Dua Pelajar Bandung Menangi GEC 2009 Di tengah karut-marut dunia pendidikan akibat pengelolaan Ujian Nasional (UN) yang tak kunjung tuntas, enam siswa SMA asal Indonesia justru meraih prestasi tinggi di dunia internasional dengan menjuarai "Global Enterprise Challenge" (GEC) 2009. Dua dari enam siswa tersebut berasal dari Kota Bandung, yakni Asyraf Firas Abdurrasyid (SMAN 1) dan Lita Gunawan (SMAK Yahya).
Pertama kali diluncurkan tujuh tahun lalu di Skotlandia, GEC merupakan lomba inovasi dan entrepreneurial di antara kelompok remaja usia 16-19 tahun. Tahun ini, jumlah peserta dari 15 negara meliputi benua Amerika, Eropa, Australia, dan Asia. Indonesia baru dua kali berpartisipasi di ajang ini. Firas dan Lita bersama empat teman dari Jakarta, Bogor, dan Magelang, menamakan diri Spoon Corporated, mewakili Indonesia setelah memenangi kontes serupa tingkat nasional di Jakarta, akhir Mei. Waktu itu mereka memecahkan soal berupa target penghematan listrik hingga 25 persen di apartemen berpenghuni 5.000 orang. Tampil di GEC, tim Indonesia tidak harus terbang ke Skotlandia. Pada 22-23 Juni kemarin, mereka mengerjakan soal secara online dari panitia di Jakarta. Tantangannya adalah bagaimana cara mengurangi sisa makanan yang dibuang sekaligus bagaimana cara memerangi kemiskinan. Firas dan Lita, ditemui di SMAN 1 Jln. Dago Bandung, Sabtu (27/6), menceritakan bagaimana kelompok mereka memecahkan tantangan tersebut. "Waktu yang diberikan hanya 24 jam. Setelah itu kami harus membuat presentasi, rencana bisnis, dan maket. Langkah pertama adalah membiarkan setiap orang melontarkan ide masing-masing," kata Firas. Diskusi panjang dalam kelompok akhirnya menghasilkan pemikiran besar lewat eksekusi yang sederhana. Mereka berpendapat, pengurangan makanan terbuang harus dimulai dari masing-masing pribadi. Alat makan piring, dipilih sebagai media pembawa pesan. Maka disepakatilah pembuatan piring bertuliskan pesan-pesan sederhana, seperti "Don’t waste your foods", "Foods are meant to be eaten", dan "Thanks for eating". "Gagasan kami memang sederhana. Tapi barangkali justru itu yang bermakna. Tim lain barangkali kurang memerhatikan sisi pencegahan ini," ujar Lita. Selain membuat produk piring bertuliskan pesan, Spoon Corporated juga memberikan solusi pengolahan limbah sisa makanan yang terbuang. Semua jalan keluar mereka dapatkan dengan berselancar di internet. "Semua ada di internet. Kami tinggal mencari secara teliti," kata Firas yang duduk di kelas XI IPA. Dari internet, mereka menetapkan dua cara pengolahan sisa makanan, yakni antara yang mengandung protein dan nihil protein. Sisa makanan berprotein mereka olah menjadi makanan ternak yang kaya protein. Beberapa alat yang mereka gunakan adalah tangki bertekanan tinggi, oven, dan mesin penggiling. Sedangkan makanan nihil protein dijadikan pupuk kompos. Semua gagasan mereka ringkas dalam sebuah presentasi selama lima menit. Video presentasi itulah yang dikirimkan ke panitia dan yang akhirnya menentukan tim mereka menjadi juara dunia. (Ag. Tri Joko Her Riadi/"PR")*** Cite: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=83770