* Stres Pekerjaan Suatu "Fenomena Global"

Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, "Stres telah
menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling serius pada abad
ke-20." Kehadirannya di tempat kerja sangat terlihat.

 - Banyaknya tuntutan ganti rugi yang berkaitan dengan stres oleh para
   pegawai negeri di Australia meningkat 90 persen dalam kurun waktu tiga
   tahun saja.
 - Sebuah survei di Prancis menyingkapkan bahwa 64 persen perawat dan
   61 persen guru mengatakan bahwa mereka merasa kesal terhadap lingkungan
   yang penuh stres di tempat kerja mereka.
 - Penyakit yang berkaitan dengan stres diperkirakan menguras 200 miliar
   dolar AS setiap tahun di Amerika Serikat. Menurut perhitungan, 75
   hingga 85 persen dari semua kecelakaan di bidang industri berkaitan
   dengan stres.
 - Dibanyak negeri, wanita didapati lebih menderita stres daripada pria,
   kemungkinan besar karena mereka menangani lebih banyak tugas di rumah
   maupun di tempat kerja.

Stres pekerjaan benar-benar adalah, seperti yang dijuluki laporan PBB
tersebut, suatu "fenomena global".

* Terlalu Peka Terhadap Stres

Beberapa orang mengatakan bahwa cara kita menanggapi stres pada
waktu sekarang banyak bergantung pada seberapa besar jenis stres
yang pernah kita alami di masa lalu. Mereka mengatakan bahwa
trauma pada akhirnya dapat mengubah "jalur" kimia otak, meng-
akibatkan seseorang jauh lebih peka terhadap stres di masa depan.
Misalnya, dalam sebuah penelitian atas 56 veteran Perang Dunia II,
dr. Lawrence Brass mendapati bahwa risiko stroke lebih tinggi
delapan kali lipat di antara mereka yang pernah menjadi tahanan perang
daripada di antara mereka yang tidak pernah -meskipun 50 tahun telah
berlalu sejak trauma awal. "Stres sewaktu menjadi POW (prisoner of war,-
atau tahanan perang) sedemikian parahnya sehingga mengubah caranya
orang-orang ini menanggapi stres di masa depan-menjadi terlalu
peka terhadapnya."

Peristiwa-peristiwa penuh stres yang dialami selama masa kanak-kanak
hendaknya tidak diremehkan, kata para pakar, karena ini dapat membawa
dampak yang nyata. "Sebagian besar anak yang menderita trauma tidak
dibawa ke dokter," kata Dr. Jean King. "Mereka melewati problem
tersebut, meneruskan kehidupan seperti biasa, dan bertahun-tahun
kemudian datang kekantor kami dengan keluhan menderita depresi atau
penyakit jantung." Misalnya, perhatikan trauma kehilangan orang tua.
" Stres sebesar itu yang terjadi sewaktu Anda masih muda boleh jadi
mengakibatkan perubahan kimia dan anatomi saraf di otak secara permanen,
" kata Dr. King, "sehingga menjadi kurang sanggup menangani stres
sehari-hari yang normal."

Tentu saja, bagaimana seseorang menanggapi stres dapat bergantung pada
faktor-faktor lain juga, termasuk pembawaan fisiknya dan sumber
daya yang tersedia untuk membantunya mengatasi peristiwa yang penuh
stres. Namun, apa pun penyebabnya, stres dapat dikendalikan. Sayangnnya,
ini tidak mudah. Dr. Rachel Yehuda mengamati, "Memberi tahu seseorang
yang telah menjadi terlalu peka terhadap stres untuk sekadar relaks
sama seperti memberi tahu penderita insomnia untuk sekadar tidur."

bersambung .......

>> Kirim bunga dukacita, ucapan selamat dll ke mancanegara? Klik, 
>http://www.indokado.com/international/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]







Kirim email ke