangan otak dan kecerdasan optimal, cegah kekurangan zat besi pada bayi, dan calon ibu (remaja putri), di samping kebutuhan nutrisi lain dan simulasi dini sejak dalam kandungan. Bayi dan balita mulai umur enam bulan sebaiknya diperiksa kadar zat besi. Bila kurang, berikan tambahan zat besi dan perbaikan makanan. ASI diteruskan sampai dua tahun. Ibu hamil, Soedjatmiko melanjutkan, sebaiknya diberikan tablet zat besi agar menjamin tercukupinya kebutuhan zat besi untuk jamin, terutama perkembangan otak dan darah. Remaja putri juga sebaiknya memeriksakan kadar zat besi. Bila di bawah normal, segera berikan zat besi sampai normal agar kelak ketika hamil kebutuhan untuk janin tercukupi. Ingin generasi mendatang cerdas? Soedjatmiko mengatakan, itu bisa dilakukan dengan mencegah kekurangan zat besi sejak bayi dalam kandungan sampai usia 2-3 tahun. Selama masa itu, berikan ASI dan nutrisi yang lengkap dan seimbang, lakukan simulasi dini dengan penuh kasih sayang, imunisasi lengkap dan teratur, jaga kebersihan badan dan lingkungan, dan pantau tumbuh kembang secara teratur. Dengan begitu, anemia teratasi, anak-anak selamat dari ancaman kebodohan. (bur ) On 8/8/07, Agnes K <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Dear smart parents... > > Aku kebetulan punya tetangga yang anak perempuannya umur +/- 6 thn > badannya kuruuusss bgt... katanya ortunya dia menderita anemia. > > Kalo ada info mengenai penyakit itu please sharing ya parents.... soalnya > ngeliat dia kasian juga....badannya kecil banget kayak engga ada > dagingnya..tapi aktifitas dia normal sich... sekolah, bermain, dll. > > > > > thanks > MamNiMas