20 Juni, 2009 - Published 12:57 GMT Email kepada teman Versi cetak Tragedi Romeo, Juliet India Sanjoy Majumder Phapunda, India
Desa Phapunda adalah desa kecil yang tidak menonjol Pasangan berbeda agama bunuh diri setelah dewan desa atau panchayat, memerintahkan mereka untuk cerai atau menghadapi kematian. Amreen adalah pemeluk Islam sementara suaminya, Lokesh, pemeluk HIndu. Cinta mereka tidak dapat diterima masyarakat setempat. Pasangan itu menenggak racun. Kini polisi mengenakan dakwaan kepada seluruh panchayat karena mengakibatkan pasangan itu bunuh diri. Kesalahan fatal Untuk mencari tahu lebih lanjut tentang cerita ini, kami menuju daerah pedesaan di India utara. Setelah melakukan perjalanan selama dua jam, kami berada di desa Phaphunda. (Pasangan itu) seharusnya tinggal jauh di kota Achan Singh, kepala dewan desa Seperti layaknya tempat lain di kawasan itu, desa tersebut kecil dan tidak begitu menonjol. Para penduduk desa, sebagian besar petani, tinggal di rumah-rumah yang dibangun berdempetan, dan gang kecil di sampingnya. Kereta kuda dan ternak berlalu lalang, dan bila berada di desa ini, ibukota Delhi terasa begitu jauh. Tempat pertama yang saya tuju adalah kepala desa, Achan Singh, yang juga kepala dewan desa. Pria tinggi berusia 40an, dan ia sangat ramah, dan menuangkan teh di cangkir untuk saya saat kami duduk di atas karpet. Ia pernah mendengar tentang insiden itu namun bukan berada di desanya. "Insiden bermula dari para tetua kedua keluarga," katanya. "Mereka diberitahu bahwa perkawinan mereka tidak akan diijinkan. Mereka harus berpisah atau mereka akan dibunuh," katanya. Saat ditekan lebih lanjut, Singh mengatakan ia kasihan kepada pasangan itu namun mereka melakukan kesalahan fatal. "Mereka jatuh cinta dan mereka kawin lari. Mereka seharusnya tinggal jauh di kota. "Di desa kami, pemeluk Hindu kawin dengan orang Hindu dan Muslim dengna Muslim. Sangat menyedihkan apa yang terjadi, namun apa yang anda harapkan? Tekanan terhadap keluarga mereka sangat besar. Mereka dibuang." Sangat kawatir Kontak lokal membawa kami menemui keluarga Amreen, sang kekasih putri. Namun Achan Singh mengatakan akan mengantar kami. Ia naik sepeda motor dan kami mengikutinya. Hanya Tuhan yang tahu, mengapa ia nekad lari dengan pria itu Tante Amreen, Syeda Saat kami tiba di kediaman Amreen, kepala desa setempat sudah berada di sana. Keluarganya tinggal di kawasan Muslim desa itu. Satu mesjid terlihat jelas dari rumah ayah Amreen yang memiliki peternakan. Ia mencari nafkah dengan menjual susu. "Pria itu, Lokesh setiap pagi dulu beli susu. Karena itulah mereka bertemu dan jatuh cinta," kata salah seorang penduduk desa. Ayah Amreen, Salim, juga bergabung dengan kami, dan sangat kelihatan dia tampak cemas. "Saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya berulang-ulang. Saya tanya apakah ia mendapat tekanan dari panchayat. "Tidak ada tekanan," katanya dengan cepat sambil melihat kepala desa. "Katakan, bahwa kamu merasa tidak dihargai masyarakat," kata Achan Singh. "Kami merasa tidak dihargai oleh masyarakat desa," kata Salim. "Kedua keluarga tidak mau mereka menikah. Namun tidak ada yang mengancam mereka," katanya. Tante Amreen, Syeda yang terus mendengar percakapan juga ikut bicara. Pasangan itu jatuh cinta karena Lokesh sering beli susu di rumah Amreen "Dia anak manis, lugu dan pandai baca Quran. Hanya Tuhan yang tahu mengapa dia nekad lari dengan pria itu. Kami semua sangat sedih atas apa yang terjadi." Kami kemudian menuju kantor polisi untuk mencari kejelasan lebih lanjut. "Kami mendengar insiden itu dan memutuskan untuk bertindak," kata kepala polisi Sharad Sachan. "Pasangan muda itu secara sah menikah dan karena itu berhak untuk hidup bersama. Orangtua mereka dan warga desa tideak berhak menekan dan memaksa mereka bunuh diri. Mereka bersalah atas kesalahan itu dan kami akan mengajukan proses hukum." Ditengah kerahasiaan di balik insiden itu, jelas bahwa polisi akan mengusut. Pihak berwenang memiliki undang-undang namun para penduduk desa mempertahankan tradisi lama dan mereka akan tetap mempertahankannya.