Punten ngiring nimbrung, kaleresan abdi oge asli padumukan teh di Dayeuhluhur, Desa Bolang kira2 aya 15 KM tebihna ti Panulisan. Memang leres pisan urang sunda teh aya dimana-mana, teu saukur di Jawa Tengah tapi di propinsi sanesna oge aya kalebet abdi ayeuna di Medan-Sumatera Utara. Aya oge rerencangan anu di Amerika, Arab Saudi sareng Belanda.
----- Original Message ---- From: sar yo <[EMAIL PROTECTED]> To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com Sent: Thursday, June 30, 2005 10:14:53 AM Subject: Urang Sunda teh aya dimana-mana Punten pisan yeuh ka sadayana, kaleresan iyeu aya warta di koran Kompas sataun kalangkung ngeunaan daerah padumukan abdi nyaeta di Kecamatan Dayeuhluhur kab Cilacap. Hatur lumayan kanggo bacaan diwaktos santai....... Komunitas Sunda di Tanah Jawa (Jateng) SESUAI dengan yang tertulis dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kokom (34), pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tinggal di RT 03 RW 10, Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Namun, meski tinggal di Provinsi Jawa Tengah, ketika berkomunikasi dengan tetangganya yang tinggal di Dayeuhluhur, Kokom selalu berbahasa Sunda. Di Dayeuhluhur, apa yang dilakukan Kokom ini tidaklah aneh. Sebab, meski- pun menjadi salah satu dari 23 kecamat- an yang ada di bawah Kabupaten Cilacap, hampir 70 persen dari 47.061 warga-yang terdiri dari 23.590 wanita dan 23.471 pria-yang tersebar di 14 desa di Dayeuhluhur, merupakan orang Sunda yang tidak dapat berbahasa Jawa. Sampai sekarang, belum didapat keterangan pasti sejak kapan Dayeuhluhur yang memiliki luas 18.056,183 hektar ini "didominasi" oleh masyarakat Sunda. "Ketika saya lahir, sebagian besar orang Dayeuhluhur sudah merupakan orang Sunda," ujar Kokom, yang lahir pada tahun 1969. "Kata tetangga saya, Dayeuhluhur sebenarnya lebih pantas masuk wilayah Jawa Barat. Namun, karena letaknya ada di sebelah timur Sungai Cijolang, sementara sungai itu merupakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, maka mau tidak mau Dayeuhluhur masuk Jawa Tengah," kata Kokom. Kokom menduga, selain banyaknya orang Sunda, masih kuatnya tradisi Sunda di Dayeuhluhur-yang antara lain ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Sunda sebagai alat komunikasi sehari-hari-juga disebabkan oleh banyaknya warga kecamatan itu yang berasal atau memiliki kerabat di Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar, Jawa Barat. "Nenek dan semua saudara saya berasal dari Kecamatan Rancah, Ciamis. Ibu pindah ke Dayeuhluhur karena bapak asli penduduk sini. Namun, meski kerabat bapak semuanya ada di Dayeuhluhur, mereka ternyata juga orang Sunda," kata Kokom. Kecamatan Rancah, Ciamis, berada persis di sisi barat Sungai Cijolang dan berhadapan dengan Kecamatan Dayeuhluhur. Masih kuatnya tradisi Sunda di Dayeuhluhur diduga juga disebabkan lebih dekatnya jarak Dayeuhluhur dengan daerah di Jawa Barat, seperti Ciamis atau Kota Banjar, daripada dengan kota di Jawa Tengah, seperti Majenang atau Cilacap. Dayeuhluhur-Cilacap berjarak sekitar 120 kilometer, dan Dayeuhluhur-Majenang sekitar 30 kilometer. Sementara jarak Dayeuhluhur-Banjar hanya sekitar 10 kilometer dan Dayeuhluhur-Ciamis berjarak 25 kilometer. Dekatnya jarak Dayeuhluhur dengan Banjar atau Ciamis jika dibandingkan dengan Cilacap dan Majenang membuat sebagian besar masyarakat daerah itu lebih banyak berinteraksi dengan warga Banjar atau Ciamis yang bersuku Sunda. "Kalau ada apa-apa, seperti membeli kebutuhan sehari-hari, saya selalu ke Banjar. Sebab lebih dekat. Naik angkutan umum hanya Rp 1.000, sementara kalau ke Majenang Rp 2.500," kata Kokom. Lebih banyaknya akses masyarakat Dayeuhluhur ke wilayah Jawa Barat daripada Jawa Tengah ini dibenarkan oleh Yoma Sumaryo, staf di Kantor Kecamatan Dayeuhluhur. "Kondisi itu menjadi salah satu sebab tetap kuatnya tradisi Sunda di Dayeuhluhur," kata Yoma. Menurut Yoma, tradisi Jawa di Dayeuhluhur selama ini hanya ditanamkan atau dilaksanakan oleh para pendatang, terutama guru dari Yogyakarta atau Jawa Tengah. "Kalau pegawai Kecamatan Dayeuhluhur, sebagian besar masih orang Sunda, karena mereka umumnya masyarakat setempat," jelas Yoma. Dominasi orang Sunda di Kantor Kecamatan Dayeuhluhur ini amat terasa ketika mendengarkan para karyawan yang seluruhnya berjumlah 22 orang itu saling berbincang akrab dengan menggunakan bahasa Sunda. Kepala Polsek Dayeuhluhur Inspektur Dua Agus Tri Wibowo yang didampingi Bintara Tata Urusan Dalam (Bataud) Polsek Dayeuhluhur Aiptu Bambang Purwanto menuturkan, banyaknya kendaraan dengan pelat bernomor polisi D dan Z di Dayeuhluhur dikarenakan masyarakat daerah itu biasanya membeli sepeda motor bekas di Ciamis atau Banjar. "Mencari kendaraan bekas di Ciamis atau Banjar jauh lebih mudah dan lebih dekat daripada di Majenang atau Cilacap. Setelah mendapat kendaraan bekas bernomor Z atau D, warga Dayeuhluhur biasanya juga enggan balik nama karena mengurus surat sepeda motor ke Ciamis relatif lebih dekat daripada ke Majenang," ujar Bambang. "Namun, kalau warga sini membeli sepeda motor baru, kendaraan itu biasanya bernomor polisi R. Sebab, dalam surat motor itu kemungkinan besar pemiliknya beralamat di Dayeuhluhur," kata Bambang. Menurut Bambang, belakangan ini warga Dayeuhluhur sedang tergila-gila dengan pertunjukan pongdut atau jaipong-dangdut. "Bentuknya seperti pertunjukan musik dangdut pada umumnya. Namun, dalam pongdut ada selingan gerakan seperti tari jaipong," ujar Bambang ketika ditanya bentuk dari pongdut. Setiap kali di Dayeuhluhur ada hajatan seperti upacara perkawinan atau sunatan, hiburan yang sekarang biasa digelar adalah pongdut. Bukan musik keroncong atau wayang kulit seperti yang biasa berlangsung di Jawa Tengah. Untuk menggelar sebuah pertunjukan pongdut selama sekitar tiga jam, yaitu dari pukul 20.00 hingga 23.00, menurut Bambang, biasanya dibutuhkan biaya Rp 1,5 juta-Rp 2 juta. "Saat ini, hampir setiap desa di Dayeuhluhur memiliki kelompok pongdut. Namun, jika bosan dengan pongdut dari daerah sendiri, warga Dayeuhluhur biasanya lalu mengundang kelompok pongdut dari Ciamis, misalnya dari Kecamatan Rancah atau Cisaga," kata Bambang, sembari menjelaskan, dalam satu bulan di Dayeuhluhur dapat berlangsung hingga 15 kali pertunjukan pongdut. Seringnya warga Dayeuhluhur mengundang kelompok pongdut dari Ciamis, khususnya Kecamatan Rancah dan Cisaga yang berada persis di sebelah barat Dayeuhluhur, membuat hubungan antara kedua daerah berlainan provinsi itu cukup harmonis. "Selama ini, warga Ciamis yang ada di dekat Sungai Cijolang dan Dayeuhluhur banyak yang saling kenal. Mereka juga jarang bersitegang, apalagi berkelahi. Sebab, adanya kesamaan budaya, yaitu Sunda, membuat semua masalah yang melibatkan kedua daerah itu menjadi dapat lebih mudah diselesaikan," tutur Bambang. Masyarakat yang tinggal di daerah itu, kata Bambang, berciri masyarakat agraris yang relatif tertutup. Kondisi ini membuat mereka sangat hati-hati jika ada orang lain yang masuk ke daerahnya (NWO) Yahoo! Mail Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. ____________________________________________________________________________________ Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. http://answers.yahoo.com/dir/?link=list&sid=396545469 [Non-text portions of this message have been removed]