Rekan Netters,
Ini ada satu lagi berita yang sangat menyedihkan.
 
taufan
 
forwarded message :
Subject:  FW: Menjenguk Bumi Satu Bulan
> > Sumber: Harian REPUBLIKA, Sabtu, 17 Februari 2001,
> > hal. 16
> >
> >                     Menjenguk Bumi Satu Bulan
> >
> > Ari Gladisobri Fadhilah Ramadhan, bermainlah dengan
> > riang dan ceria di
> > atas sana.
> >
> > Sebulan yang lalu, Ari wafat pada usia 33 hari.
> > Seperti diberitakan
> > harian ini (5/2), Ari harus cepat-cepat pergi karena
> > satu hal: ia datang
> > dari keluarga miskin, dan orang miskin rupanya tak
> > berhak untuk
> > memperoleh pelayanan kesehatan di negeri ini.
> > Setidaknya di Jombang.
> >
> > Di Rumah Sakit Swadana di kota kecil Jawa Timur itu,
> > Ari lahir Desember
> > lalu. Ia dilahirkan harus melalui operasi caesar.
> > Mohammad Ro'uf, sang
> > ayah tak punya pekerjaan tetap. Sang ibu, Hariyanti,
> > adalah guru TK.
> > Mereka tak sanggup untuk melunasi biaya persalinan
> > bayinya sebesar Rp
> > 1,6 juta.
> >
> > Semula RS tak melepaskan Ari pulang. Baru setelah
> > orangtuanya dicerca
> > dan berjanji akan melunasi biaya tersebut dalam
> > waktu tiga bulan, ia
> > bisa bertandang ke rumahnya. Ari hanya sempat
> > berdiam di rumahnya selama
> > empat hari. Ia sakit sehingga harus kembali ke rumah
> > sakit.
> >
> > Bila apa yang diberitakan media adalah benar, yang
> > berlangsung kemudian
> > adalah skandal. Di Swadana, Ari ditempatkan di
> > sebuah ruangan di mana ia
> > tak bisa dijenguk, apalagi ditunggui ayah ibunya.
> > Ketika setelah satu
> > pekan, sang bunda akhirnya bisa memaksa untuk
> > melihat anaknya, Ari
> > berada dalam keadaan menyedihkan. Wajahnya pucat,
> > dari kedua telinganya
> > keluar darah kental yang menyumbat lubang telinga
> > bagian atas, dan
> > tubuhnya dikerubungi semut. Saat itu, ia bahkan
> > belum diperiksa.
> >
> > Sang ibu memang sempat membawa kembali Ari yang
> > agaknya memang tak
> > pernah berusaha disembuhkan di RS itu. Pada 7
> > Januari 2001, Ari pulang
> > ke pangkuan Allah.
> >
> > Mungkin lebih baik begitu. Ari tidak pantas lebih
> > lama menderita dalam
> > sebuah dunia, atau negara, yang diisi oleh banyak
> > orang yang sudah
> > kehilangan hati nurani.
> >
> > Tentu saja, masih diperlukan pemeriksaan tentang apa
> > yang sebenarnya
> > terjadi. Yang diberitakan media, umumnya adalah
> > versi sang orangtua.
> > Pihak RS misalnya dikutip menyatakan, Ari meninggal
> > karena penyakit yang
> > terlalu sulit untuk disembuhkan. Soal semut yang
> > mengerubungi Ari, RS
> > juga membantah bahwa itu terjadi. Yang ada, kata
> > seorang suster, adalah
> > ada beberapa semut yang tertarik akan cairan manis
> > di selang infus Ari.
> > Bukan mengerubungi.
> >    .
> >
> > Tapi jawaban itu tentu tak menjelaskan banyak hal:
> > mengapa selama satu
> > minggu Ari dibiarkan tergeletak tanpa diperiksa,
> > mengapa orangtuanya tak
> > boleh menemani, mengapa cairan infus bisa
> > tercecer-cecer?
> >
> > Maka yang nampaknya terjadi memang adalah sebuah
> > kisah klasik tentang
> > bagaimana orang miskin diperlakukan di negara ini.
> > Orangtua Ari
> > diabaikan, dicerca karena mereka tidak punya uang.
> > Tiga anak mereka
> > sebelumnya juga meninggal dalam usia bilangan hari.
> > Itu saja sudah
> > menunjukkan corak pelayanan kesehatan seperti apa
> > yang mereka peroleh.
> >
> > Ya, tentu barangkali mereka bodoh. Tapi tidakkah
> > karena kita sadar akan
> > keterbatasan pengetahuan mereka, kaum miskin harus
> > diperlakukan lebih
> > khusus? Itu yang tidak juga kunjung diberikan.
> > Datanglah ke kelas-kelas
> > RS dimana kaum miskin dirawat. Mereka bukan saja
> > harus tidur di ruangan
> > dan tempat tidur yang terkesan kumuh, namun juga
> > kerap harus berhadapan
> > dengan perawat ataupun dokter yang berbicara ketus,
> > bermuka masam, dan
> > mengobati dengan setengah hati. Puskesmas-puskesmas
> > sering hanya
> > ditunggui para perawat yang melayani orang sakit
> > dengan cara tidak
> > semestinya. Di manakah para dokter? Mereka sibuk
> > mencari uang di tempat
> > lain.
> >
> > Tidak ada jawaban yang mudah. Namun yang jelas
> > diperlukan adalah
> > kesadaran bahwa nasib kaum miskin adalah bagian dari
> > tanggung jawab kita
> > semua. Kaum papa tak akan memperoleh perlakuan
> > sebagai manusia
> > bermartabat, selama tak ada kesadaran untuk tidak
> > membiarkan mereka
> > terpuruk dalam kesengsaraan. Kaum berpunya sering
> > tak sadar betapa nasib
> > kaum miskin sangat bergantung pada perilaku mereka.
> >
> > Bila kaum berpunya memutuskan untuk menghabiskan
> > penghasilan untuk
> > banyak keperluan yang sekadar merupakan peningkatan
> > kenikmatan hidup,
> > hanya sedikit sisa kekayaan yang dapat dibagi dengan
> > kaum tak berpunya.
> >
> > Ari diperlakukan semena-mena karena orangtuanya tak
> > bisa menyediakan
> > uang Rp 1,6 juta. Di Jakarta, harga tiket
> > pertunjukan musik The Corrs
> > adalah Rp 500 ribu untuk tontonan selama sekitar
> > satu sampai satu
> > setengah jam. Hanya dalam satu malam, ratusan juta
> > rupiah akan dibawa
> > kelompok asal Irlandia itu keluar Indonesia.
> >
> > Di negara ini, nampaknya semakin sedikit orang yang
> > peduli pada kaum tak
> > punya. Karena itu, Ari, barangkali memang lebih baik
> > begini. Tenteramlah
> > bermain di surga. Salam buat teman-temanmu di sana.
> >
_________________________________________________
IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

Kirim email ke